Ende Terkini
Pelajar SMAN 1 Mauponggo Panjat Tiang Bendera Demi Selamatkan Merah Putih
Dalam arahannya, Ferdinandus Laki Nuwa yang bertindak sebagai pembina upacara saat itu memberikan apresiasi atas aksi heroik dari Nathan

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Albert Aquinaldo
POS-KUPANG.COM, MBAY - Aksi panjat tiang demi menyelamatkan bendera merah putih saat upacara bendera kembali terjadi.
Kali ini, aksi heroik itu ditunjukkan Daniel Jonathan Samsi, pelajar XI 4 SMAN 1 Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Senin, 3 Februari 2025 pagi di lapangan apel SMAN 1 Mauponggo.
Kepala SMAN 1 Mauponggo, Ferdinandus Laki Nuwa menjelaskan, saat pelaksanaan apel bendera sedang berlangsung di sekolah itu, kejadian tak terduga menghentak para guru serta seluruh pelajar SMAN 1 Mauponggo.
Tali bendera putus saat bendera merah putih dikibarkan dan lagu Indonesia Raya sedang dikumandangkan.
"Kejadian yang tidak pernah kami duga, sementara mengibarkan bendera dengan tiba-tiba tali sambung yang menautkan bendera merah putih terputus. Dengan penuh percaya diri, Nathan yang hari itu bertindak sebagai pemimpin upacara langsung bergerak menuju tiang bendera," ungkap Ferdinandus, Sabtu (8/2/2025) .
Baca juga: Jadwal Kapal Pelni Rute Benoa-Kupang HIngga Maret 3Kali,Ada KM Lawit KM Binaiya, BIma,Ende,Waingapu
Meski sempat melarang Nathan untuk memanjat tiang bendera yang berukuran kurang lebih hanya 1,5 dim dengan tinggi sekitar 7 meter mengingat Badan Nathan yang terlalu besar dan meminta siswa yang badannya kecil untuk memperbaikinya.
Namun, kata Kepala SMAN 1 Mauponggo Nathan nekat dengan penuh percaya bahkan tanpa menanggalkan sepatu, memanjat tiang bendera tersebut untuk menarik tali yang tersangkut di ujung tiang bendera dan memperbaikinya.
Setelah diperbaiki, apel bendera pun dilanjutkan dengan penuh hikmat hingga selesai.
Selama Nathan memanjat tiang bendera, kata Ferdinandus, lagu Indonesia Raya tetap dikumandangkan hingga selesai.
Dalam arahannya, Ferdinandus Laki Nuwa yang bertindak sebagai pembina upacara saat itu memberikan apresiasi atas aksi heroik dari Nathan
Dia juga berjanji akan memberikan bantuan beasiswa untuk Nathan.
Baca juga: Wisata NTT, Kunjungi Desa Wisata Wolopo, Sisi Lain Keindahan Ende
"Tentunya kisah ini bukan karena mau sensasional saja atau mengikuti kejadian di pulau Timor beberapa waktu lalu. Tetapi murni karena keterpanggilan hati, dan jiwa nasionalisme yang tertanam dalam diri murid-murid generasi kita," kata Ferdinandus.
Niat dan cita-cita yang tinggi dari Nathan patut diacungi jempol. Ia tidak pernah putus asa dengan sulitnya kehidupan yang dialaminya.
"Dia begitu semangat dan rajin datang ke sekolah. ketika di tanya apa cita-citanya? Nathan mengatakan dengan santai, saya ingin menjadi TNI dan ingin membanggakan kedua orangtuanya," tambah Ferdinandus.
Meski bukan termasuk murid yang menonjol secara akademis, Nathan dikenal sebagai murid yang memiliki disiplin tinggi.
Tidak heran, dia terpilih menjadi salah satu anggota OSIS SMAN 1 Mauponggo dan saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Kerja Ambalan Gudep SMAN 1 Mauponggo.
Dia juga menjadi salah satu pengurus OSIS SMAN 1 Mauponggo yang baru selesai mengikuti OSIS Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar (LKTD).
Berdasarkan wawancara tim media SMAN 1 Mauponggo di kediamannya di Mala Munde beberapa waktu lalu, Nathan sejak SD selalu mengikuti kegiatan Pramuka dan pernah menjadi anggota paskibra tingkat Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo.
Anak dari tukang sensor kayu ini mengatakan, aksi nekatnya memanjat tiang bendera di sekolahnya pada saat itu karena ingin menyelamatkan suasana apel bendera yang berjalan dengan hikmat.
Apalagi dirinya yang kerap mengikuti sang ayah saat sensor kayu, sering memanjat pohon tinggi.
"Saya sering ikut bapa saat sensor kayu, jadi saya sudah terbiasa dengan panjat memanjat pohon yang tinggi," ujar anak ketiga dari empat bersaudara ini.
Nathan merupakan anak ketiga dari pasangan Yohanes Jea dan Mama Maria Imelda Ali yang kesehariannya berprofesi sebagai petani.
Mereka tinggal di rumah yang sangat sederhana di Mala Munde, Desa Wolotelu, Kecamatan Mauponggo.
Jarak tempah dari rumahnya ke sekolah sejauh 6 km. Setiap hari, Nathan menggunakan sepeda moto ke sekolah. Untuk mengisi bahan bakar kendaraan roda duanya, setiap sore sepulang sekolah, Nathan bekerja sebagai seorang pemanjat kelapa dengan biaya Rp 10 ribu/pohon. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.