KKB Papua
Detik-detik Mencekam Saat Belasan Anggota KKB Papua Serang Guru dan Nakes di Yahukimo
Terdapat total sembilan guru dari Yayasan Serafim yang mengajar di SD YPK Anggruk.
Di balik tatapannya yang beberapa kali terlihat kosong, Nus terus bertanya-tanya, mengapa dirinya dan rekan-rekannya diserang.
Dia menegaskan bahwa dirinya dan rekan-rekan guru lain adalah warga sipil biasa, yang tidak memiliki hubungan baik dengan aparat keamanan ataupun kelompok kepenting lainnya.
"Kita ini masyarakat biasa. Kita punya ijazah semua sudah terbakar, kalau tidak kami bisa kasih tunjuk. Kami ini guru, hanya mendidik, tidak ada kaitannya dengan apapun," katanya yang memperoleh gelar sarjana pendidikan dari sebuah kampus di Papua.
Di penghujung wawancara kami, Nus berharap kejadian yang menimpa dirinya tidak terjadi kepada guru-guru lain yang mengabdikan diri mereka untuk memberikan pelayanan kemanusiaan di pedalaman Papua.
Aparat keamanan awalnya melaporkan enam orang guru dan nakes tewas dalam serangan itu. Namun, keterangan ini kemudian direvisi.
Hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) pada Senin (24/03) oleh aparat keamanan melaporkan ada delapan guru yang menjadi korban. Satu orang guru tewas dibunuh, dan tujuh korban lainnya mengalami luka ringan hingga berat akibat dari penganiayaan senjata tajam.
Dalam olah TKP di kompleks perumahan guru dan sekolah SD Advent Anggruk serta gedung RS Efata Anggruk juga dilaporkan bahwa penyerangan terjadi selama dua hari, yaitu Jumat (21/03) dan Sabtu (22/03).
Selain melukai dan membunuh korban, para pelaku yang disebut berjumlah 15 orang itu juga dilaporkan membakar dua unit rumah dinas guru dan merusak tujuh ruang kelas sekolah.
'Kami tidak ada urusan dengan konflik'
Ketua Yayasan Serafim, Nehes Jhon Fallo mengutuk aksi kekerasan yang dia sebut sebagai tindakan kriminal itu. Dia pun menegaskan para guru itu adalah murni pengajar yang tidak memiliki kepentingan politik apapun di Papua.
"Kami datang karena Tuhan panggil kami untuk melayani di atas tanah ini. Kami tidak ada urusan dengan politik. Kami tidak ada urusan dengan konflik ini dan itu, maka kami betul-betul bersedih untuk kejadian ini," kata Fallo.
Fallo mengatakan kejadian ini juga merugikan anak-anak di Anggruk yang kini tidak bisa bersekolah.
Kepala Komnas HAM perwakilan Papua, Frits Bernard Ramandey menyebut serangan di Anggruk itu merupakan bentuk pelanggaran atas hak-hak kemanusiaan.
"Kelompok ini harus ada upaya penegakan hukum kepada mereka. Karena perbuatan mereka ini mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, luka-luka, harta benda dan juga tidak ada pelayanan pendidikan anak-anak," katanya.
Sementara itu, Wakil Bupati Yahukimo, Esau Miram mengeklaim serangan ini telah telah melanggar tataran kehidupan dan budaya di masyarakat Papua.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.