Prakiraan Cuaca
Prakiraan Cuaca Hari Ini Kamis 12 Juni 2025, BMKG Sebut Manggarai dan Manggarai Timur Cerah Berawan
Prakiraan Cuaca Hari Ini Kamis 12 Juni 2025, BMKG Sebut Manggarai dan Manggarai Timur cerah berawan
Penulis: Adiana Ahmad | Editor: Adiana Ahmad

Hasil Pemutakhiran Cuaca BMKG, awal musim kemarau 2025 menunjukkan sebagian wilayah Indonesia diprediksi memasuki musim kemarau pada bulan April hingga Juni 2025, dengan wilayah Nusa Tenggara Timur yang mengalami musim kemarau paling awal.
Puncak musim kemarau umumnya tetap diprediksi terjadi pada bulan Juli hingga Agustus 2025.
Durasi musim kemarau diperkirakan lebih pendek di sebagian besar wilayah, meskipun sebagian kecil wilayah mengalami durasi lebih panjang dari normal.
Sementara itu, dalam sepekan terakhir, hujan dengan intensitas lebat (50-100 mm/hari) hingga sangat lebat (100-150 mm/hari) masih terjadi di beberapa wilayah Indonesia.
Tercatat hujan sangat lebat pada tanggal 2 Juni 2025 di Kota Ambon, Maluku (138.1 mm/hari); tanggal 3 Juni 2025 di Kab. Kepulauan Tanimbar, Maluku (123.5 mm/hari) dan Kab. Sintang, Kalimantan Barat (106.4 mm/hari); tanggal 4 Juni 2025 di Kab. Maluku Tengah, Maluku (123.6 mm/hari); tanggal 6 Juni 2025 di Kab. Ketapang, Kalimantan Barat (125.9 mm/hari); tanggal 7 Juni 2025 di Kab. Maluku Tengah (111.1 mm/hari), Maluku, dan di Kota Ambon, Maluku (138.0 mm/hari); serta tanggal 8 Juni 2025 di Kab. Sidoarjo, Jawa Timur (114.0 mm/hari) dan di Kab. Nganjuk, Jawa Timur (101.0 mm/hari).
Selain itu, BMKG juga mencatat hujan ekstrem (>150 mm/hari ) pada tanggal 7 Juni 2025 di Kab. Seram bagian timur, Maluku (158.0 mm/hari).
Sejumlah fenomena atmosfer diprediksi akan mempengaruhi cuaca di wilayah Indonesia dalam sepekan kedepan. Aktifnya gelombang ekuator seperti gelombang Kelvin, Low Frequency, dan Equatorial Rossby, adanya bibit siklon tropis 92W, serta sirkulasi siklonik meningkatkan peluang terbentuknya awan-awan konvektif di beberapa wilayah. Di sisi lain, labilitas atmosfer skala lokal, baik dari interaksi angin darat/laut maupun dari faktor geografis lainnya, turut memperkuat proses konvektif di wilayah selatan Indonesia. Faktor – faktor tersebut, diperkuat dengan kondisi atmosfer yang relatif basah, dinamika tropis dan topografi di masing – masing wilayah, dapat menyebabkan hujan lokal dengan intensitas sedang hingga lebat pada siang hingga sore hari yang disertai kilat/petir yang tidak merata dengan waktu singkat.
Mengingat atmosfer bersifat sangat dinamis, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi, meskipun beberapa wilayah telah memasuki musim kemarau. BMKG terus menekankan pentingnya memantau informasi cuaca dari sumber resmi secara berkala dan mengambil langkah mitigasi yang diperlukan guna mengantisipasi serta mengurangi dampak risiko bencana hidrometeorologi di wilayah masing-masing.
Dinamika Atmosfer Sepekan ke Depan
Sepekan kedepan Indeks Monsun Australia diprediksi menguat, yang mengindikasikan aliran udara kering dari Australia memasuki wilayah Indonesia dan dapat menyebabkan pengurangan hujan khususnya di wilayah Indonesia bagian Selatan. Hal ini juga mengindikasikan terjadinya perluasan wilayah yang memasuki musim kemarau pada pekan kedua bulan Juni.
Bibit Siklon Tropis 92W diprakirakan berada di Perairan sebelah barat Filipina, dengan tekanan udara minimum 1001 hPa dan kecepatan angin maksimum 15 knot.
Bibit siklon tropis ini memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca di wilayah Kalimantan Utara.
Selain itu, sirkulasi siklonik terpantau di Samudra Hindia Barat daya Sumatra, dan di Samudra Pasifik Timur Laut Papua, yang membentuk daerah konvergensi memanjang di Samudra Hindia Barat daya Banten hingga Barat Daya Sumatra Barat, dan di sekitar sirkulasi siklonik.
Daerah konvergensi lainnya juga terpantau memanjang dari Perairan barat Aceh hingga Aceh, dari Kalimantan Selatan hingga Kalimantan Tengah, dari Laut Cina Selatan hingga Laut Filipina, dari Sulawesi Selatan hingga Sulawesi tengah, di Laut Banda, dan di Papua Pegunungan.
Daerah pertemuan angin (konfluensi) terpantau di Laut Arafura, di Laut Banda, di Laut Andaman, di Laut China Selatan, dan di Laut Filipina.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.