Natal 2024
Pesan Natal 2024, Uskup Agung Kupang: Marilah Kita Pergi ke Betlehem
Pada momen Natal ini, Uskup Agung Kupang, Mgr. Hironimus Pakaenoni mengeluarkan surat gembala yang dibacakan para pastor saat homili
Penulis: Rosalia Andrela | Editor: Edi Hayong
Demikianlah, Bethlehem, tempat kelahiran Bayi Yesus, telah menjadi rumah daging sekaligus rumah roti, sumber rezeki rohani yang menopang para peziarah pengharapan dalam perjalanannya melintasi padang gurun kehidupan nan gersang dan penuh tantangan menuju tanah air surgawi.
Palungan Natal mengingatkan kita akan banyak misteri kehidupan Yesus dan membawanya dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Ia menunjukkan kasih sayang Tuhan yang lembut: Pencipta alam semesta merendahkan diri-Nya untuk mengambil kelemahan kita. Dalam segala misterinya, anugerah kehidupan menjadi lebih menakjubkan ketika kita menyadari bahwa Putra Maria adalah sumber dan penyelenggara segala kehidupan.
Baca juga: Natal 2024, Menag Nasaruddin Umar: Momen Membumikan Ajaran Agama
Dalam Yesus, Allah Bapa telah memberikan kita seorang saudara yang datang untuk mencari kita kapan pun, teristimewa ketika kita mengalami kebingungan, kecemasan, keputus-asaan, dan kehilangan semangat akibat ketidakpastian hidup dan kegagalan-kegagalan kita. Dialah teman setia yang selalu di sisi kita.
Oleh pengorbananNya di salib, Dia mengampuni dan membebaskan kita dari dosa-dosa kita. Dengan demikian, palungan Natal sekaligus mengundang kita untuk “merasakan” dan “menyentuh” kemiskinan yang dipikul oleh Putra Allah dalam Inkarnasi.
Ia mengajak kita untuk mengikuti Dia di sepanjang jalan kerendahan hati, kemiskinan, dan penyangkalan diri yang membawa kita dari palungan Bethlehem menuju salib.
Ia meminta kita untuk bertemu dengan-Nya dan melayani-Nya dengan menunjukkan belas kasihan kepada saudara-saudara kita yang paling membutuhkan (bdk. Mat 25:31-46).
Selain palungan Natal, ada juga beberapa elemen lain berkaitan dengan adegan kelahiran Yesus. Pertama, ada latar belakang langit yang dipenuhi bintang, dibalut dalam kegelapan dan keheningan malam.
Secara simbolis, latar belakang ini ingin menggambarkan situasi hidup kita. Ada saat-saat dalam hidup ketika kita mengalami kegelapan malam. Namun bahkan pada saat-saat gelap seperti itu, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.
Dialah Cahaya Bintang Sejati yang menerangi lorong-lorong gelap hidup kita. Dia senantiasa hadir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting tentang makna hidup kita. Siapakah saya? Dari mana saya berasal? Mengapa saya dilahirkan pada waktu tertentu dalam sejarah?
Mengapa saya mencintai? Mengapa saya menderita? Mengapa saya akan mati? Tuhan menjadi manusia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Kedekatan-Nya membawa cahaya di mana ada kegelapan dan menunjukkan jalan kepada mereka yang tinggal dalam bayang-bayang maut (bdk. Luk 1:79).
Kedua, ada reruntuhan rumah atau bangunan kuno, yang dalam beberapa kasus menggantikan kandang Bethlehem dan menjadi tempat tinggal bagi Keluarga Kudus. Reruntuhan ini menjadi simbol nyata dari segala sesuatu yang fana, yang niscaya akan berlalu, runtuh, hancur, membusuk, dan mengecewakan.
Yesuslah satu-satunya sosok pembawa pembaruan di tengah-tengah dunia yang semakin menua. Dia datang untuk menyembuhkan dan membangun kembali, untuk memulihkan serta mengembalikan dunia dan hidup kita ke kemuliaannya yang asali.
Ketiga, ada gunung, aliran sungai, kawanan domba, dan para gembala, yang mengingatkan kita akan sabda para nabi, bahwa seluruh ciptaan akan bersukacita menyambut kedatangan Mesias.
Keempat, ada para Malaikat dan bintang penuntun yang merupakan tanda bahwa kita juga dipanggil untuk berangkat menuju kandang Betlehem dan menyembah Tuhan.
Kelima, ada sosok-sosok simbolis dan paradoksal dalam diri Herodes dan para Majus dari Timur. Yang satu, yakni Herodes, adalah simbol dan representasi manusia egois, ambisius, serakah, haus akan kekuasaan, dan yang karena itu juga, menjadi tuli dan buta terhadap kabar sukacita.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.