Opini

Opini: Membaca Paus Leo XIV

Sebagai seorang yang misioner, ia harus seorang figur yang menarik hati umat. Seorang pribadi yang sederhana, bersahaja, dekat dengan umat. 

|
Editor: Dion DB Putra
TANGKAPAN LAYAR YT CNBCTV18
DOA RATU SURGA - Paus Leo XIV saat memimpin Doa Regina Caeli atau Ratu Surga di Basilika Santo Petrus Vatikan pada pukul 12.00 , Minggu 11 Mei 2025. 

Oleh: Robert Bala
Alumnus Univerdidad Pontificia Salamanca Spanyol

POS-KUPANG.COM - Beberapa pengikut dan pembaca setia mengirim pesan: "Kami tunggu tulisan tentang Paus Leo XIV". Saya jawab "sudah banyak tulisan tentang beliau."

Rupanya jawaban saya belum meyakinkan mereka. Karenanya kini ada waktu (meski tanpa laptop dan hanya andalkan HP) saya coba menjawab sesuai "style" saya tentunya. 

Ada hal yang membuat saya menulis adalah bagaiamana Paus yang diharapkan: Misioner, negarawan, pemimpin. 

Sebagai seorang yang misioner, ia harus seorang figur yang menarik hati umat. Seorang pribadi yang sederhana, bersahaja, dekat dengan umat. 

Itu dilakukan dan diwujudkan saat jadi pastor paroki di dua paraoki di pinggir kota Peru: Sta Rita dan Momserrat selama 11 tahun. 

Tugas yang tidak mudah karena harus berbagi waktu menjadi dosen. Tetapi di situ, di pinggir kota, ia menyatu dengan orang-orang miskin, kalah, terpinggirkan. 

Di situ ia menyatu dengan mereka dan menjadi bagian dari mereka. Ia tahu bahwa studi hukum kanonik, tidak harus membuatnya hanya menghakimi tetapi menciptakan keadilan agar tidak ada yang terhukum. 

Tidak hanya itu. Memilih menjadi warga negara Peru (ucapan Peru ditekan pada RU) tentu bukan sekadar syarat diplomatik seseorang jadi uskup) tapi sebagai komitmen menyatu dengan mereka yang dilayani. 

Pilihan untuk kembali ke Peru setelah dua periode sebagai pemimpin tertinggi Ordo Agustian, memperkuat komitmennya menyatu dengan umat. 

Keterikatan dengan umat sederhana lebih diperkuat lagi saat menjadi pemimpin tertinggi Ordo Santo Agustinus

Selama dua perode (12 tahun), ia keliling dunia termasuk ke Papua, Indonesia. Di sana ia mengenal warga dunia, terutama mereka yang miskin dan menderita. 

Sebagai negarawan, Paus Leo XIV harus berdiri sederajat dengan Donald Trump, Vladimir Putin, Xi Jinping. 

Sebagai pimpinan negara, Leo XIV, tentu perlu bijak berpolitik. Pertautan kepentingan akan jadi masalah. 

Imigrasi dari Amerika Latin ke Amerika Serikat, imigran Venezuela ke Perù, perang Ukraina versus Rusia, merupakan masalah yang tidak kecil. 

Sebagai warga AS, Paus Leo XIV tentu memiliki keterikatan dengan Trump. Tapi soal kaum imigran, keduanya bisa berbeda malah bisa memunculkan konflik. Di sinilah diplomasi memainkan peranan penting. 

Sebagai gubernur, Leo XIV memiliki tugas yang tidak ringan. Paus Fransiskus telah membersihkan Vatikan dari masalah keuangan yang disebut berantakan (The Vatican's Messy Finance). 

Tugas Robert Francis Prevost menjaga keseimbangan. Ini tugas yang tidak ringan.

Tetapi rupanya Paus Fransiskus secara jeli melihat kepiawaian Prevost menata masalah keuangan. 

Meski perannya lebih kepada proses  pemilihan calon uskup, tetapi bukan mustahil kalau uskup terpilih pun sedikit banyak ditinjau dari segi "kebersihan finansial". 

Lalu apa yang akan dilakukan Paus kelahiran Chicago dengan peluang imam perempuan? 

Ini pertanyaan menarik. Dalam sebuah pemikiran tentang perempuan, Paus Fransiskus, pendahulunya mengatakan bahwa perempuan selalu mengajukan pertanyaan memdalam. 

Apakah ini jadi tanda bahwa harapan agar perempuan bisa terwujud? 

Sesungguhnya inilah harapan yang tidak sulit dijawab karena dalam masa yang singkat sebagai kardinal, Robert Prevost sudah melibatkan perempuan dalam perekrutan calon uskup. 

Kalau demikian, maka harapan agar wanita jadi diakon dan imam bukan harapan yang sia-sia. Harapan ini mudah dibaca meskipun waktu eksekusi mungkin harus menunggu. 

Dan terakhir, apakah Paus Fransiskus dan Paus Leo XIV  sebagai biarawan misioner ada sangkut pautnya? 

Dua figur yang telah jadi pemimpin di ordonya menunjukkan bahwa mereka telah terseleksi dari serikatnya. Yang Gereja lakukan hanya mengambilnya sebagai pemimpin jagat, hal mana terjadi dengan Robert Prevost

Lalu apakah ke depannya pimpinan tiap ordo bisa dianggap sebagai "papable" atau minimal episcopable? 

Jangan membaca terlalu jauh seperti itu tapi bukan mustahil. (*)

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved