Kota Kupang Terkini
Kisah Wanita Pemulung dari Mengais Sampah, Sukses Membiayai Anak Hingga Sarjana
Puluhan pemulung yang sebagian besar perempuan, remaja dan anak-anak sibuk memilah sampah plastik, kardus dan besi
“Anak saya yang pertama sudah sarjana. Dia kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Undana,” kata Iis sambil menyeka keringat di wajahnya yang tampak keriput.
Iis mengakui ekonomi rumah tangganya tidak bergantung penuh dari sampah plastik yang dijualnya.
Selain bersumber dari suaminya yang bekerja serabutan, ia juga menjual kue di pagi hari di pinggiran jalan dekat rumahnya di Osmok, Alak.
Tak jauh dari tempat Iis, Markus Liunokas (63) juga terlihat sedang mengais sampah. Markus dengan tanganya yang cekatan terus mengais tumpukan sampah.
Baca juga: Keluarga Besar SMK Negeri 2 Kupang Sumbangkan 30 Paket Sembako bagi Anak Pemulung
Ia mencari besi atau logam kecil yang bisa ditukarnya dengan uang.
Di sana Markus bekerja selama 26 tahun. Waktu yang tidak singkat. Selama puluhan tahun, ia berhasil mengumpulkan uang dan membeli rumah di Perumahan Kota Alak.
Sampah bagi banyak orang adalah sesuatu yang harus dibuang, kata Markus. Namun baginya sampah adalah sumber kehidupannya.
Koordinator Pemulung TPA Alak Vince Lenggo (40) menyetujui apa yang disampaikan Markus. TPA bukan hanya tempat sampah tetapi sudah menjadi sumber kehidupan.
Ibu empat orang anak ini menyebutkan, 50 kepala keluarga mencari nafkah di tumpukan sampah ini.
Mereka bekerja tanpa lelah. Mereka memilah sampah yang masih bernilai jual sejak pukul 08.00 Wita hingga pukul 17.00 Wita. Secara konsisten.
“Kadang ada yang datang di malam hari karena mobil sampah baru datang Mereka menggunakan senter,” kata Vince. (bdm)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.