NTT Terkini

Fenomena Pemalakan Wisatawan di NTT Bukti Mental Masyarakat Belum Sehat

Salah satu upaya yang disarankannya adalah dengan meningkatkan literasi wisata bagi warga loka

Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO-
LASARUS JEHAMAT - Dosen Sosiologi FISIP Undana Kupang, Lasarus Jehamat. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eugenius Suba Boro

POS-KUPANG.COM, KUPANG -- Kasus pemalakan yang dialami wisatawan asal Jakarta di lokasi wisata Padang Savana Mausui, Kelurahan Watu Nggene, Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur, kembali menjadi sorotan publik. Ini merupakan insiden kedua yang terjadi di NTT dalam beberapa waktu terakhir. Pengamat kebijakan publik, Lasarus Jehamat, angkat bicara mengenai fenomena ini.

Lasarus menilai bahwa kejadian pemalakan oleh oknum warga kepada pengunjung bukan semata-mata masalah hukum, tetapi mencerminkan persoalan mentalitas masyarakat di sekitar kawasan wisata.

“Mental masyarakat belum sehat. Ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi cerminan cara pandang terhadap tamu dan potensi wisata,” ujar Lasarus ketika dihubungi, Selasa (17/6/2025).

Menurutnya, pemerintah Kabupaten Manggarai Timur perlu mengambil langkah serius dan sistematis untuk mencegah kasus serupa terulang.

Salah satu upaya yang disarankannya adalah dengan meningkatkan literasi wisata bagi warga lokal.

Baca juga: Ketulusan Remi Nalas: Bawa Benang, Bangkitkan Semangat Penenun di Desa Pinggang Manggarai NTT

“Pemerintah mesti melakukan literasi wisata kepada masyarakat. Beri pemahaman bahwa wisatawan adalah tamu yang harus dilayani dengan baik, bukan dimanfaatkan atau diperas,” tegasnya.

Terkait sanksi terhadap pelaku pemalakan, Lasarus menyatakan bahwa tindakan hukum perlu ditegakkan agar menimbulkan efek jera. Ia menilai permintaan maaf tidak cukup untuk menyelesaikan persoalan ini.

“Pemalak harus diberi sanksi sesuai aturan. Catatannya, sanksi harus diterapkan secara konsisten. Tidak boleh pandang bulu,” katanya.

Menanggapi usulan pembuatan kotak saran atau layanan pengaduan online di setiap kabupaten/kota, Lasarus menyebut hal itu sebagai solusi teknis yang baik, namun bukan prioritas utama.

“Kotak saran itu teknis. Yang utama ialah mendidik masyarakat agar tidak berperilaku buruk di lokasi wisata. Mental pelayanan harus dibangun dari bawah,” ujarnya.

Sebagai penutup, Lasarus mengimbau para wisatawan untuk tetap berhati-hati, tidak ragu melaporkan insiden yang dialami, dan mendokumentasikan kejadian sebagai bahan evaluasi pemerintah daerah.

“Wisatawan harus proaktif, jangan diam ketika mendapat perlakuan buruk. Ini penting untuk perbaikan bersama dan kemajuan pariwisata NTT,” tutupnya.

Insiden ini diharapkan menjadi momentum evaluasi menyeluruh bagi pengelolaan pariwisata daerah agar tidak hanya fokus pada keindahan alam, tetapi juga kualitas pelayanan dan keamanan bagi para pengunjung. (uge)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved