Wisata NTT
Wisata NTT, Sesnasi Pendakian Gunung Ile Mauraja Lembata , Nikmati Dua Gunung Dalam Satu Perjalanan
Kabupaten Lembata yang merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) juga memiliki gunung-gunung cantik untuk didaki
Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
POS KUPANG.COM -- Kabupaten Lembata yang merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) juga memiliki gunung-gunung cantik untuk didaki.
Salah satunya adalah Gunung Ile Mauraja di Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata.
Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 1.080 meter di atas permukaan laut (mdpl). Salah satu keunikannya adalah pendaki akan sekaligus mendaki dua gunung saat menuju puncak Gunung Ile Mauraja.
Itulah pengalaman yang kembali dinikmati dua warga Jakarta bernama Diego dan Robert Bala yang bergabung dengan pendaki setempat Naris dan Afi.
Ada 2 lagi pendaki dari Lewoleba (Erlin dan Farah). Rombongan berangkat dari desa pusat Lerek (sekitar 1,5 kilometer (km) menuju lereng gunung Ile Mauraja .
Baca juga: Wisata NTT, Rasakan Sensasi Naik Kapal Kayu Saat Liburan ke Lembata
Enam pos pendakian Gunung Ile Mauraja NTT Robert Bala melalui kepada Kompas.com melalui WhatsApp, mengatakan bahwa pendaki harus berkendara sepanjang 45 km atau sekitar 2 jam dari Ibu Kota Kabupaten Lembata, Lewoleba sampai kawasan Gunung Ile Mauraja.
Kondisi jalan bebatuan dengan jalan aspal yang tidak sempurna, membutuhkan kehati-hatian para pengendara. Saat musim hujan, genangan lumpur bisa ditemukan di beberapa titik. Saat kemarau, debu setebal 5 cm bisa menjadi gangguan serius.
Sampai Lamaheku, para pendaki perlu melapor ke kepala dusun Fransiskus Bala Lajar yang rumahnya berdekatan dengan pos pertama. Ada loket kecil yang seharusnya para pendaki bisa menuliskan namanya. Dari pos pertama, pendaki berjalan sekitar 500 meter lewat jalan Rabat yang bisa dilewati kendaraan roda empat.
100 meter sebelumnya adalah tanah pasir yang sisinya mudah longsor. Selanjutnya para pendaki akan sampai pada pos kedua yang sekaligus mulai dengan pendakian. Awalnya terdapat 210 anak tangga.
Namun, setelah itu terdapat sekitar 100 meter yang cukup terjal. "Pendaki sesekali harus menapaki rumput yang berada di sisi kiri dan kanan jalur pendakian. Kalau tidak berhati-hati, pendaki bisa terjatuh," kata Robert.
Pos ketiga adalah Kedukok Ore. Pendaki umumnya bisa berjalan dengan santai sepanjang 500 sambil menikmati semilir angin.
Para pendaki juga mulai perlahan menyaksikan hamparan perbukitan sambil melihat desa Lerek, Atakore, dan Lewogeroma.
Tampak pula dataran rendah di Waiteba yang pernah jadi pusat kecamatan Atadei, tetapi dilanda tsunami tahun 1979.
Jalur mulai menanjak
Namun kondisi tanah berkapur dengan bagian tertentu yang terjal, harus membuat para pendaki ektra berhati-hati.
Dari jalur tiga hingga empat, jalurnya seperti punggung kuda yang mana di tiap sisinay terdapat jurang yang cukup curam.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.