NTT Terkini
Program OVOP Gubernur NTT Mendapat Sorotan dari Pengamat Ekonomi Undana
Ricky menilai Program OVOP dapat menjadi katalis pemberdayaan ekonomi lokal dengan mengoptimalkan sumber daya dan keunikan setiap desa.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yuan Lulan
POS-KUPANG.COM, KUPANG– Program One Village One Product (OVOP) yang digagas Gubernur NTT, Melki Lakalena mendapat sorotan dari Pengamat Ekonomi sekaligus Koordinator Program Studi Administrasi Bisnis Universitas Nusa Cendana (Undana), Ricky Ekaputra Foeh, M.M.
Menurutnya, program ini merupakan langkah strategis untuk mendorong pembangunan ekonomi berbasis potensi lokal di NTT.
Ricky menilai Program OVOP dapat menjadi katalis pemberdayaan ekonomi lokal dengan mengoptimalkan sumber daya dan keunikan setiap desa.
“Program ini berpotensi menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mengurangi ketergantungan pada kota atau daerah lain,” ujarnya kepada POS-KUPANG.COM, Jumat (30/5/2025).
Selain itu, OVOP mendorong revitalisasi kearifan lokal seperti kerajinan dan produk pertanian, yang sekaligus melestarikan budaya dan identitas daerah.
Baca juga: Gubernur NTT Melki Laka Lena Beli Jas Tenun Produk UMKM Yeti Djami Saat Launching OVOP
Program ini juga dinilai mampu memicu inovasi dan kewirausahaan melalui pengembangan kualitas produk, branding, dan akses pasar.
“OVOP bisa bersinergi dengan pariwisata NTT, di mana produk unggulan desa dapat menjadi oleh-oleh atau bagian dari paket wisata,” tambah Ricky.
Meski memiliki potensi besar, Ricky menyoroti sejumlah tantangan. Pertama, kapasitas sumber daya manusia (SDM) di desa masih terbatas, terutama dalam manajemen usaha, pemasaran, dan pemanfaatan teknologi digital.
“Pelatihan intensif dan pendampingan sangat diperlukan,” tegasnya.
Kedua, infrastruktur seperti jalan, listrik, dan internet yang belum memadai di banyak wilayah NTT menghambat distribusi produk.
Baca juga: DLHK Provinsi NTT Pamerkan Produk Hasil Hutan Non-Kayu dari Kelompok Tani Hutan di Ajang OVOP
Ketiga, standarisasi dan skalabilitas produk masih menjadi kendala untuk bersaing di pasar yang lebih luas.
“Banyak produk desa belum memenuhi standar mutu atau belum siap diproduksi secara massal,” jelasnya.
Ricky juga menekankan pentingnya pemanfaatan platform e-commerce dan media sosial untuk memperluas pasar.
Namun, hal ini memerlukan penguatan literasi digital di kalangan pelaku usaha desa. Terakhir, ia menyarankan adanya evaluasi berkala untuk memastikan keberlanjutan program, agar OVOP tidak hanya menjadi slogan semata.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.