Opini

Opini: Menciptakan Wajah Baru Pariwisata NTT

Destinasi wisata Labuhan Bajo dipromosikan dengan memasarkan brand pariwisatanya yakni Enchanting Labuhan Bajo. 

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/BERTO KALU
LABUAN BAJO - Sejumlah kapal yang mengikuti Fremantle Sailing Club (FSC) Race and Rally 2025 di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat belum lama ini. Labuan Bajo merupakan destinasi wisata super prioritas di NTT. 

Oleh: Albert Novena, SVD
Tinggal di Ledalero Maumere, Nusa Tenggara Timur

POS-KUPANG.COM - Labuhan Bajo, Flores adalah satu destinasi wisata super prioritas di Provinsi Nusa Tenggara Timr (NTT) dan. Nama Labuhan Bajo dalam dunia pariwisata menjadi lebih terkenal dibandingkan NTT. 

Destinasi wisata Labuhan Bajo dipromosikan dengan memasarkan brand pariwisatanya yakni Enchanting Labuhan Bajo. 

Simbol dasarnya seekor varanus ditambah aksesorisnya berwarna-warni dan diharapkan meresap dalam benak wisatawan internasional terutama wisatawan kaya agar datang menikmati masa liburannya di kawasan wisata ini.

Supaya brand itu bisa bertahan tentu perlu ada perawatannnya kontinu dalam menghadapi berbagai benturan kerawanan, entah dari alam, sosial, budaya, politik, ekonomi, wabah penyakit dan lain-lainnya.

Proses branding

Suatu brand, layaknya satu trade mark (merek dagang), mengungkapkan kualitas nilai marketable suatu produk. 

Suatu brand pariwisata tentu tidak timbul tiba-tiba melainkan sudah melalui suatu proses pengamatan dan penelitian mendalam oleh suatu lembaga think tank.

Studi melibatkan berbagai stakeholders kepariwisataan baik pemerintah maupun swasta mengenai potensi obyek dan daya tarik wisata dalam satu wilayah destinasi, menyangkut aspek 5 H yakni habitat (keindahan alam, flora dan fauna), heritage (kekayaan budaya dan kearifan lokal), history (seperti artefak, monumen sejarah etnis, museum), handicraft (seperti hasil kerajinan tangan, fashion) dan human resources atau kualitas sumber daya manusianya. 

Berbagai potensi wisata itu harus dapat menunjukkan keasliannya serta keunggulannya, baik kompetitif maupun komparatif terhadap wilayah detinasi lainnya  (Yudisseno, R.K.2019, p.7-9).

Kerja sama Pentahelix

Agar efektifitas  dan efisiensi brand itu bisa terjamin selanjutnya tentu  harus didukung dengan kerja sama rapi, teratur dan setara antara berbagai komponen stake holders dari pentahelix pariwisata yakni pemerintah, pebisnis pariwisata, kalangan akademisi, masyarakat dan media sosial (Burhan Bungin,2015,p.147-149). 

Pemerintah berperan sebagai regulator dan fasilitator guna menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan usaha kepariwisataan daerahnya sesuai peraturan dan Undang-Undang Kepariwisataan yang belaku.

Dalam kebijakan politik pembangunan pariwisata, patut diperhatikan keseimbangan antara pembangunan pariwisata beorientasi pertumbuhan dan berorientasi pemerataan. 

Orientasi pertumbuhan mengutamakan perolehan devisa bagi negara dari usaha usaha para investor. 

Orientasi pemerataan membuka ruang bagi pembangunan pariwisata pedesaan oleh masyarakat desa sendiri agar mereka dapat memperoleh keuntungan dan kesejahteraan dari pembangunan pariwisata dan tidak terpinggirkan.

Pemerataan ini perlu diperhatikan karena pada umumnya daya tarik dan obyek wisata di NTT banyak terdapat di wilayah pedesaan. 

Para pebisnis atau investor tentu saja dengan kekuatan modalnya dapat membangun berbagai usaha kepariwisataan sesuai peraturan pemerintah dan Undang-Undang Kepariwisataan RI dan tentu saja harus berkualitas kredibel untuk konsumsi nasional dan internasional.

Para akademisi dapat menyumbang pemikiran mengenai pengembangan dan penelitian pada sektor-sektor pariwisata,dan pembinaan bagi masyarakat.

Peran masyarakat setempat tentu membutuhkan kerja sama dengan pemeritah, para
pebisnis, akademisi dan media.

Selain meningkatkan sapta pesona wisata (pesona aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan) masyarakat lokal juga dapat terlibat sebagai wirausahawan kepariwisataan dan jangan hanya menjadi pekerja kasar.

Pengembangan pariwisata dewasa ini tidak bisa terpisahkan dari peran media offline dan online guna promosi dan pemasaran pariwisata tanpa mengenal ruang dan waktu, secara strategis, efektif dan inovatif. Kerja sama kelima unsur pentahelix ini tentu dapat menciptakan satu brand baru pariwisata NTT.

Brand pariwisata Enchanting Labuhan Bajo itu tentu saja sudah melewati proses seperti terlukis di atas namun brand itu bisa menimbulkan kesan berlaku hanya untuk kawasan destinasi pariwisata Labuhan Bajo dan tidak menggambarkan keseluruhan NTT sebagai satu kesatuan geografi pariwisata walaupun dikatakan Labuhan Bajo itu menjadi hub penyebaran wisatawan ke seluruh wilayah NTT. 

Hemat penulis, ini merupakan kelemahan pendekatan pars pro toto dalam promosi pariwisata NTT. NTT jauh lebih luas dari Labuhan Bajo. 

Karena itu perlu diciptakan satu brand pariwisata NTT yang mempromosikan NTT sebagai satu kesatuan geografi pariwisata dan mendorong proses pemerataan pembangunan pariwisata ke seluruh wilayah NTT, dan tidak hanya terpusat di Labuhan Bajo.

Menciptakan Wajah Baru Pariwisata NTT

Nusa Tenggara Timur lebih luas dari Labuhan Bajo. Provinsi NTT dengan luas daratan 47.931,54 km2 dan laut151.414,05 km2, berpenduduk 5,61 juta jiwa (Dukcapil 2024) memiliki berbagai ragam budaya, tradisi, etnis, bahasa, situs sejarah, fauna, flora dan lain-lain. 

Dari segi pariwisata, keberagaman ini merupakan kekayaan modal pariwisata eksotik dan otentik. Keberagaman itu bersama daratan dan lautnya perlu dijelmakan menjadi gugusan taman destinasi pariwisata dunia dan tidak hanya di Labuhan Bajo. 

Menteri Pariwisata RI (Menpar RI), Widiyanty Putri Wardhana dalam salah satu fokus rencana kerjanya ialah berupaya menggalakkan promosi pariwisata Indonesia ke luar negeri guna mendatangkan wisatawan berkualitas tinggi (high quality tourist) ke Indonesia (Antara,1-11-2024). 

Kini NTT mempunyai kepemimpinan baru untuk periode lima tahun ke depan (2025-2030). Ke depan semoga dalam periode baru ini seluruh wilayah NTT nanti mendapat sebaran merata wisatawan mancanegara itu dan tidak hanya terpusat di Labuhan Bajo agar tidak menimbulkan overtourism di kemudian hari di Labuhan Bajo. 

Pemerataan pembangunan pariwisata NTT ini sangat perlu untuk menciptakan lapangan kerja di daerah-daerah, memperpanjang masa tinggal wisatawan (length of stay) yang berefek pada meningkatkan ekonomi di pedesaan, mengurangi urbanisasi dan migrasi tenaga kerja migran dari NTT. (*)

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News 

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved