Breaking News

Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Jumat 28 Februari 2025, Kasih Setia Allah Meneguhkan Hati

Karena pilihan dan keputusan untuk hidup berkeluarga dengan Sakramen Perkawinan mengikat secara tetap dan bersifat kekal.

|
Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO - RD. Dr. MAXI UN BRIA
RENUNGAN HARIAN KATOLIK - RD. Dr. Florens Maxi Un Bria menyampaikan Renungan Harian Katolik Jumat (28/2/2025), Kasih Setia Allah Meneguhkan Hati 

Oleh : RD. Dr. Maxi Un Bria

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Jumat 28 Februari 2025, Kasih Setia Allah Meneguhkan Hati

Markus  10:1-12

Persahabatan yang dikaji dan terus direfleksikan, layak untuk dihidupi. 

Setiap persahabatan yang dibangun atas dasar iman, harap dan kasih menuntun manusia menuju kebahagian sejati dan berkanjang dalam kesetiaan. 

Kitab Sirakh menasihati kita, agar mengkaji dan menguji secara matang setiap persahabatan yang hendak dibangun. Apalagi persahabatan yang terarah pada keputusan untuk hidup bersama sebagai satu keluarga. Keputusan untuk hidup berkeluarga lebih dari memilih sahabat. Karena pilihan dan keputusan untuk hidup berkeluarga dengan Sakramen Perkawinan mengikat secara tetap dan bersifat kekal. 

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 27 Februari 2025, “Jika Garam Menjadi Hambar”

 Dakan Kitab Sirakh tertulis,  ada orang  yang bersahabat menurut ketikanya sendiri tetapi tidak bertahan dalam kesukaran. Sahabat setiawan tidak ternilai dan harganya tidak tertimbang. Orang yang takut akan Tuhan memperolehnya dan memeliharanya dengan tulus dan lurus hati ( bdk. Sirakh 6:5-17).

Melibatkan Tuhan dalam mengkaji dan memilih sahabat meneguhkan hati dan memberi hikmat untuk merawatnya dalam kesetiaan. 

Tantangan  terhadap panggilan hidup keluarga dewasa ini dan masa depan adalah perceraian. 

Kesetiaan untuk merawat dan mempertahankan martabat hidup perkawinan terancam. 

Hal ini disebabkan antara lain karena faktor ketegaran hati manusia yang tidak takut akan Tuhan. 

Musa mengeluarkan surat cerai secara terpaksa karena unsur ketegaran hati manusia zaman itu. Alasan surat cerai yang dikeluarkan Musa  coba diangkat orang Farisi untuk  mencoba Yesus 

Namun Yesus menolak perceraian. Karena sejak semula Allah menciptakan laki-laki dan perempuan agar mereka bersatu. Perkawinan   suami istri menyatukan diri mereka secara jiwa raga dan  terarah pada kebahagiaan serta keselamatan. Mereka bukan lagi dua melainkan satu. Karena itu Yesus menolak perceraian dan secara tegas menyatakan bahwa Apa yang dipersatukan Allah janganlah diceraikan oleh manusia. 

Tantangan perceraian dalam keluarga, dapat menjadi peluang untuk memajukan refleksi dan kajian yang  memperteguh iman serta komitmen dalam  merawat dan mempertahankan hidup keluarga yang bahagia, harmonis dan bernilai.  Kesetiaan kasih dan takut akan Tuhan menjadi bingkai pemersatu. 

Kita bersyukur kepada Tuhan atas rahmat  yang dianugerahkan  bagi  keluarga- keluarga  yang terus berziarah  dalam  kasih setia. 

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved