Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Kamis 17 April 2025, "Mengasihi Sampai Saat Terakhir"
Yesus, sebagai Tuhan dan tuan, membungkuk rendah hati untuk membasuh kaki murid-murid-Nya. Itu bukan hanya tindakan kerendahan hati,
SUARA PAGI
Pastor John Lewar SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor
Kamis, 17 April 2025
KAMIS PUTIH PERJAMUAN MALAM TUHAN
Kel. 12:1-8,11-14; Mzm. 116:12-13,15-16bc,17-18; 1Kor. 11:23-26; Yoh. 13:1-15;
Warna Liturgi Putih
Mengasihi sampai Saat Terakhir
Dalam Injil, kita membaca, “Yesus sudah tahu bahwa saatnya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sebagaimana Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya, demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai saat terakhir.”
Bagaimana dengan kita? Apakah kita memiliki kapasitas untuk mencintai orang yang kita cintai, juga sampai saat terakhir? Kenyataan, banyak orang memiliki batasan dalam cinta. Jika pasangan kita salahgunakan uang atau tidak serahkan gajinya, bertindak tanpa ragu untuk menceraikannya.
Jika orang tua yang lanjut usia, sudah pikun, kekanak-kanakan, membosankan, dan pelupa-, kita mengabaikan mereka. Jika kita mengandung bayi yang belum siap kita miliki, kita tidak ragu untuk melakukan aborsi.
Jika putera atau puteri kita menjadi nakal, kecanduan narkoba atau berjudi, apakah kita masih akan menerimanya?
Atau, jika mereka berulang kali gagal dalam ujian mereka, akankah kita tetap mencintai mereka dan memberi mereka semangat?
Akhirnya, jika seorang imam gagal dalam tanggung jawabnya sebagai imam dan melakukan dosa-dosa yang memalukan, apakah Anda masih akan mencintainya sampai akhir dan tidak menghakimi dia?
Sangat sulit kita bertahan seperti yang kita inginkan, untuk setia dan bertahan dalam mencintai sampai akhir. Tuhan mencintai kita dengan cara-Nya. Dia mengasihi kita sebagai milik-Nya dan Dia mengasihi kita sampai akhir.
Setelah melepas pakaian-Nya, Yesus mengambil posisi seorang budak. Dia mengikatkan handuk di pinggangnya dan melakukan apa yang akan dilakukan seorang budak untuk tamu tuannya, dengan mencuci kaki para tamu yang lelah.
Yesus, sebagai Tuhan dan tuan, membungkuk rendah hati untuk membasuh kaki murid-murid-Nya. Itu bukan hanya tindakan kerendahan hati, tetapi itu juga simbolis dari pengosongan diri total Tuhan dalam kasih-Nya bagi para murid-Nya.
Kemungkinan besar, reaksi kita sama seperti reaksi Petrus. “Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?” diteruskan dengan “Selama-lamanya Engkau tidak akan membasuh kakiku!”
Sungguh, dengan menyadari kedosaan dan ketidaklayakan kita, tentu kita tidak akan membiarkan seseorang yang begitu mengasihi kita tanpa syarat, apalagi Dia, Yesus, Anak Allah, membasuh kaki kita.
Tindakan membasuh kaki di sini merupakan simbol pengampunan. Jadi, ketika kita membasuh kaki orang yang berdosa terhadap kita, kita membasuh pula dosa-dosa mereka.
Itu adalah tanda sambutan dan penerimaan. Menempatkan cinta di atas segalanya berarti kita harus saling membasuh kaki. Yesus berkata, "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu?
Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” Membasuh kaki orang lain lebih dari sekadar menjadi pelayan satu sama lain.
Sangat sering, kita menganggap simbolis mencuci kaki ini adalah undangan untuk melayani dengan rendah hati
kebutuhan sesama kita.
Lebih mendalam lagi, mencuci kaki adalah perintah untuk mencintai mereka yang sulit untuk dicintai dalam hidup kita. Yesus tidak hanya membasuh kaki para rasul tertentu, tetapi semua, termasuk juga kaki Yudas.
Jadi, Yesus membasuh kaki murid yang menyangkal Dia, mengkhianati Dia, dan yang lainnya meninggalkan Dia. Mencuci kaki berarti mengasihi mereka yang tidak mengasihi kita, mereka yang mengkritik kita, mereka yang memperlakukan kita dengan buruk, mereka yang tidak masuk akal, mereka yang telah menyakiti kita, mereka yang adalah musuh kita.
Membasuh kaki berarti kita harus mengampuni musuh kita dan mereka yang mengecewakan kita. Kita harus terus mencintai mereka dengan pengharapan cinta kita akan menghapus dosa-dosa mereka, sama seperti Yesus menghapus dosa-dosa kita dengan menderita untuk kita.
Dia yang tidak bersalah dan mati dengan kematian yang tidak adil dan kejam. Hanya ketika kita mengasihi seperti Yesus, terutama terhadap mereka yang sulit untuk mencintai dan melayani, kita dapat benar-benar berkata seperti Santo Paulus dalam setiap kali merayakan Ekaristi: Ketika kita makan roti ini dan minum cawan ini, kita memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.
Missio: Mari kita mencintai Tuhan setiap kali mengikuti perayaan ekaristi. Kita mencintai Tuhan dalam setiap tugas dan pelayanan, ikuti contohi Yesus mencintai kita tanpa batas.
Doa: Allah Bapa Mahapengsih, malam hari menjelang sengsaraNya, PuteraMu telah mempercayakan kepada GerejaNya kurban yang baru dan kekal serta perjamuan cinta kasihNya. Semoga kami yang merayakan perjamuan malam ini menimbah kepenuhan kasih dan hidup dari misteri yang luhur dan agung ini...Amin.
Sahabatku yang terkasih, Selamat Hari Kamis Putih mengenang Perjamuan Tuhan. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin.
Pastor John Lewar SVD
Renungan Harian Katolik Kamis 18 September 2025, “Dosanya Diampuni karena Berbuat Kasih” |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Kamis 18 September 2025, "Mengampuni Wanita Pendosa" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Kamis 18 September 2025, "Perbuatan Kasih Menghapus Dosa" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Rabu 17 September 2025, “Hikmat Allah” |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Rabu 17 September 2025, "Mereka Itu Seumpama" |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.