Siswa Keracunan Makanan Gratis
Wawancara Ekslusif - Ombudsman Minta SPPG di NTT Tidak Tertutup Soal MBG
Memang kita pedomannya adalah juknis program ini kemudian ada SOP-SOP untuk semua layanan untuk masing-masing SPPG itu.
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Kepala Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Nusa Tenggara Timur, Darius Beda Daton meminta Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di NTT tidak tertutup soal Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menelan 200 lebih korban di SMPN 8 Kupang pada Selasa, 22/07/2025 lalu.
Hal ini disampaikan Darius dalam Podcast Pos Kupang, Kamis (24/7/2025).
Seperti apa penjelasannya, berikut cuplikan wawancara eksklusif bersama Pos Kupang.
Sebagai Ombudsman yang mengawasi persoalan-persoalan publik di NTT mendengar ini seperti apa?
Saya baru mendapatkan informasi pada hari Selasa sekitar jam 1 siang padahal kejadiannya setelah saya cek itu pagi jam-jam 10, saya agak terlambat dapat informasi bahwa anak-anak keracunan dan sedang berada di rumah sakit sehingga tim kami ada yang monitor di rumah sakit Mamami ternyata jumlahnya banyak sekali, lebih dari seratus meskipun kondisi mereka saya lihat sakit saja, pengamatan kami di lapangan tidak ada yang tidak sadar.
Baca juga: Wawancara Ekslusif - Kepala SMPN 8 Kupang: Sudah Ada Keluhan Makanan Basi Sejak Minggu Lalu
Kami juga lihat bagaimana pelayanan rumah sakit terhadap mereka, lancar tidak ada masalah dan setelah mendapat informasi itu sebagaimana juga komplain-komplain lain yang kami terima ini khusus di keracunan ini bukan komplain, mereka hanya menyampaikan informasi, bukan dari orang tua siswa tapi ada orang lain yang memberikan informasi.
Meskipun bukan komplain saya memperlakukannya seperti komplain, pertama-tama kalau menerima laporan seperti itu saya akan koordinasi siapa yang bertanggung jawab karena saya kesulitan mendapatkan informasi tentang nomor kontaknya koordinator program MBG di NTT.
Setelah mencermati dengan cepat ternyata ada standar-standar pelayanan di dapur, bisa saja itu terjadi karena persoalan itu, tetapi sekali lagi itu kita menduga saja bahwa keracunan ini bisa saja berasal dari sumber pangan di luar progam MBG ini. Kita menduganya begitu saja supaya bisa koordinasi.
Bisa dijelaskan di luar sumber pangan MBG itu seperti apa?
Ini kan kejadiannya pada hari Selasa, tanggal 22, makannya itu hari Senin bisa saja ada jeda waktu dari hari Senin sampai Selasa itu ada waktu anak-anak makan di tempat lain, itu bisa saja terjadi sehingga memang secara ilmiah harus dibuktikan, sama seperti yang dijelaskan oleh pak kepala BPOM bahwa saya minta waktu sekitar 7 sampai 14 hari untuk melihat kalau penjelasan secara teknisnya mereka bilang ini kalau unsur kimianya bisa kita lihat dalam waktu cepat tapi kalau mikrobiologi itu butuh waktu 7 sampai 14 hari jadi mohon bersabar untuk kita pastikan ini benar-benar berasal dari makanan dari program ini atau tidak, tetapi kita menduga kuat bahwa karena ini kejadiannya massal, mereka juga makan makanan itu, ya dugaan kita dari situ.
Berdasarkan catatan di Ombudsman, sudah berapa banyak kasus seperti ini di Kupang?
Saya kemudian diWA lagi oleh mungkin orang tua anak-anak SDN Tenau jadi ternyata mereka mengalami satu Minggu sebelum SMPN 8 ini. Mereka malah masih berada di rumah sakit Angkatan Laut sampai sekarang.
Berapa orang di sana?
Empat sampai lima orang. Nah saya sudah WA minta nama-namanya, berada di kelas mana, saya sebenarnya kemarin ingin lihat mereka tapi karena sibuk jadi tidak sempat, saya sudah sampaikan ke Kepala Dinas Kesehatan mohon dicek ini di SDN Tenau. Jadi di Kupang ini sebenarnya SMPN 8 dan SDN Tenau.
Yang diopname ada sekitar empat sampai lima orang, di rumah ada sembilan orang, total belasan orang.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.