Flores Timur Terkini

CIS Timor dan BPRB GMIT Adakan Pelatihan Humanitarian Respons Bagi Klasis Flores-Lembata

Pelatihan ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan tentang penanganan risiko bencana, apalagi saat ini dampak dari kejadian erupsi Gunung Lewotobi

Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/HO-CIS TIMOR
Para peserta pelatihan Humanitarian Respons bagi Klasis Flores Lembata dan stakeholder terkait di Larantuka, Ibu kota Kabupaten Flores Timur tanggal 14-15 Januari 2025 pose bersama 

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA- CIS Timor dan Badan Pengurangan Risiko Bencana atau BPRB GMIT didukung Tearfund mengadakan pelatihan Humanitarian Respons bagi Klasis Flores Lembata dan stakeholder terkait di Larantuka, Ibu kota Kabupaten Flores Timur tanggal 14-15 Januari 2025.

Pelatihan ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan tentang penanganan risiko bencana, apalagi saat ini dampak dari kejadian erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki belum terselesaikan.

Seperti diketahui, erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki yang terjadi akhir tahun 2024 sampai awal tahun 2025   ini dari data yang dihimpu, korban jiwa (meninggal dunia) sebanyak 9 orang (4 laki-laki dan 5 orang perempuan).

Saat ini terdapat 6.553 jiwa yang mengungsi, tersebar di 4 wilayah pengungsian, baik yang terpusat dan tersebar di rumah-rumah keluarga secara mandiri.

Saat ini CIS Timor dan jejaring lokal sementara melakukan koordinasi dan respons tanggap darurat dengan fokus pada sektor hunian/shleter,  Water Sanitaition and Hygien, pangan, pakaian, pembalut, pampers dan perlengkapan bayi dalam skala terbatas.  

Distrik Officer Program PfR Care-CIS Timor, Elfrid Veisal Saneh dalam siaran persnya yang dikirim ke Pos Kupang, Kamis (16/1/2025) mengatakan, potensi bencana di Pulau Flores dapat terjadi dengan waktu yang tak bisa ditentukan.

Gunung meletus merupakan ancaman paling serius di Pulau Flores dan Lembata.

Selain ancaman bencana tersebut juga terdapat ancaman bencana lain seperti gempa bumi , wabah penyakit, dan lainya yang tidak bisa dihindari.

Baca juga: CIS Timor dan YPPS Flotim Berkolaborasi Respon Cepat untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki

Karena itu, jelas Elfrid, GMIT di Pulau Flores  perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman bencana tersebut, agar dapat hidup aman, tidak terancam jiwa dan tidak kehilangan sumber penghidupannya.

GMIT di Pulau Flores dan Lembata  harus mampu mengenali, melakukan adaptasi maupun bersiap diri untuk menghadapi berbagai risiko bencana yang ada di wilayah masing-masing.

Salah satu Upaya mempersiapkan diri tersebut melalui Pelatihan Humanitarian Respons.

Di dalam Pelatihan ini juga diharapkan para pihak terkait Seperti Pemerintah, NGO dan Media serta masyarakat sipil dapat terkoneksi dalam satu pemahaman yang sama.

Dijelaskan Elfrid, kegiatan ini diadakan di GMIT Ebenhaeser Larantuka Klasis Flores 14-15 Januari 2025 lalu.

Peserta dalam Kegiatan ini berasal dari Perwakilan Presbiter dan Pendeta dari Klasis Flores (Ende, Maumere, Geliting, Nangahure dan Boru serta Waiwerang)  dan Lembata.

Dari GMIT Ebenhaeser Larantuka sendiri Pelatihan Ini juga menghadirkan Pengurus Pos Terpadu.

Dari perwakilan pemerintah hadir Kabid Satu BPBD Flores Timur , Kabid dari DP2KBP3A Flotim dan juga Perwakilan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur.

Baca juga: Pemkab Kupang Apresiasi Inisiasi CRS-CIS Timor Bentuk Kampung Siaga Bencana di Fatuleu Barat

Para Fasilitator Pelatihan ini selain dari GMIT dan PVBMG Juga Ade Welhelmus Ndoen dan Ignatius Laumakiling dari Tim Respon Emergensi CIS Timor.

Mewakili Majelis Sinode GMIT Pdt Imanuel Talan S.Th dalam suara gmbalanya mengharapkan adanya komitmen dan diharapkan para perwakilan dari gereja-gereja di Flores dapat belajar dengan baik.

Pelatihan ini merupakan kerinduan bagi jemaat karena topografi Flores menuntut semua yang berdiam di pulau ini harus hidup berdampingan dengan bencana.

"Beberapa sejarah bencana, Misalnya tsunami 1992 memberikan kita pengalaman untuk selalu siap dan siaga serta perlu belajar terkait pengelolaan risiko bencana. Jangan ragu untuk menggunakan mimbar gereja sebagai saluran dan media dalam system peringatan dini," katanya.

Selain itu tujuan pelatihan ini juga diharapkan dapat membangun pemahaman bersama tentang Gereja Tangguh Bencana (GTB),  menyiapkan jemaat dan klasis menjadi Gereja Tangguh Bencana dan di dalam sidang klasis akan  membentuk pengurus Gereja Tangguh bencana di lingkup klasis.

Sementara Elfrid Veisel Saneh atas nama Yayasan CIS Timor Indonesia  mengatakan  beberapa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendorong jejaring lokal penanggulangan bencana  terhubung dan saling bersinergi, agar dapat saling berbagi pengetahuan dan kapasitas serta membangun komitmen bersama dalam jejaring relawan untuk tanggap darurat yang terkoneksi.

Dia berharap output positif yang diharapkan adalah adanya komitmen bersama dalam jejaring Humanitarian Respons serta dapat berbagi pengetahuan dalam peningkatan kapasitas Humanitarian Respons. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved