NTT Terkini
Kaum Muda NTT Bertemu Langsung Gubernur Melki Laka Lena, Dorong Kebijakan yang Lebih Inklusif
Provinsi NTT memiliki populasi kaum muda yang mencapai 25 persen dari total penduduknya (BPS, 2024).
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Ratusan kaum muda dari berbagai kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT) berkumpul dalam pertemuan konsultatif bersama Gubernur NTT, Melki Laka Lena, untuk menyuarakan langsung aspirasi, rekomendasi kebijakan, serta tantangan yang mereka hadapi di berbagai sektor, mulai dari pendidikan, infrastruktur, kesehatan, hingga ekonomi.
Pertemuan tersebut merupakan kolaborasi antara Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), komunitas kaum muda, serta organisasi masyarakat sipil, dengan tujuan memperkuat sinergi antara kebijakan pemerintah provinsi dan kebutuhan riil generasi muda di NTT.
Tantangan serius yang dialami kaum muda NTT
Provinsi NTT memiliki populasi kaum muda yang mencapai 25 persen dari total penduduknya (BPS, 2024), namun mereka masih menghadapi berbagai tantangan serius, mulai dari terbatasnya akses terhadap pendidikan tinggi, pelatihan vokasi, hingga kurangnya kesempatan kerja yang layak.
Kondisi ini mendorong sebagian besar kaum muda bermigrasi ke luar daerah demi mencari penghidupan yang lebih baik, sementara sebagian lainnya bekerja di sektor informal tanpa jaminan penghasilan yang stabil.
Data BPS 2023 menunjukkan tingkat pengangguran terbuka di NTT sebesar 3,14 persen, dengan hanya sekitar 40 persen kaum muda yang mengakses pendidikan tinggi.
Di sisi lain, isu kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi dan mental, serta diskriminasi berbasis gender dan disabilitas, memperburuk kerentanan sosial kaum muda, terutama perempuan dan penyandang disabilitas.

Dalam dialog terbuka tersebut, kaum muda menyampaikan sejumlah isu mendesak yang mereka hadapi di berbagai wilayah.
Dari segi infrastruktur, kondisi jalan yang rusak parah masih ditemukan di sejumlah wilayah seperti Kecamatan Amfoang Kabupaten Kupang, Desa Kueknutu Kabupaten Nagekeo, hingga di Kupang, yang merupakan ibukota Provinsi NTT. Jalan penghubung antar wilayah juga dinilai belum memadai
untuk mendukung mobilitas pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Dari segi ekonomi, sejumlah pelaku UMKM yang memproduksi kerajinan dan obat tradisional masih terkendala akses pasar dan keterampilan digital. Sementara itu, lulusan SMA/SMK banyak yang belum siap kerja karena minimnya pelatihan vokasi.
Daris segi pendidikan dan teknologi, banyak guru di sejumlah wilayah belum memiliki keterampilan digital yang memadai, ditambah akses internet dan listrik yang terbatas, sehingga membatasi proses belajar dan mengajar di sekolah.
Dari segi kesehatan, minimnya fasilitas kesehatan dasar, seperti akses air bersih, sanitasi, hingga stunting, memperlihatkan masih lemahnya sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak di NTT.
“Realitas ini menggambarkan bahwa kami sebagai kaum muda tidak hanya ingin dilihat sebagai penerima manfaat pembangunan, tapi juga sebagai mitra strategis yang perlu dilibatkan dalam setiap tahap perencanaan. Kami dari kelompok disabilitas juga berharap program-program Gubernur NTT bisa membuka peluang peningkatan kapasitas di bidang usaha dan akses kerja yang lebih inklusif, sehingga semakin banyak teman disabilitas yang tidak lagi menganggur," ungkap ujar Anna, orang muda dari perwakilan Komunitas Tuli Kupang.
Dia melanjutkan, "Masih banyak pula teman disabilitas yang tidak bisa bersekolah, padahal mereka memiliki kemampuan yang sama dengan anak-anak lainnya; tantangannya bukan pada kemampuan, melainkan pada akses yang masih perlu terus ditingkatkan."
Rekomendasi Konkret dari Kaum Muda untuk Masa Depan NTT
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.