Breaking News

Prakiraan Cuaca

BMKG Ingatkan Interaksi Gelombang Atmosfer Tropis dan Lemahnya Monsun Australia Picu Cuaca Ekstrem

BMKG ingatkan Interaksi Gelombang Atmosfer Tropis dan Lemahnya Monsun Australia picu cuaca ekstrem di Sejumlah Wilayah Indonesia.

Penulis: Adiana Ahmad | Editor: Adiana Ahmad
Wide Open Eats
WASPADA CUACA EKSTREM - Ilustrasi cuaca ekstrem. BMKG Ingatkan Interaksi Gelombang Atmosfer Tropis dan Lemahnya Monsun Australia Picu Cuaca Ekstrem. 

POS-KUPANG.COM - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) mengingatkan Interaksi Gelombang Atmosfer Tropis dan lemahnya Monsun Australia picu cuaca ekstrem di Sejumlah Wilayah Indonesia seperti hujan hingga angin kencang.

Beberapa faktor yang mendorong terbentuknya awan hujan yang masih intensif di wilayah Indonesia adalah Monsun Australia terindikasi lemah yang menyebabkan kondisi atmosfer di sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan masih lembab dan adanya aktivitas atmosfer intra-musiman, yakni MJO dan Gelombang Ekuator.

Secara spasial, gangguan MJO masih terdeteksi di wilayah timur Indonesia, yakni di Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua, yang mendorong pertumbuhan awan-awan hujan. 

Gelombang ekuator seperti Rossby Ekuator, gelombang Kelvin, dan gelombang Low Frequency turut memperkuat proses konveksi, terutama di Sumatera bagian Timur, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara, dan beberapa daerah di selatan Jawa. 

Baca juga: BMKG Prediksi Cuaca NTT Hari Ini Jumat 4 Juli 2025: Mayoritas Wiayah Diguyur Hujan Sedang

Kelembaban udara yang tinggi dan suhu muka laut yang hangat semakin mendukung proses pembentukan awan hujan di berbagai wilayah.

Dengan kondisi atmosfer yang masih sangat dinamis, BMKG mengimbau masyarakat serta pihak-pihak terkait untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai kilat atau petir, angin kencang, dan gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia.

Kewaspadaan ini penting, khususnya di wilayah yang masih rentan terhadap kejadian cuaca ekstrem, meskipun sebagian wilayah Indonesia telah memasuki periode kemarau.

Berdasarkan analisis BMKG, hingga akhir Juni 2025, tercatat 30 persen zona musim di Indonesia telah memasuki periode musim kemarau. 

Angka ini hanya mencapai setengah dari jumlah zona musim yang secara klimatologis seharusnya mengalami musim kemarau pada akhir Juni. Kondisi tersebut disebabkan oleh curah hujan dasarian yang lebih tinggi dari normalnya (Atas Normal). 

Anomali curah hujan dasarian dengan kategori atas normal ini mulai teramati sejak awal Mei 2025 dan masih berlanjut hingga saat ini. 

Pada akhir Juni 2025, hujan dengan sifat atas normal terjadi di sekitar 53 % wilayah Indonesia, dengan cakupan utama di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian Kalimantan, sebagian Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Baca juga: Cek Prakiraan Cuaca NTT Hari Ini, Selasa 1 Juli 2025: Mayoritas Berawan, Kecuali Alor dan Ngada

Dinamika Atmosfer Sepekan ke Depan

Dalam sepekan ke depan, wilayah Indonesia, khususnya bagian selatan dan timur, diperkirakan akan mengalami pertumbuhan awan yang cukup signifikan.

 Potensi pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia masih cukup tinggi.

Salah satu faktor dipengaruhi oleh Monsun Australia terindikasi lemah. 

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved