Mengintip Beternak Kuda Pacu di Waingapu Sumba Timur

Editor: Ferry Ndoen
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

JOKI--Joki cilik menunggang kuda saat latihan di lapangan Prailiu, Waingapu, Sumba Timur.

Saat ini di Sumba Timur masih dapat ditemui di beberapa wilayah orang berkuda di jalan atau perbukitan, namun jumlahnya sangat minim dan jarang.

Beternak kuda, menurut pejabat di Dinas Peternakan Waingapu itu, masih akan tetap menjanjikan karena banyak kawasan wisata di Tanah Air yang perlu kuda tunggangan maupun kuda untuk menghela kereta beroda dua.

Dengan masih beroperasinya kereta kuda di sejumlah kawasan wisata, anak-anak pun bisa merasakan sebuah pengalaman indah riang gembira seperti yang dilantunkan dalam tembang abadi gubahan ibu Sud: "Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota/ Naik delman istimewa kududuk di muka..."

Di Sumba, hingga kini, kuda juga menjadi mahar utama, atau belis menurut istilah khas penduduk setempat.

Di lingkungan keluarga aristokrat Sumba, seorang putri yang dipinang oleh calon suami, biasanya menetapkan belis tak kurang dari 50 ekor kuda.

Jika satu kuda dewasa (bukan jenis kuda pacuan) itu seharga antara Rp20 juta dan Rp30 juta, bisa dibayangkan betapa tinggi nilai belis itu.

Itu sebabnya, bisnis beternak kuda tak akan pernah sepi dari permintaan pasar. *)

Berita Terkini