Opini
Opini: Kepemimpinan Melki-Johni dan Mutu Pendidikan NTT
Selain itu, putra-putri NTT yang menembus ketatnya seleksi masuk perguruan tinggi negeri juga mengalami lonjakan signifikan.
Oleh: Adrianus Ngongo
Praktisi Pendidikan, tinggal di Kota Kupang
POS-KUPANG.COM - Nusa Tenggara Timur (NTT) baru saja menorehkan sejarah baru dalam bidang pendidikan. Melalui pola kerja terstruktur yang dirancang melalui Program Quick Win Melki-Johni telah menghantar 124 putra-putri NTT lolos dan diterima secara resmi di lembaga TNI/Polri dan sekolah kedinasan.
Jumlah lulusan SMA/SMK NTT tahun ini lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya yang berada di bawah angka 100.
Selain itu, putra-putri NTT yang menembus ketatnya seleksi masuk perguruan tinggi negeri juga mengalami lonjakan signifikan.
Data menunjukkan bahwa ada 4.642 lulusan yang diterima pada berbagai perguruan tinggi nasional, mulai dari program studi vokasi hingga
bidang studi strategis seperti Teknik, hukum, pendidikan dan kedokteran (Pos Kupang, 14/7/2025).
Kesuksesan ini tentu tidak datang begitu saja. Ia hadir karena tajamnya visi pemimpin yang mampu mengidentifikasi persoalan krusial yang ada di tengah rakyatnya lalu mengelolanya dengan ramuan yang tepat hingga menghasilkan kesuksesan yang beraroma harum semerbak.
Empat peran strategis pemimpin
Keberhasilan sebuah program, baik di tingkat organisasi, institusi pendidikan, pemerintahan, maupun komunitas masyarakat, sangat ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang mendasarinya.
Pemimpin memegang peran krusial sebagai nahkoda yang tidak hanya menetapkan arah, tetapi juga menggerakkan, menginspirasi, dan menyatukan semua elemen untuk mencapai tujuan bersama.
Ada setidaknya empat peran strategis bagi seorang pemimpin. Pertama, pemimpin berperan membangun visi organisasi. Ia bertugas merumuskan visi dan misi program secara jelas, realistis, namun juga menantang.
Dengan visi yang kuat, pemimpin mampu memberikan arah yang tegas bagi tim atau organisasi.
Visi ini menjadi titik orientasi seluruh aktivitas dan keputusan, serta menjadi sumber motivasi bagi seluruh anggota tim untuk bergerak secara sinergis menuju hasil yang diinginkan.
Kedua, pemimpin adalah penggerak dan motivator. Kesuksesan program memerlukan keterlibatan dan komitmen banyak pihak.
Di sinilah pentingnya peran pemimpin dalam membangun semangat, memberikan dukungan moral, serta memastikan setiap orang merasa dihargai dan dilibatkan.
Pemimpin yang mampu mendengarkan, mengapresiasi kontribusi, dan membangun suasana kerja yang sehat akan menciptakan sinergi yang produktif bagi lembaganya.
Ketiga, pemimpin juga bertindak sebagai pengambil keputusan strategis. Dalam pelaksanaan program, tidak jarang muncul tantangan atau hambatan yang memerlukan kebijakan cepat dan tepat.
Seorang pemimpin yang tangguh akan mampu menganalisis situasi secara objektif, mempertimbangkan risiko, dan memilih solusi yang paling efektif.
Ia juga harus berani bertanggung jawab atas keputusan yang diambil, baik saat hasilnya sukses maupun ketika menghadapi kegagalan.
Keempat, pemimpin berperan sebagai penghubung atau fasilitator kolaborasi. Ia menjembatani berbagai pihak yang terlibat, termasuk mitra kerja, pemangku kepentingan, maupun masyarakat luas.
Kemampuan membangun jejaring, menjaga komunikasi yang terbuka, serta menjalin kerja sama yang saling menguntungkan adalah kekuatan penting yang mempercepat tercapainya tujuan program.
Kepemimpinan sebagai Kunci
Kepemimpinan Melki-Johni berperan strategis dalam mendorong keberhasilan putra-putri NTT untuk lolos dalam seleksi TNI, Polri, dan sekolah kedinasan.
Melalui pendekatan kepemimpinan yang inklusif dan progresif, keduanya tidak hanya menyadari potensi besar generasi muda NTT, tetapi juga memahami berbagai tantangan yang mereka hadapi, mulai dari keterbatasan informasi, akses pelatihan, hingga kemampuan ekonomi.
Salah satu langkah nyata Melki–Johni adalah dengan membuka akses pelatihan dan pendampingan bagi calon peserta melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT menggandeng lembaga profesional untuk memberikan pembimbingan dan pelatihan fisik, akademik, dan psikologis secara sistematis.
Ini merupakan terobosan penting yang menjembatani kesenjangan antara kemampuan peserta dan tuntutan seleksi nasional yang ketat.
Selain itu, Melki–Johni juga aktif membangun kemitraan dengan institusi TNI, Polri, dan kementerian terkait agar kuota dan perhatian terhadap putra-putri NTT meningkat.
Upaya advokasi ini menunjukkan keberpihakannya terhadap daerah yang selama ini sering terpinggirkan dalam rekrutmen nasional sekaligus pula kemampuannya dalam membangun jejaring di berbagai level pemerintahan.
Tak kalah penting, Melki–Johni juga menanamkan semangat percaya diri dan nasionalisme kepada generasi muda.
Melalui berbagai pertemuan, dialog, dan media, beliau terus memotivasi anak-anak muda untuk tidak minder dan berani bersaing secara sehat di tingkat nasional.
Melki-Johni terus bersuara bahwa anak NTT bisa dan layak bersaing dengan rekannya dari daerah lain.
Kepemimpinan Melki–Johni telah membuka jalan bagi banyak anak muda NTT untuk meraih cita-cita mereka.
Ini bukan sekadar soal lolos seleksi, tapi tentang membuka harapan baru bagi masa depan NTT yang lebih maju dan setara. NTT yang berbeda, NTT yang lepas dari bayang-bayang ketertinggalan.
Menjaga momentum
Momentum keberhasilan siswa NTT menembus seleksi TNI/Polri dan sekolah kedinasan serta perguruan tinggi negeri tanah air perlu dijaga dan ditingkatkan.
Dengan menjaga momentum ini maka kuantitas siswa NTT yang lolos pada tahun-tahun mendatang akan terus bertambah.
Momentum hari ini perlu terus ditingkatkan dengan menghadirkan kebijakan, program dan kegiatan yang mampu mendorong kesiapan siswa NTT untuk mengikuti seleksi sekolah kedinasan dan perguruan tinggi negeri.
Jika tahun ini persiapan yang dilakukan terasa sangat mepet waktunya maka di tahun mendatang persiapan mesti dilakukan sejak siswa menjejakkan kakinya di bangku SMA/SMK.
Beragam program yang telah dipersiapkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT seperti menetapkan program persiapan ini sebagai bagian dari RPJMD Pendidikan, pengembangan platform digital, kerjasama dengan institusi pendidikan dan keamanan, peningkatan kapasitas guru BK dan walikelas dalam pendampingan siswa serta penyediaan paket pendampingan berbasis wilayah dan kebutuhan lokal mesti diperhatikan dan dijalankan sejak dini.
Program-program ini efektif mendorong lebih banyak lagi siswa NTT yang lolos seleksi.
Tentu, program-program tersebut mesti diturunkan ke SMA/SMK sebagai institusi pelaksana teknis di lapangan yang langsung berhubungan dengan siswa. Sekolah adalah garda terdepan yang mendidik dan membimbing anak-anak NTT siap bersaing dan berkompetisi.
Melalui sekolah, keberhasilan siswa NTT dipersiapkan secara terencana, terarah dan sistematis melalui olah pikir, olah rasa, olah hati dan olah raga.
Akhirnya, sungguh perlu disadari bahwa kepemimpinan berperan strategis dalam mendongkrak mutu pendidikan.
Kepemimpinan Melki–Johni terbukti mampu mendongkrak kelolosan putra-putri NTT dalam seleksi TNI/Polri dan sekolah kedinasan/perguruan tinggi negeri favorit. Ujungnya tentu mutu pendidikan NTT lebih baik dari hari ke hari. (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.