Opini

Opini: Societas Verbi Divini, Oase di Savana Iman Sumba

Keberadaan Societas Verbi Divini di Sumba tentu saja melalui perjalanan panjang penuh makna untuk melakukan karya misi. 

|
Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO-DOK PRIBADI
Ignasius Sara 

Faktor yang menyebabkan para misionaris itu pergi adalah karena Pemerintah Hindia Belanda melarang mereka untuk melanjutkan karya misi Katolik Sumba. Sejak saat itu, umat beriman hidup tanpa imam di wilayah tersebut.  

Dua puluh dua tahun kemudian, seorang Misionaris Societas Verbi Divini, Pater J. van Cleef, SVD tiba di Sumba melalui Pelabuhan Waikelo pada tanggal 12 Juni 1921. 

Ia menjumpai sebanyak 408 orang umat Katolik Sumba usia dewasa telah kembali menjalankan praktik-praktik agama tradisional. 

Sedangkan segelintir lainnya menganut agama non-Katolik. Hanya sebagian kecil orang yang tetap setia pada iman Katolik. 

Selama puluhan tahun itu, kerinduan kawanan kecil umat Katolik Sumba akan imam “laksana rusa mendamba air”, meminjam lirik lagu “Laksana Rusa” dalam Madah Bakti nomor 288. 

Kehadiran sang misionaris menjadi jawaban atas kerinduan umat di Sumba yang masih setia pada iman Katolik. Keletihan dan dahaga iman pun akhirnya dipulihkan kembali. 

Pada titik ini, Societas Verbi Divini menjadi semacam “oase di savana iman Sumba”, sumber air yang menawarkan kesegaran di tengah hamparan kehidupan iman umat Katolik Sumba yang mengalami kekeringan. 

Wanno Petri yang berdiri tanpa imam selama lebih dari dua dasawarsa itu seolah memberi pesan kepada Pater Cleef, “Mereka sudah lama pergi dan aku ditinggal sendiri”.  

Barangkali bagi Pater Cleef, Wanno Petri bukan hanya sekedar kampung. Tetapi lebih dari itu, ia adalah monumen kesetiaan iman Katolik. 

Sebab itu, Ia bersama misionaris Societas Verbi Divini yang lainnya mulai merawat “monumen” itu dengan melakukan kunjungan pastoral di Sumba sebanyak dua sampai tiga kali dalam setahun selama periode tahun 1921-1928.

Beberapa misionaris Societas Verbi Divini lain yang juga datang di Sumba saat itu adalah Pater Eduard Hundler, SVD; Pater Gerit van Velsen, SVD; Pater Schoorlemmeer, SVD; dan Pater Heinrich Limbrock, SVD. Dalam catatan sejarah, mereka telah membaptis banyak orang di sana.    

Dari Wanno Petri ke Weetebula: Perjalanan Transformatif Misi Katolik Sumba (1929-1957)

Pada bulan Maret 1929, Pemerintah Hindia Belanda menyatakan bahwa imam Katolik boleh menetap di Sumba. 

Hal itu disusul dengan Surat Keputusan resmi yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, yaitu Gouvernement-Besluit Nomor 3 tanggal 21 Juni 1929. 

Menanggapi Surat Keputusan tersebut, pimpinan Regional berdasarkan arahan dari Superior General Societas Verbi Divini menugaskan Pater Limbrock untuk menetap di Sumba. 

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved