Prakiraan Cuaca
BMKG Keluarkan Warning untuk Warga NTT: Waspada Angin Kencang Selama Periode 16-22 Mei 2025
BMKG keluarkan warning untuk Warga NTT: Waspada angin kencang selama periode 16-22 Mei 2025.
Penulis: Adiana Ahmad | Editor: Adiana Ahmad
Puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada bulan Agustus dan akan berlangsung lebih singkat dari biasanya pada 298 ZOM (43 persen).
Dalam beberapa pekan terakhir, masyarakat merasakan cuaca panas terik pada siang hari.
Namun masih disertai hujan pada sore atau malam.
Fenomena ini merupakan ciri khas masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
Kondisi atmosfer yang labil pada masa transisi ini berpotensi memicu terbentuknya awan konvektif seperti Cumulonimbus (CB), yang dapat menyebabkan cuaca ekstrem seperti hujan lebat, petir, angin kencang, bahkan hujan es.
Dalam sepekan terakhir, hujan dengan intensitas sangat lebat tercatat di beberapa wilayah, seperti pada 9 Mei 2025 di Kab. Jembrana, Bali (121,4 mm/hari), 10 Mei di Kota Tangerang Selatan, Banten (103,0 mm/hari), 11 Mei di Kab. Sleman, DIY (115,3 mm/hari), 12 Mei di Kab. Merauke, Papua Selatan (118,0 mm/hari), dan 14 Mei di Kab. Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah (105,7 mm/hari).
Keadaan dinamika atmosfer yang fluktuatif dan dapat berubah secara tiba-tiba pada periode ini, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem.
Kondisi seperti hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang masih mungkin terjadi.
Dinamika Atmosfer Sepekan ke Depan
Pada periode terkini, sebagian besar wilayah Indonesia masih berada dalam fase peralihan musim (pancaroba).
Dimana, secara klimatologis ditandai oleh kontras suhu udara antara pagi dan siang hari.
Peningkatan intensitas radiasi matahari pada pagi hingga siang hari berkontribusi terhadap penguatan proses konvektif di lapisan atmosfer bawah, sehingga meningkatkan potensi terbentuknya awan konvektif pada sore hingga malam hari.
Kondisi ini berpeluang menimbulkan hujan dengan karakteristik tidak merata, berdurasi singkat, berintensitas sedang hingga lebat, serta disertai kejadian kilat/petir dan angin kencang di sejumlah wilayah.
Sirkulasi Siklonik diprediksi terbentuk di Samudra Hindia barat daya Sumatra, di Selat Makassar, di perairan utara Maluku Utara, di Maluku dan di perairan utara Papua Barat.
Sirkulasi Siklonik ini membentuk daerah konvergensi memanjang di Samudra Hindia barat daya Sumatra dari Sumatra Barat hingga perairan barat daya Lampung, dari Jawa Timur hingga perairan barat daya Banten.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.