Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Senin 3 Februari 2025,  Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah

Hana adalah nabiah tua yang mengabdikan masa jandanya kepada Tuhan, melayani-Nya dengan puasa dan doa, siang dan malam

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM
RENUNGAN - Renungan Harian Katolik Senin(3/2/2025,  Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah 

Oleh : P. Dr. Fidel Wotan, SMM

Rektor Seminari Tinggi, Montfort, Malang

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik, Catatan Reflektif, Pesta Yesus Dipersembahkan di Baik Allah

Pada hari ini (2 Februari) Gereja merayakan Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah. Hari ini, empat puluh hari setelah Kelahiran Yesus (Natal), merupakan Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah, suatu perayaan perjumpaan yang bercahaya antara Yesus dan umat manusia yang menantikan-Nya. 

Menurut hukum Perjanjian Lama, berkaitan dengan kesucian ibadat, khususnya pentahiran setelah melahirkan anak (Im 12:1-8), seorang wanita menjadi najis setelah dia melahirkan seorang anak selama empat puluh hari dan oleh karena itu sebagai pemulihan dirinya, ia harus mempersembahkan seekor domba berumur setahun dan seekor anak burung merpati atau burung tekukur sebagai korban penghapus dosa ke pintu Kemah Pertemuan, dengan menyerahkannya kepada imam.

Nah, jikalau ia seorang yang miskin, maka dia mesti mempersembahkan dua ekor anak burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati, yang seekor sebagai korban bakaran dan yang seekor lagi sebagai korban penghapus dosa (bdk. Im 12:6-8).

Menarik bahwa, Yesus juga dipersembahkan oleh Maria dan Yusuf di Bait Allah untuk dikuduskan, suatu upacara penyucian kepada Allah, yang dari-Nya segala sesuatu berasal. Simeon adalah orang Israel yang sejati, benar dan saleh, dibimbing oleh Roh (seperti para nabi), menunggu datangnya Sang Mesias.

Hana adalah nabiah tua yang mengabdikan masa jandanya kepada Tuhan, melayani-Nya dengan puasa dan doa, siang dan malam. Setiap hari kedua orang tua itu menyambut anak-anak yang berbeda untuk melakukan ritual. 

Ketika orang tua Yesus menampakkan diri, Simeon dan Hana melihat dalam diri Anak itu Tuhan yang menyatakan diri selama berabad-abad, bahwa Dia adalah “terang bagi bangsa-bangsa”.

Apa yang dilakukan kedua orang tua Yesus hari ini sejatinya merupakan contoh bagi kaum Kristiani yang mau belajar taat pada norma dan hukum yang berlaku dalam kehidupan sosial religius.

Yesus tidak hanya dididik secara normal sebagaimana layaknya seorang anak dibina, didampingi oleh kedua orang tuanya, tetapi lebih dari itu, Ia dibina dan diajarkan menurut hukum dan aturan yang berlaku di dalam lingkungan di mana Ia hidup. 

Maria dan Yusuf sebagai orang tua yang baik dan saleh, telah belajar menjadi pribadi-pribadi yang taat dan setia pada hukum, norma yang berlaku saat itu. Dengan kata lain, kedua orang tua Yesus ini patuh pada hukum adat-istiadat yang berlaku saat itu.

Tugas dan tanggungjawab mereka sangat besar dalam menanamkan benih iman yang baik pada Putra mereka. 

Sejauh mana sampai saat ini, sebagai orang tua, setiap orang Kristen telah setia dan selamanya mau menghantar putra-putrinya semakin hari semakin bersatu, dekat dengan Tuhan dan dengan sesama di sekitar mereka.

Sejauh mana kaum Kristiani telah menunjukkan spirit kesatuannya dengan Tuhan dalam seluruh karya hidup dan panggilannya di tengah-tengah dunia.

Mataku telah Melihat Keselamatanmu

Nabiah Hana telah menjanda sangat muda. Simeon menanti penghiburan Israel seumur hidup, setelah merasakan kesakitan, penderitaan dan kehancuran bangsa itu.

Mata Simeon dan Hana bisa saja dikaburkan oleh penderitaan, kesepian, kepasrahan, kelelahan dalam hidup. Mereka bisa saja berbalik ke tempat lain, dan tentunya mereka pun bisa saja membatasi diri hanya melihat dari dekat.

Namun, justru sebaliknya, Simeon dan Hana tahu bagaimana apa artinya “menanti/menunggu” seumur hidup apa yang disebut dengan cahaya baru dari Yesus sendiri. 

Dalam Injil Lukas, Simeon menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah: “Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel” (Luk 2:29-32).

Sekalipun Simeon adalah seorang pria yang dianggap sangat tua, tetapi sebetulnya ia memiliki mata yang hidup karena dia telah membiarkan dirinya tertarik pada Anak itu yakni, Yesus yang dipersembahkan oleh kedua orang tuanya di Bait Allah.

Biasanya setiap hari di Bait Allah terdapat begitu banyak orang dan ahli Hukum Taurat, yang datang bergantian untuk melakukan doa dan liturgi.

Namun, hanya Simeon dan Hana yang memiliki tatapan yang mampu melihat lebih jauh. Iman mereka tidak dibutakan oleh kebiasaan dan ketidakpedulian.

Sejatinya, kedua orang saleh ini adalah teladan hidup bagi kaum Kristiani yang tidak pernah berhenti mencari kedamaian, keselamatan dan hanya berharap dari Allah.

Kidung Simeon

Di Bait Allah, sementara Yesus mempersembahkan diri kepada Bapa-Nya, dia juga sebetulnya menyerahkan diri-Nya ke tangan manusia. Ini adalah gerakan ganda dari misteri Allah yang menjelma (Inkarnasi): Sang Putra memasuki dunia untuk menjadi Penyembah Bapa yang sempurna dan untuk menanggapi harapan manusia.

Simeon mengambil Yesus dari pelukan Maria ke dalam pelukannya sendiri, memberkati dan mengucapkan “Nunc dimittis”, sebuah kidung yang dinyanyikan Simeon yang artinya “sekarang Tuhan biarkanlah” (hambamu ini pergi dalam damai sejahtera …).

Kidung Simeon ini dapat dibandingkan dengan mazmur yang paling indah dan telah didoakan setiap hari pada waktu doa Completorium di malam hari, sejak abad V. 

Sekarang Simeon dapat pergi selamanya dalam damai, karena dia telah melihat tanda yang dijanjikan, yaitu keselamatan bagi semua bangsa dan bagi Israel.

Oleh karena Simeon merasa puas dengan hidupnya saat itu dan dengan penuh sukacita, ia pun mempercayakan dirinya kepada Tuhan. Sekarang ia menyadari bahwa hidupnya memiliki makna. 

Dalam kidung pujian itu, Simeon menambahkan: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel, dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang” (Luk 2:34).

Yesus yang dipersembahkan di Bait Allah hari ini, sedang menghancurkan berhala-berhala dalam hidup kita, ia menghancurkan berhala-berhala kecil atau besar dalam diri, segala bentuk topeng dan kebohongan pribadi kita, serta anek bentuk kemunafikan hidup duniawi kita di hadapan Tuhan dan sesama. 

Barangkali sebagian orang dewasa ini menolak menjadi tua karena menjadi tua berarti tidak lagi menjadi orang yang berguna di tengah keluarga, komunitas atau masyarakat karena tinggal menunggu waktu terakhir dalam hidupnya.

Sejatinya, masa tua bukanlah saat yang diliputi dengan ketakutan dan kekuatiran, kesendirian, kesepian. Masa tua bukanlah masa-masa gelap dalam hidup. Simeon dan Hana adalah saksi dari semuanya ini, bahwa mereka tidak menutup mata terhadap kelemahannya masing-masing bahwa pada titik tertentu tampak hal ini: “melemahnya kekuatan mereka”, tetapi dalam diri Anak itu (Yesus) mereka seakan menemukan kekuatan atau energi yang baru.

Simeon, setelah menatang Anak itu dalam pelukannya, mampu menyanyikan Kidung “Nunc dimittis” bukan dengan kesedihan seseorang yang telah menyia-nyiakan hidupnya dan tidak tahu apa yang akan terjadi padanya, melainkan dia menyerukan pujiannya dengan penuh sukacita.

Simeon dan Hana adalah orang-orang yang menyambut Tuhan ke dalam pelukan mereka, dengan rasa cinta dan kasih sayang yang besar.

Di masa-masa yang gelap, penuh tantangan dan kesulitan dalam hidup, seringkali kita sendiri merasa sulit untuk melihat terang dan kadangkala merasa lemah dan rapuh. 

Yesus yang dipersembahkan di Bait Allah hari ini sebenarnya membuat setiap pengikut-Nya menemukan kembali keuletan dan ketegaran Simeon.

Tuhan datang setiap hari ke dalam “bait kehidupan” kita dan “sejarah hidup kita”. Pertanyaan refleksinya, sejauh manakah seorang pengikut Yesus memiliki mata hati yang cerah dan penuh sukacita seperti Simeon, Hana dan para nabi? (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved