Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Kamis 30 Januari 2025, Pelita Bagi Kakiku dan Terang Bagi Jalanku
sebagai Bait Pengantar Injil hari ini dengan rumusan, Sabda-Mu adalah pelita bagi langkahku, dan cahaya bagi jalanku.
Oleh : Pastor John Lewar SVD
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Kamis 30 Januari 2025, Pelita Bagi Kakiku dan Terang Bagi Jalanku
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz, STM Nenuk Atambua Timor
Hari biasa Pekan ke 3
Lectio: Ibrani 10:19-25; Mazmur 24:1-2,3-4ab,5-6
Injil : Markus 4:21-25
Meditatio:
Perumpamaan Tuhan Yesus kali ini tentang pelita diambil dari lingkungan rumah tangga masyarakat Palestina.
Orang memasang pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian (Mrk 4:21).
Pada masa Yesus, rumah hanya diterangi pelita minyak. Meskipun kualitas cahayanya buram, adanya cahaya menjadi tanda bahwa rumah itu berpenghuni. Terang menjadi tanda kehidupan.
Sebaliknya, gelap dan malam selalu menakutkan, menjadi tanda kesedihan, tidak adanya kehidupan, sehingga sering kali dikaitkan dengan bahaya, maut, dan kuasa setan.
Ada beberapa sudut pandang tentang pelita (RP. A. Ari Pawarta, O.Carm. Komsos MKK, 27 Januari 2022). Dari sudut pandang seorang pemazmur, pelita adalah sebuah gambaran tentang Sabda Allah atau firman Allah.
Oleh karena itu, pemazmur berkata, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mzm 119:105). Ayat ini kemudian dipilih sebagai Bait Pengantar Injil hari ini dengan rumusan, Sabda-Mu adalah pelita bagi langkahku, dan cahaya bagi jalanku.
Menurut Daud, pelita itu tidak lain adalah Pribadi Tuhan sendiri. Oleh karena itu, Daud berkata kepada Tuhan, pada waktu Tuhan telah melepaskan dia dari cengkeraman semua musuhnya dan dari cengkeraman Saul: Ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku.
Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung… Karena Engkaulah pelitaku, ya Tuhan, dan Tuhan menyinari
kegelapanku (2Sam 22:2-3.29).
Sedangkan bagi Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus dan Wajah Kudus, pelita adalah gambaran atau lambang tentang kasih.
Ketika merenungkan Injil Yesus tentang pelita, pencinta devosi kepada Wajah Kudus Yesus ini berkata, Saya berpendapat bahwa pelita itu adalah lambang cinta kasih yang harus menerangi,
menggembirakan bukan saja mereka yang mengasihi kita, tetapi semua orang yang ada di dalam rumah itu, tanpa kekecualian.
Seperti pelita itu memancarkan cahaya yang menerangi dan menggembirakan semua orang di dalam rumah,
alias tidak pilih-pilih, demikianlah menurut Santa Teresia, cinta kasih itu mesti memancar ke semua anggota, tanpa kecuali, tidak pilih-pilih, semua anggota keluarga merasakan kasih dan kegembiraan yang sama.
Perumpamaan dalam injil Markus ( 4: 21-25), Sabda Tuhan diibaratkan dengan terang. Sebagai terang, sabda Tuhan harus kelihatan dan berdampak dalam kehidupan nyata, harus mengubah si pewarta dan manusia lainnya.
Membiarkan sabda hanya sebagai buku atau tulisan yang tidak dibaca, maupun sekadar dibaca atau dipelajari, bagaikan menyimpan pelita di bawah tempayan atau tempat tidur. Maka Sabda itu tidak akan berdampak; cahaya Tuhan akan terhalang.
Apa pesan perumpamaan ini bagi kita? Ada dua pesan penting( Hortensius F.
Mandaru, LBI, 28 Januari 2021).
Pertama, biarkan sabda Tuhan menjadi sumber hidup kita. Yesus mengatakan dalam kesempatan lain, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat. 4:4).
Sabda Tuhan adalah sumber hidup. Dalam arti apa? Hidup sejati atau keselamatan manusia berasal dari Allah, bukan dari dunia ataupun dari upaya manusia sendiri.
Firman Tuhan menjadi sumber inspirasi, memberi kekuatan dan peneguhan dalam perjuangan hidup ini. Dengan demikian, kita sekaligus diingatkan akan asal dan tujuan penziarahan kita di dunia. Hidup kita berasal
dari Dia dan mengarah kepada-Nya.
Penderitaan dan keterbatasan hidup di dunia ini bukanlah kata akhir. Kesuksesan dan kenikmatan hidup juga tidak perlu dimutlakkan, didewakan, atau dibanggakan sebagai milik yang abadi.
Kedua, biarkan sabda Tuhan menjadi penuntun hidup kita. Tuhan membimbing kita lewat suara hati, lewat sesama, lewat pengalaman, dan terutama lewat Kitab Suci.
Dalam Kitab Suci, kita mendengar bagaimana Tuhan berkomunikasi dan menuntun umat-Nya dalam sejarah, bagaimana mereka dipanggil dan dibentuk-Nya melalui pelbagai pengalaman, penderitaan, dan hukuman. Dengan kata lain, dalam Kitab Suci, kita belajar dari pengalaman iman umat Allah sepanjang sejarah, pengalaman yang sudah “teruji” selama ribuan tahun.
Dalam Kitab Suci, kita belajar bagaimana umat Allah bergulat untuk terus mengandalkan Allah dalam segala hal, bagaimana mereka berdoa, bagaimanamereka membangun solidaritas, keadilan, kesetaraan di antara mereka, bagaimana mereka menghadapi dan memperlakukan orang lain.
Itulah sabda Tuhan yang menuntun dan menginspirasi langkah-langkah hidup kita.
Missio:
Jangan simpan Alkitab di dalam laci atau lemari, tetapi selalu dibuka dan dibaca. Sabda Tuhan menjadi sumber inspirasi, memberi kekuatan dan peneguhan dan menuntun langkah hidup kita.
Doa:
Ya Tuhan, ampunilah kami jika kehidupan yang kami jalani tidak memancarkan terang kemuliaan Allah. Dan bantulah kami sebagai pengikut Mu untuk selalu menyatakan kebenaran dan kehendak Allah... Amin.
Sahabatku yang terkasih, Selamat Hari Kamis. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.