Anker Wisata Budaya
Sedo Uwi Keluarga Besar Kelitei untuk Lestarikan Reba
Jika kedamaian ada maka ada cinta kasih. Jika ada cinta kasih maka Tuhan akan hadir.
Upacara adat reba, kata Siprianus juga sebagai bentuk menghormati nenek moyang dan menyatukan semua anggota suku.
“Upacara adat Reba merupakan wadah resolusi konflik yang merupakan local wisdom atau kearifan lokal unik dalam etnis Bajawa di Kabupaten Ngada. Keunikan ini, karena hanya terjadi pada etnis Bajawa di Kabupaten Ngada,” bebernya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, ketika upacara adat Reba, setiap suku dalam satu rumah adat akan membahas berbagai persoalan dalam suku. Jika sebelumnya ada konflik antar anggota suku, maka Reba sebagai media untuk menyelesaikan konflik, dan saling berdamai penuh cinta kasih dalam rumah adat.
“Pesta adat Reba membentuk identitas masyarakat Ngada untuk menjadi Masyarakat yang full of brotherhood and love of peace,” pungkasnya.
Tujuh Romo/Pater yang ikut dalam perayaan misa syukuran tersebut yaitu P. Tinus Lado (Pemimpin Misa), P. Oris Liko (Pengkotbah), P. Maxi Genggeng, P. Sius Nena, P. Felix Elanvunkal, P. Dami Leang Lengari dan P. Wili Roja Foju. (eklesia mei)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.