Wisata NTT

Wisata NTT,  Sisi Lain Keindahan Sumba ada Rumah Tanpa Logam dan Kuburan Batu Desa Ratenggaro

Namun, Sumba juga punya sisi lain seperti peninggalan leluhur berupaka  perkampunan adat dan kubur batu yang eksotik

Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
KEMENPAREKRAF
Desa Ratenggaro di Sumba Barat Daya. Disebut sebagai pulau terindah di dunia. 

POS KUPANG.COM -- Pulau Sumba terkenal memiliki sejuta pantai yang sangat indah dan eksotik .

Namun, Sumba juga punya sisi lain seperti peninggalan leluhur berupaka  perkampunan adat dan kubur batu yang eksotik.

Salah satu kamung adat yang sangat terkenal adalah Retenggaro . 

Dikutup dari Indonesia.Gi.ID , Desa adat Ratenggaro memiliki daya tarik pada keunikan rumah adat dan ratusan kubur batu berusia ribuan tahun. 

Kawasan pantainya pun tak kalah cantik dengan pasir putih halus dan ombak besarnya, cocok bagi penikmat olahraga berselancar.

Sumba adalah sebuah daya tarik lain dari Nusantara. Di pulau seluas 11.153 kilometer persegi ini bersemayam aneka keindahan alam dan keragaman budaya. 

Tak salah jika Focus, sebuah majalah wisata terkemuka Jerman, pada 2018, menobatkan Sumba sebagai Pulau Terindah di Dunia (The Best Beautiful Island in The World). 

Desa Adat Ratenggaro menjadi salah satu penyumbang tersematnya titel mentereng Focus bagi Sumba, salah satu pulau utama di Nusa Tenggara Timur.

Letak desa adat ini ada di ujung selatan Sumba. Tepatnya di Desa Maliti Bondo Ate, Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya, satu dari empat kabupaten yang membelah pulau berjuluk Negeri Seribu Bukit. 

Lokasinya persis di muara Sungai Wai Ha dan bersebelahan dengan Kampung Adat Wainyapu.

Ratenggaro merupakan gabungan dua kata, rate yang berarti kuburan dan garo, nama suku di Sumba. 

Dari hikayat setempat diketahui bahwa desa ini awalnya terbentuk usai perang antarsuku, di antaranya melibatkan warga dari Suku Garo. Perang berakhir ketika Suku Garo dikalahkan lawan dan seluruh warganya terbunuh serta dimakamkan di sekitar wilayah peperangan. Kisah inilah yang menyebabkan desa tersebut dinamai Desa Ratenggaro.

Uniknya, seluruh orang yang terbunuh dalam peperangan tadi dikubur dalam bebatuan atau menhir. 

Kubur batu ini berserak di sekitar desa, bahkan jumlahnya mencapai 304 buah. Teknik menhir di perkampungan ini diketahui sudah ada sejak zaman megalitikum atau sekitar 4.500 tahun lampau. Bentuknya beraneka rupa, umumnya seperti sebuah meja batu datar ditopang oleh pilar, tentunya berbahan batu pula.

Di antara kubur batu itu terdapat makam pendiri Ratenggaro, Gaura dan istrinya, Mamba. Beberapa menhir terletak di tepi pantai, sekitar 500 meter di belakang perkampungan. Dua di antaranya sangat istimewa. 

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved