NTT Terkini

Terkait Kasus Ratenggaro, Josua Maujawa: Mereka Bukan Salah, Hanya Belum Sempat Disapa oleh Negara

Tahukah kau, bahwa dari jutaan kata yang tertulis di kolom komentarmu, tak satu pun tangan kecil anak-anak itu bisa menangkisnya?

Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO
Josua Maujawa tokoh muda Sumba 

Oleh: Josua Maujawa

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Beberapa hari ini, dunia maya gaduh. Video yang diviralkan seorang Youtuber mengguncang ketenangan sebuah kampung sunyi di Sumba-Ratenggaro.

Bukan karena ada kekerasan, bukan karena ada kejahatan. Tapi karena ia membawa pulang prasangka, lalu menumpahkannya ke dunia… tanpa berpikir, tanpa rasa, tanpa menyentuh lebih dulu.

Anak-anak kecil di Ratenggaro... berdiri di ujung jalan, menatap dan menanti. Mungkin canggung. Mungkin diam. Tapi mereka bukan ancaman.

Mereka bukan pemalak. Mereka hanya anak-anak Indonesia yang belum sempat disentuh oleh pendidikan, belum sempat diajari cara menyambut tamu, belum sempat memahami bahasa keramahan yang di harapkan.

Mereka tidak mencopet, mereka tidak mencuri hp dan camera mereka yang canggih, mereka tidak merusak kendaraan, mereka tidak mengancam, mereka tak merampok apalagi melukai.

Baca juga: Wakil Ketua Lembaga Adat Kampung Ratenggaro Sebut Perlu Panjang Sabar Tangani Suasana di Ratenggaro

Mereka bukan salah. Mereka hanya belum sempat disapa oleh negara, belum sempat dijemput oleh kesempatan.

Tapi Youtuber itu datang, memotret sepotong fragmen tanpa rasa, Lalu mengeditnya, memberi musik dramatis, memberi narasi menuding, dan memviralkannya ke seluruh dunia.

Ia menyebut mereka sebagai pelaku, padahal mereka adalah korban dari kelalaian kita bersama.

Tahukah dia, saat dia menekan tombol unggah, ia sedang melukai hati anak-anak itu? Saat videonya ditonton jutaan orang, saat komentar demi komentar menyudutkan mereka, sesungguhnya luka itu makin dalam, karena yang dilukai bukan hanya anak-anak Ratenggaro, tapi juga anak-anak Indonesia.

Kalau ia memang anak bangsa, tidakkah ia punya malu? Tidakkah ia bisa menahan diri membuka luka saudaranya sendiri di mata dunia?

Apakah kebanggaan seorang anak Indonesia hari ini terletak pada menjatuhkan saudaranya sendiri demi konten?

Tuan Youtuber, sebelum kau bicara soal harga parkir, tahukah kau berapa harga air mata seorang anak yang merasa malu karena ia disebut "preman" oleh jutaan mata?

Tahukah kau, betapa sunyinya hati seorang ibu di Ratenggaro ketika anaknya disebut sebagai ancaman, padahal ia hanya mencoba menjaga halaman rumahnya?

Tahukah kau, bahwa dari jutaan kata yang tertulis di kolom komentarmu, tak satu pun tangan kecil anak-anak itu bisa menangkisnya?

Anak-anak itu tidak butuh dihina. Mereka butuh disentuh. Mereka tidak butuh dicemooh. Mereka butuh dididik. Mereka tidak butuh dituding. Mereka butuh dipeluk.

Karena jika engkau melukai anak-anak Ratenggaro hari ini, engkau bukan hanya mencederai Sumba. Engkau mencederai anak-anak Indonesia, jiwa-jiwa polos yang seharusnya kita rawat bersama.

Maka hari ini, dari Ratenggaro yang senyap namun sarat makna, kami mengetuk dunia…
Bukan dengan amarah, bukan dengan luka, tapi dengan sehelai suara yang kami rajut dari sabar dan cinta.

Datanglah kembali, Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya…

Datanglah bukan hanya dengan kamera, tapi dengan hati.

Bukan hanya untuk menangkap pemandangan, tapi untuk menyentuh kehidupan.

Datanglah menyusuri jalan-jalan kami yang sepi, yang masih dilalui angin dan riang tawa bocah,
datanglah menyapa tangan-tangan kecil yang belum tahu cara menyambut,
tapi menyimpan cinta sebesar langit dalam diam mereka.

Jangan cari keindahan itu hanya pada sabana,
pada laut biru, atau atap-atap rumah adat yang anggun…
Carilah keindahan itu pada mata anak-anak kami,
yang bening dan jujur, yang menatap setiap tamu
seperti menatap mimpi yang belum sempat mereka ucapkan.

Di sanalah,
Sumba yang sejati menanti.
Sunyi, tapi setia.
Terbuka, meski pernah dilukai.

Mari datang kembali.
Bukan sebagai pengunjung, tapi sebagai sahabat.
Bukan untuk menghakimi, tapi untuk merasakan.
Bukan untuk sekadar berlibur, tapi untuk pulang,
karena Sumba, selalu menyambut siapa pun yang datang dengan kasih.

Dan bila engkau mau membuka hatimu sekali lagi,
kau akan tahu:
Sumba tidak hanya indah, ia lembut. Ia mengingat. Ia memeluk. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved