Ende Terkini

Sorgum di Nangapanda Ende, "Makanan Orang Miskin" Disulap jadi Bubur Instan dan Keripik

Saat ini, petani di Desa Kerirea dan wilayah Kecamatan Nangapanda enggan menanam atau membudidayakan sorgum karena masyarakat lokal disana menganggap

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO-MARIA FALENTINA NURI
Produk olahan sorgum berupa bubur instan dan keripik sorgum hasil olahan UMKM Muri Pawe di Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 

Akhirnya, Nuri berhasil mengajak 11 orang dari 46 orang di kelompok ibu-ibu di Desa Ondorea Barat  yang dibagikan benih sorgum dari Larantuka untuk ditanam di kebun masing-masing secara tumpang sari karena awal mula hanya sebatas uji coba. 

Karena sebatas uji coba, setiap orang hanya mendapat satu genggam benih sorgum. Meski hasil panen sorgum tersebut bagus, namun masyarakat enggan mengkonsumsi, mereka hanya mau menjual hasil panen sorgum tersebut. 

Dari 11 orang yang menanam sorgum, hanya enam orang yang berhasil memanen sorgum dengan hasil produksi bervariasi mulai 5 kg sampai 200 kg gabah sorgum

Dari hasil panen sorgum itu, mereka mencoba mengolah menjadi makanan dan alhasil diterima oleh anggota keluarga masing-masing karena rasanya enak.

"Kalau di Kerirea itu karena daerah dingin jadi kualitasnya kurang baik jadi saya sarankan untuk hanya untuk makan, saya bilang sorgum ini dulu kita anggap sebagai makanan orang miskin tapi sekarang yang makan sorgum itu orang kaya dan harganya mahal, suatu saat kamu butuh sorgum ini dan kamu tidak bisa beli jadi kamu harus tanam karena kita punya tanah dan punya stok pangan sendiri, untungnya direspon baik oleh pemerintah desa dan masyarakat disana," jelas Nuri penuh semangat.

Sementara itu, keinginan sekelompok ibu-ibu di Desa Ondorea Barat yang berhasil memanen sorgum kemudian ingin menjual hasil panennya selain untuk dikonsumsi. 

Sebagai inisiator, Nuri tentu bertanggung jawab atas keinginan kelompok ibu-ibu dengan berusaha mencari pasar dan tempat penggilingan gabah sorgum.

Awalnya, dirinya kebingungan mau diolah jadi apa bahan mentah sorgum tersebut. Namun dengan tekad yang kuat, tanggung jawab sebagai inisiator, mimpi besarnya serta inovasi yang ada dalam dirinya, Nuri membeli sorgum hasil panen ibu-ibu di Desa Ondorea Barat.

Awalnya, untuk menggiling gabah sorgum, Nuri harus berjuang menuju Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, karena semua tempat penggilingan padi di Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende tidak mau menerima penggilingan sorgum

"Akhirnya setelah dikupas, saya mulai berpikir, kalau dijual dalam bentuk beras, siapa mau makan, saya coba bawa masuk ke rumah saja bapak saya tidak mau terima, akhirnya saya mulai berpikir untuk sorgum ini berubah bentuk dan siap saji jadi tidak perlu repot masak," terang Nuril.

Sorgum yang sudah digiling kemudian dimasak, kemudian dihaluskan hingga akhirnya jadilah bubur instan berbahan dasar sorgum yang awalnya belum bermerek.

Karena Nuri sadar bubur instan berbahan dasar sorgum bagus untuk pencernaan, dirinya mulai menjual ke masyarakat dengan awalnya hanya menggunakan kemasan sederhana yakni plastik kresek secara door to door atau dari rumah ke rumah.

"Awalnya itu saya jual pakai plastik kresek, diukur pakai gelas dari rumah ke rumah keliling di Nangapanda ini, akhirnya mereka terima dan beli lalu, waktu itu belum ada nama saya hanya bilang ini sorgum," kenang Nuril.

Cara penyajian bubur instan sorgum pun cukup mudah, tinggal diseduh menggunakan air panas dan langsung dikonsumsi. 

Seiring berjalannya waktu serta permintaan bubur instan sorgum semakin meningkat, masyarakat Desa Ondorea Barat kini mulai gencar menanam sorgum dan menjadikan sorgum sebagai stok pangan mereka. 

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved