Opini

Opini: Semangat Kemerdekaan Sebagai Spirit Utama di Tengah Cibiran Guru Beban Negara

Spirit kemerdekaan mengajarkan keteguhan hati, keberanian, dan sikap pantang menyerah dalam menghadapi segala hambatan. 

|
Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI LANNY KOROH
Dr. Lanny Isabela Dwisyahri Koroh, M. Hum. 

Oleh: Lanny Isabela Dwisyahri Koroh
Dosen Universitas Citra Bangsa Kupang, Nusa Tenggara Timur

POS-KUPANG.COM - Pendidikan adalah tiang utama pembangunan suatu bangsa. 

Di dalamnya, guru dan dosenmenempati posisi sentral sebagai pencetak generasi penerus yang kelak menjadi pemimpin, inovator, dan penggerak bangsa. 

Namun, di tengah perjuangan mulia tersebut, tidak jarang para pendidik menghadapi cibiran pedas, seperti ungkapan “guru beban negara.” 

Sebutan tersebut sering kali muncul sebagai bentuk kritik tajam terhadap kondisi pendidikan saat ini atau persepsi publik tentang profesi guru dan dosen yang dianggap kurang produktif atau
membebani anggaran negara. 

Baca juga: Opini: Dua Dekade Sertifikasi Guru dan Krisis Pembelajaran 

Situasi ini tentu sangat menyakitkan dan menantang mental para pendidik. 

Namun, dalam kondisi demikian, semangat kemerdekaan haruslah menjadi spirit utama yang menguatkan dan memotivasi mereka agar tetap berdedikasi dan professional dalam mengemban tugasnya.

Semangat kemerdekaan  merupakan nilai luhur yang diwariskan  oleh para pahlawan bangsa. 

Ia mencakup tekad kuat untuk memperjuangkan kebebasan, keadilan, dan kemajuan negara, meskipun dihadapkan pada kesulitan yang besar. 

Spirit kemerdekaan mengajarkan keteguhan hati, keberanian, dan sikap pantang menyerah dalam menghadapi segala hambatan. 

Oleh karena itu, guru dan dosen sebagai pengawal pendidikan bangsa harus menginternalisasi semangat ini agar mampu melewati masa-masa sulit, termasuk cibiran dan stigma negatif yang melekat pada profesinya.

Realitas Cibiran dan Beban

Sebutan “guru beban negara” sejatinya merupakan cerminan dari ketidakpuasan dan kekecewaan sebagian masyarakat dan pemerintah terhadap tantangan sistem pendidikan nasional. 

Beberapa faktor, seperti kinerja pendidikan yang belum optimal, keterbatasan fasilitas, hingga beban administratif yang menumpuk, sebagian masyarakat dan pejabat kadangkala menempatkan guru dan dosen sebagai sasaran kritik. 

Padahal, realitanya tuntutan pekerjaan guru dan dosen sangat kompleks dan penuh tantangan. 

Mereka tidak hanya sekadar mengajar, tetapi juga membimbing, menginspirasi, dan membentuk karakter peserta didik.

Sebutan ini juga memperlihatkan kurangnya pemahaman dan apresiasi terhadap profesi pendidik. 

Guru dan dosen kerap kali dianggap sebagai sosok yang hanya menerima gaji bulanan tanpa kontribusi signifikan, padahal kenyataannya mereka berhadapan dengansejumlah permasalahan berat, mulai dari pembelajaran daring yang menuntut adaptasi cepat, keterbatasan perangkat pembelajaran, hingga peran sosial yang melekat dalam mengatasi persoalan non-akademik peserta didik seperti masalah psikologis dan sosial.

Oleh sebab itu, cibiran “guru beban negara” sebenarnya mencerminkan ketidaksiapan sistem dan masyarakat dalam menghargai kompleksitas profesi guru dan dosen. 

Dalam situasi seperti ini, semangat kemerdekaan datang sebagai penguat jiwa untuk para pendidik agar tetap memandang pekerjaan mereka sebagai panggilan mulia, bukan sekadar rutinitas yang memberatkan.

Menghidupkan Spirit Kemerdekaan dalam Dunia Pendidikan

Semangat kemerdekaan tidak hanya soal mengusir penjajah dan meraih kebebasan politik, tetapi juga berarti kebebasan dalam berpikir, berinovasi, dan berkarya tanpa terkekang. 

Guru dan dosen sebagai benteng intelektual bangsa harus memaknai kemerdekaan dalam arti luas; yakni kebebasan untuk mengembangkan potensi diri dan mengembangkan metode pembelajaran yang relevan dengan zaman.

Menghadapi cibiran, guru dan dosen idealnya menggunakan semangat kemerdekaan sebagai katalisator untuk mengevaluasi diri dan memperbaiki metode kerja. 

Spirit ini mendorong mereka untuk tidak terjebak dalam keputusasaan atau berlarut dalam rasa tidak dihargai, melainkan terus maju dengan pengabdian tulus demi kemajuan peserta didik. 

Dalam konteks ini, kemerdekaan berarti memiliki kebebasan inovasi pendidikan yang dapat menyesuaikan perkembangan teknologi, kebutuhan zaman, dan karakter peserta didik.

Selain itu, semangat kemerdekaan harus melahirkan sikap optimisme dan ketahanan mental.

Guru dan dosen perlu percaya bahwa setiap langkah kecil yang mereka ambil dalam mendidik adalah bagian dari perjuangan besar membangun bangsa yang mandiri dan berdaulat secara intelektual. 

Optimisme inilah yang memungkinkan mereka tetap produktif, bersemangat, dan tidak mudah putus asa meski menghadapi kritik dan tekanan yang berat.

Peran Strategis Guru dan Dosen sebagai Agen Perubahan

Guru dan dosen bukan hanya pengajar, tetapi juga agen perubahan sosial yang mampu  menginspirasi dan membentuk cara pandang dan perilaku generasi muda. 

Spirit kemerdekaan menuntut para pendidik untuk senantiasa menerapkan nilai-nilai perjuangan, rasa cinta tanah air, dan integritas dalam keseharian profesional mereka.

Dalam menghadapi cibiran, dosen dan guru perlu memahami bahwa mereka sedang menjalankan amanah besar yang diwariskan oleh para pahlawan kemerdekaan. 

Mereka harus menjadi teladan melalui sikap pantang menyerah dan konsistensi dalam pengabdian.

 Sikap ini bukan hanya memengaruhi kualitas pendidikan, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang positif dan membangun kebanggaan nasional pada peserta didik.

Lebih dari itu, guru dan dosen harus mampu menjembatani antara tuntutan kemajuan zaman dan nilai-nilai luhur kemerdekaan. 

Mereka harus mengajarkan kebebasan berpikir kritis sekaligus menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial dan nasionalisme. 

Dengan demikian, spirit kemerdekaan menjadi roh yang tidak hanya menguatkan para pendidik, tetapi juga membentuk generasi muda yang mandiri, cerdas, dan memiliki karakter kebangsaan yangkuat.

Memaknai Beban Negara sebagai Amanah dan Kehormatan

Sebutan “beban negara” tentu kontras dengan kenyataan bahwa guru dan dosen adalah bagian dari komponen pembangunan manusia yang paling penting. 

Beban yang diemban sebenarnya adalah amanah besar yang harus diemban dengan rasa tanggung jawab tinggi. 

Spirit kemerdekaan mengajarkan bahwa setiap tugas berat harus dihadapi dengan semangat pengabdian dan kesiapan berkorban.

Para pendidik harus memandang beban tugas yang mereka emban sebagai kehormatan, bukan sekadar beban semata. 

Mengelola beban pekerjaan dengan prinsip tinggi dari semangat kemerdekaan, dosen dan guru dapat menemukan makna yang lebih dalam terhadap profesinya. 

Mereka tidak hanya bekerja untuk gaji atau status, melainkan sebagai penggerak perubahan bangsa yang harus terus bergerak maju walaupun banyak hambatan.

Dalam perspektif inilah, cibiran dan beban kerja dianggap sebagai ujian dan tantangan untuk membuktikan kualitas dan kesungguhan pengabdian. 

Spirit perjuangan kemerdekaan mendorong guru dan dosen untuk bangkit dari segala kelelahan dan keraguan, melayani dengan sepenuh hati demi masa depan yang lebih baik bagi generasi selanjutnya.

Membangun Solidaritas dan Dukungan Kolektif

Semangat kemerdekaan juga menuntut adanya nilai kebersamaan dan solidaritas. 

Guru dan dosen tidak boleh merasa terisolasi dalam menghadapi cibiran dan beban yang ada.

Sebaliknya, harus ada kerja kolektif dan saling mendukung antar sesama pendidik agar beban tersebut terasa lebih ringan dan menjadi peluang untuk memperkuat kualitas dan kuantitas pendidikan.

Pemerintah dan masyarakat harus bersinergi untuk memberikan apresiasi dan dukungan yang nyata kepada para pendidik. 

Dukungan ini mencakup peningkatan kesejahteraan, fasilitas pendukung, dan penghargaan moral yang secara langsung mempengaruhi semangat dan kinerja mereka. 

Ketika guru dan dosen merasa dihargai sebagai pahlawan pendidikan, maka spirit kemerdekaan yang mereka pegang menjadi semakin kuat dan nyata dalam tindakan.

Semangat Kemerdekaan di Era Digital dan Globalisasi

Memasuki era digital dan globalisasi, tantangan bagi guru dan dosen semakin komplek.

Persaingan global di bidang pendidikan menuntut pendidik tidak hanya menguasai materi akademik, tetapi juga menguasai teknologi dan keterampilan abad ke-21. 

Spirit kemerdekaan memberi arti bahwa kemerdekaan intelektual adalah kunci untuk bersaing secara global tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia.

Dalam menghadapi cibiran dan beban negara, guru dan dosen harus mampu
mengintegrasikan nilai-nilai kemerdekaan dengan perkembangan teknologi dan informasi.

Mereka harus menjadi penggerak inovasi pembelajaran yang mampu membangkitkan potensi peserta didik sehingga generasi muda mampu berkontribusi aktif dalam pembangunan nasional dan mampu memposisikan diri secara unggul di panggung internasional.

Meneguhkan Identitas sebagai Pahlawan Pendidikan

Pada akhirnya, semangat kemerdekaan harus menjadi landasan agar guru dan dosen meneguhkan diri sebagai pahlawan pendidikan masa kini. 

Meski sering kali mendapat cibiran keras seperti “guru beban negara,” mereka tetap harus memiliki keyakinan kuat bahwa profesinya adalah bagian dari perjuangan bangsa untuk mencapai kemajuan yang berkelanjutan.

Kita perlu mengingat kembali bahwa kemerdekaan yang dicapai para pahlawan bukan hanya untuk kebebasan politik, tetapi juga untuk membuka jalan bagi pendidikan yang merata, berkualitas, dan berkeadilan bagi seluruh anak bangsa. 

Guru dan dosen adalah pelanjut perjuangan itu, yang harus terus hidup dan diperjuangkan melalui karya nyata di lapangan pendidikan.

Kesimpulan

Semangat kemerdekaan adalah spirit utama yang harus dipertahankan oleh guru dan dosen di tengah cibiran dan beban negara. 

Ia menjadi sumber kekuatan moral, mental, dan professional agar para pendidik mampu menghadapi segala tekanan tanpa kehilangan fokus dan semangat pengabdian. 

Cibiran seperti “guru beban negara” bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan tantangan yang harus dijawab dengan kerja keras, inovasi, dan dedikasi tinggi.

Dengan semangat kemerdekaan yang mantap, guru dan dosen tidak hanya memenuhi tugasnya sebagai pendidik, tetapi juga mengemban amanah sebagai pilar Utama pembangunan bangsa yang berdaulat secara intelektual dan berkarakter kuat. 

Oleh karena itu, sangat penting bagi seluruh elemen bangsa untuk menghargai dan mendukung guru serta dosen, agar mereka dapat menjalankan perannya dengan optimal demi masa depan Indonesia yang lebih cerah dan bermartabat. (*)

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved