NTT Terkini
PERDHAKI NTT Ungkap Tantangan Eliminasi Malaria di Sumba, Harap Dukungan Pemerintah Lebih Kuat
Selain itu, keterbatasan sumber daya manusia juga menjadi masalah. Tingkat dropout kader malaria yang sudah dilatih cukup tinggi.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yuan Lulan
POS-KUPANG.COM, KUPANG – Meski tren kasus malaria di NTT mulai menurun, tantangan serius masih membayangi terutama di Pulau Sumba.
Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (PERDHAKI), sebagai mitra pemerintah, menegaskan bahwa kerja keras masih diperlukan agar target eliminasi malaria 2030 bisa tercapai.
Di lapangan, salah satu intervensi kunci adalah pengendalian vektor nyamuk Anopheles, yang dikenal sebagai pembawa parasit malaria. PERDHAKI bersama Dinas Kesehatan, Puskesmas, serta tokoh masyarakat melaksanakan berbagai aksi berbasis komunitas.
“Kegiatan dilakukan lewat diskusi kampung atau sekolah malaria, kemudian diterjemahkan dalam aksi nyata, seperti Jumat Bersih, pemantauan jentik, penutupan genangan air, pemantauan penggunaan kelambu, hingga pemberian larvasida,” jelas Terotji File-Sombu, Manager Program SR PWKA PERDHAKI.
Baca juga: Sekretaris IAKMI NTT Soroti Penanganan Malaria, Minta Fokus ke Aksi Lapangan
Namun, masih banyak tantangan besar yang dihadapi. Menurut Terotji, persepsi masyarakat tentang malaria menjadi hambatan tersendiri.
“Banyak yang menganggap malaria itu penyakit biasa. Padahal dampaknya bisa fatal, apalagi pada ibu hamil dan balita,” ujarnya.
Selain itu, keterbatasan sumber daya manusia juga menjadi masalah. Tingkat dropout kader malaria yang sudah dilatih cukup tinggi.
Di sisi lain, akses transportasi, jaringan listrik, dan internet di wilayah pedalaman masih sangat terbatas. Hal ini menghambat mobilisasi kader dan pelaporan data ke tingkat yang lebih tinggi.
Untuk data kasus, PERDHAKI memastikan seluruh temuan kader dilaporkan ke Puskesmas dan selanjutnya direkap serta diinput dalam aplikasi e-Sismal.
Data ini kemudian diteruskan ke Dinas Kesehatan kabupaten, provinsi, hingga Kementerian Kesehatan sehingga menjadi satu data nasional.
Baca juga: Komitmen Perdhaki Turunkan Angka Zero Dose, Sosialisasi Imunisasi Nasional di Kota Kupang Digelar
Meskipun tantangan masih besar, respons masyarakat terhadap program malaria PERDHAKI tergolong positif.
Banyak desa di wilayah endemis telah mendeklarasikan diri sebagai desa bebas malaria. Gerakan ini lahir dari kesadaran masyarakat setelah mendapat edukasi dan advokasi dari PERDHAKI.
“Perubahan perilaku memang tidak instan. Tapi sekarang sudah mulai terlihat, misalnya masyarakat lebih rajin membersihkan lingkungan, tidur di bawah kelambu, serta terlibat aktif dalam Jumat Bersih. Itu tanda-tanda yang baik,” kata Terotji.
Dalam mendukung program ini, PERDHAKI menjalin kerja sama dengan Global Fund sebagai pendonor utama.
Selain itu, ada kolaborasi dengan UNICEF, organisasi masyarakat sipil lokal, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, DPRD, pemerintah daerah, hingga tokoh agama dan adat. Bentuk kerja sama ini dianggap krusial untuk memperkuat basis gerakan eliminasi malaria di komunitas.
PERDHAKI juga menekankan pentingnya dukungan pemerintah. Menurut Terotji, pemerintah pusat, provinsi, hingga kabupaten harus semakin aktif mendorong inovasi dan strategi percepatan eliminasi malaria.
“Target eliminasi nasional 2030 jangan hanya menjadi slogan, tapi harus diwujudkan dengan dukungan nyata. Kader di lapangan sudah bekerja keras, tinggal bagaimana semua pihak mendukung lebih kuat lagi,” pungkasnya. (uan)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.