Sumba Timur Terkini

Ketua Forum Anak Sumba Timur Minta Entaskan Kekerasan Seksual dan Verbal pada Anak

Menurut Rambu, anak-anak seharusnya dilindungi, diberi pendidikan, difasilitasi ruang belajar dan tumbuh kembangnya.

Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/IRFAN BUDIMAN
Ketua Forum Anak Sumba Timur, Rambu Ngana Palamidu 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Budiman

POS-KUPANG.COM, WAINGAPU - Ketua Forum Anak Sumba Timur, Rambu Ngana Palamidu meminta pemerintah dan seluruh masyarakat untuk bersama-sama mengentaskan kekerasan terhadap anak. Terutama kekerasan seksual dan kekerasan verbal.

Pernyataan ini disampaikan Rambu Ngana Palamidu kepada Pos Kupang saat merayakan Hari Anak Nasional 2025 pada Rabu (23/7/2025).

“Di Hari Anak Nasional ini, saya minta khususnya di tanah Sumba, kekerasan seksual dan verbal pada anak bisa dientaskan atau dieliminasi,” katanya dengan tegas.

Rambu mengatakan, dirinya telah melihat secara langsung kondisi anak yang jadi korban kekerasan seksual di Sumba Timur. Ia menyebutkan, kondisinya sangat memprihatinkan.

Baca juga: Warga Pertanyakan Pelayanan SKCK di Polres Sumba Timur

“Jujur, saat melihat korban kekerasan secara langsung, saya merasa sangat miris dan kasihan dengan apa yang terjadi pada mereka,” ujarnya.

Karena itu, Rambu berharap kepada pemerintah, agar lebih menekan kasus kekerasan terhadap anak ini. Tidak hanya kekerasan seksual, tetapi juga kekerasan verbal yang kini marak terjadi di Sumba Timur.

Kekerasan verbal, katanya, saat ini dianggap sebagai bentuk keakraban. Bentuk candaan yang biasa oleh masyarakat. Hal ini umum terjadi di lingkungan keluarga dan ruang pertemanan anak.

Padahal candaan itu membawa risiko bagi perkembangan psikologis dan tumbuh kembang anak. Apalagi bagi bagi anak-anak yang kurang kasih sayang dari keluarganya.

“Harapan saya angka kekerasan bisa lebih ditekan. Sekarang bukan hanya kekerasan seksual, tapi juga bullying. Baik secara verbal, fisik, maupun lewat siber yang sering terjadi pada anak-anak Sumba,” ujarnya.

“Mereka sering menganggap itu candaan, padahal dampaknya berat, apalagi kalau dari keluarganya kurang kasih sayang, dan di sekolah juga mendapat diskriminasi,” tambah Rambu.

Baca juga: Pesona Air Terjun Menggit-Tj, Tiga Susun Tiga Kolam di Kab Sumba Timur 

Ia juga menceritakan bahwa tidak sedikit anak di Sumba Timur bekerja membantu orang tua hingga malam. Meskipun bermaksud baik, tetapi jam kerja mereka sudah melewati batas kewajaran untuk anak.

Menurut Rambu, anak-anak seharusnya dilindungi, diberi pendidikan, difasilitasi ruang belajar dan tumbuh kembangnya.

“Banyak juga anak di Sumba yang bekerja hingga malam. Saya biasa ke pasar dengan mama, mereka masih ada di jam 9 malam bantu orang tuanya,” ujar Rambu.

Ia menilai, kondisi inilah yang membuat anak-anak juga rentan terhadap kekerasan seksual. Sebagaimana kasus di awal tahun 2025 di Melolo yang terjadi di sebuah pasar.

“Mereka sangat rentan mengalami kekerasan di lingkungan itu. Untuk kekerasan seksual sendiri, kasus terbaru terjadi di awal 2025 di Melolo. Saya wawancara dan melihat langsung korban itu,” katanya. (dim)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved