NTT Terkini 

Budaya Hemat, Solusi Lokal Atasi Krisis Sampah Plastik di Kupang NTT

Akibatnya, Kupang kini menghasilkan sekitar 250 ton sampah per hari, sebagian besar dari rumah tangga, dan TPA Alak hampir penuh.

|
Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO
DOSEN FAPERTA UNDANA - Agustina Etin Nahas, SP., M.Si, Dosen Faperta Undana (pemerhati lingkungan dan penulis lepas yang fokus pada isu konsumsi berkelanjutan, tinggal di Kupang). 

Baca juga: Pemkot Kupang Terima Bantuan Lima Konteiner Sampah dari PT Jasa Raharja NTT

POS-KUPANG.COM, KUPANG -- Ketika membicarakan sampah plastik, kita sering berpikir bahwa solusinya harus modern: teknologi canggih, sistem digital, atau peraturan ketat.

Padahal, kunci untuk mengatasi masalah ini bisa ditemukan dalam akar budaya kita sendiri, yaitu kearifan lokal masyarakat Timor yang menjunjung hemat dan tidak boros.

Dosen Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana (Undana), Agustina Etin Nahas, S.P., M.Si, Selasa (5/8/2025) mengatakan, budaya hemat bukan hanya soal mengelola uang, tapi juga cara hidup yang memanfaatkan barang hingga benar-benar habis masa pakainya.

Dulu, kantong plastik tidak langsung dibuang; tetapi dicuci, dijemur, dan dipakai ulang. Botol kaca bukan sampah, melainkan wadah simpan minyak atau air.

Cara hidup sederhana ini membuat limbah tidak menumpuk.

Sayangnya, pola itu kini tergeser oleh gaya hidup instan yang serba sekali pakai. Setiap belanja pulang membawa tumpukan plastik, minuman kemasan dibeli tanpa pikir panjang, dan barang yang sedikit rusak lebih sering dibuang ketimbang diperbaiki.

Akibatnya, Kupang kini menghasilkan sekitar 250 ton sampah per hari, sebagian besar dari rumah tangga, dan TPA Alak hampir penuh.

Dampak Nyata di Laut dan Sungai Kupang

Masalah ini bukan hanya terlihat di darat. BKKPN Kupang mencatat sampah plastik sudah mencemari kawasan perairan dan merusak habitat laut, termasuk terumbu karang serta satwa seperti paus dan lumba-lumba. WALHI NTT bersama Ekspedisi Sungai Nusantara juga menemukan mikroplastik di sungai dan perairan Kota Kupang. Ini bukti nyata bahwa sampah plastik telah menembus rantai kehidupan, dari sungai hingga laut.

Inisiatif Lokal Memberi Harapan

Meski tantangannya besar, beberapa inisiatif lokal patut diapresiasi:

1.    Komunitas Saling Kupang menggelar kampanye “Sadar Sampah” di Car Free Day dengan menukar botol plastik bekas dengan tumbler dan tas belanja.

2.    Tim Relawan Plastik Kota Kupang yang terdiri dari 32 pemulung membantu mengurangi plastik di kota.

3.    Komunitas Aksi Flobamora membersihkan Pantai Namosain hingga mengumpulkan satu truk sampah plastik.

4.    PLN NTT berhasil mengumpulkan 524,4 kg sampah plastik dan 6.195 botol kemasan dalam aksi bersih-bersih.

5.    Politeknik Negeri Kupang menciptakan alat pencacah plastik untuk diolah menjadi biji plastik bernilai jual.

Langkah-langkah ini harus didukung oleh masyarakat. Namun, akar solusi tetap kembali pada perubahan perilaku kita sendiri.

Hidup Hemat = Hidup Berkelanjutan

Mengurangi sampah bukan hanya soal membuang dengan benar, tetapi mencegah sampah sejak awal. Caranya sederhana:

1.    Gunakan ulang kantong plastik dan botol minum.

2.    Bawa tas belanja dan tumbler sendiri.

3.    Pilah sampah di rumah.

4.    Ikut serta dalam program komunitas.

Budaya hemat leluhur kita bukan kuno, justru modern, karena sejalan dengan konsep hidup berkelanjutan yang diadopsi dunia. Jika setiap rumah tangga di Kupang kembali mengamalkan prinsip hemat, kita bukan hanya menjaga bumi, tetapi juga mewariskan lingkungan bersih untuk generasi mendatang.Karena pada akhirnya, krisis sampah dimulai bukan di TPA, tapi di keranjang belanja kita sendiri.

(Agustina Etin Nahas, S.P., M.Si,Dosen Faperta Undana)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS    

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved