NTT Terkini
Sinergi Mendukung Budi Daya Rumput Laut Berkelanjutan dan Pelestarian Terumbu Karang
Budi daya rumput laut, terumbu karang, padang lamun, mangrove, dan aktivitas wisata laut berada dalam satu ekosistem yang saling terhubung.
Pada kesempatan tersebut juga mengemuka masalah pada budi daya rumput laut, yaitu penyakit. Contohnya adalah penyakit ice-ice.
“Penyebab primer penyakit rumput laut adalah lingkungan yang tidak mendukung. Biasanya ini terkait pencahayaan berlebih, suhu, salinitas, dan arus. Untuk penyebab sekundernya, bisa dari infeksi mikroorganisme atau pencemaran lainnya yang menyebabkan rumput laut stres,” jelas Wilson Lodewyk Tisera, akademisi dari Universitas Kristen Artha Wacana Kupang.
Wilson menambahkan bahwa upaya untuk mengatasinya bisa lewat bermacam cara, seperti rotasi lokasi budi daya untuk memutus siklus penyakit, uji coba varietas rumput laut baru yang lebih tahan terhadap penyakit, serta pencatatan dan evaluasi kalender musim secara berkala untuk memahami pola dan waktu terbaik dalam budi daya serta pencegahan penyakit.
Baca juga: Peneliti Siapkan Peta Jalan Riset dan Konservasi Spesies Migrasi Jantung Segitiga Terumbu Karang
Merajut keberlanjutan
Aspek sains yang dikolaborasikan dengan pengalaman empiris di lapangan juga berkontribusi pada keberlanjutan budi daya rumput laut.
Terkait hal ini, YKAN telah mengembangkan Best Management Practices (BMP), sebuah metode budi daya rumput laut yang mengintegrasikan bermacam cabang sains.
Konsep ini dikembangkan bersama para pembudidaya, peneliti, serta mitra terkait lainnya, dengan demplot di Desa Oelolot dan Desa Mbueain di Kabupaten Rote Ndao.
“BMP ini merupakan konsep menyeluruh budi daya rumput laut berkelanjutan melalui pemodelan kebun bibit, pemilihan bibit unggul, pemilihan lokasi budi daya ramah lingkungan, pembuatan penjemuran pasca panen sesuai Standar Nasional Indonesia juga membantu menghubungkan produk rumput laut dengan pasar yang peduli dengan lingkungan. Model ini juga telah direplikasi di desa-desa dampingan kami di Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Sabu Raijua,” terang Manajer Program Laut Sawu YKAN Muhammad Zia Ul Haq.
Pada pelaksanaannya, YKAN juga melakukan peningkatan kapasitas kepada lembaga ekonomi masyarakat serta kelompok perempuan. Peningkatan kapasitas pada pembudidaya perempuan menjadi hal penting dikarenakan pada praktik budi daya rumput laut perempuan terlibat dari hulu ke hilir.
Dari mulai proses pembibitan, budi daya, pengolahan, distribusi, hingga pemasaran. Mereka tidak hanya berkontribusi secara teknis tetapi juga dari sisi kreativitas dan kelembagaan.
”Di banyak desa di Provinsi Nusa Tenggara Timur, para pembudidaya rumput laut mayoritas adalah perempuan. Keberlanjutan budi daya rumput laut banyak bergantung pada para perempuan. Untuk itu kami menjalin kolaborasi dengan lembaga-lembaga seperti YKAN untuk mendukung peningkatan kapasitas para perempuan, misalnya dengan mengolah rumput laut menjadi produk makanan dan minuman seperti kue kering atau sirup. Tak kalah penting adalah menambah muatan konservasi di dalamnya,” terang Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur Sulastri Rasyid.
Ini juga dikuatkan oleh Maria Gigih Setiarti, dari Sambung Asa yang juga banyak mendampingi pembudidaya rumput laut di Indonesia.
“Kontribusi perempuan sering tidak tercatat dan kurang publikasi. Padahal peran perempuan pada budi daya rumput laut sangat penting. Untuk itu penyebarluasan informasi kisah-kisah inspiratif para perempuan yang berkecimpung di bidang rumput laut harus diperbanyak. Hal ini bisa menjadi inspirasi dan tambahan semangat bagi para perempuan lain,” kata Maria.
Pengembangan budi daya rumput laut tak bisa dipisahkan dari inovasi teknologi, untuk memberikan nilai tambah. Inovasi pengolahan rumput laut menjadi berbagai produk bernilai tinggi dari pangan, obat-obatan, pertanian, hingga kerajinan perlu terus ditingkatkan. Untuk itu peran swasta juga amat diperlukan.
“Diversifikasi produk berbasis rumput laut lokal penting untuk memperkuat kemandirian ekonomi daerah. Produk-produk olahan tersebut berpotensi dikembangkan sesuai kebutuhan pasar dan daya dukung lingkungan. Kolaborasi dengan sektor swasta sangat dimungkinkan. Di sini perlunya dukungan kebijakan dan regulasi sehingga rumput laut dapat berkembang menjadi industri yang strategis,” kata Boedi Sardjana Julianto, Direktur PT Jaringan Sumber Daya yang mewakili sektor swasta pada pertemuan tersebut.
NTT Terkini
terumbu karang
rumput laut
Yayasan Konservasi Alam Nusantara
YKAN
BKKPN
Dinas Kelautan dan Perikanan
POS-KUPANG.COM
Rektor Universitas Terbuka, Prof. Dr. Ali Muktiyanto, Disambut Hangat di Kota Kupang |
![]() |
---|
BI NTT Dorong Produktivitas Pertanian Kabupaten Kupang untuk Jaga Ketahanan Pangan di NTT |
![]() |
---|
BERITA POPULER- Kejati NTT Geledah Dinkes Malaka, Aksi Duo Kembar Gery-Gani, Sosok Aldo Seo |
![]() |
---|
Program Pengabdian Masyarakat Unggul FH UGM dan Unwira Sentuh Warga Perbatasan RI-RDTL |
![]() |
---|
Astria Initia Gelar Diskusi Demokrasi, Pertanyakan Peran Pers dan Mahasiswa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.