Berita NTT

Libatkan Peternak Lokal, Pelni Resmikan Digester Biogas di Kupang NTT

termasuk pelatihan mengenai pemanfaatan kotoran sapi sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan. 

Penulis: Irfan Hoi | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI 
Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko PT Pelni (Persero) Anik Hidayati (tengah) saat menyerahkan program TJSL kepada peternak lokal di Kupang.  

"Sewaktu-waktu itu bisa menjadi laboratorium untuk membangun keberlanjutan," katanya. 

Dia berharap proses yang ada harus terus berlanjut. Paling tidak bisa membantu pencemaran lingkungan, disamping melakukan pengembangan dan pupuk bahkan bisa dikirim keluar daerah. 

Teknologi itu, kata dia, bisa mendorong masyarakat bisa melakukan sistem peternakan dengan ternak dikandangkan. Meski persoalan ada pada pakan ternak yang jika ternak dikandangkan maka masyarakat sulit memperoleh pakan. 

Dia bilang, daging ternak khusus sapi dari NTT merupakan kualitas terbaik. Berbagai produk kuliner di wilayah Jawa, sumber bahan bakunya berasal dari NTT

Sugiarto berkata, program pendampingan itu juga telah dijabarkan ke peternak lokal. Tujuannya agar peternak itu bisa mandiri dalam pengoperasian digester Biogas. Bahkan sistem itu mampu digunakan secara berkelanjutan hingga puluhan tahun ke depan. 

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT PELNI (Persero), Anik Hidayati mengatakan, TJSL kali ini dipusatkan di Kupang, NTT

Anik Hidayati bilang, TJSL tidak saja ingin meraih laba atau pendapatan. Namun, membantu dan bisa bermanfaat bagi masyarakat.  

Pekan lalu, kata dia, ada pemberdayaan petani sayur. Petani ini menjadi supplier ke kapal-kapal penumpang milik PT Pelni. NTT, terdapat KM Cemara Nusantara untuk mengangkut ternak dari NTT ke Jakarta maupun wilayah lainnya. 

"Untuk hari ini, kami juga mau hadir dan bermanfaat. Kotoran yang tinggal ini harus diolah untuk tetap memberi manfaat bagi masyarakat," kara dia. 

Setiap bulan, pemerintah menargetkan Pelni membawa 550 ekor ternak dari NTT. Dia berharap kuota itu harus terpenuhi dalam memenuhi target yang ada setiap tahunnya. 

Anik Hidayati mengaku pernah melihat ujicoba ternak sapi terapung di Belanda. Desainnya dibuat bertingkat. Bahkan ada pengelolaan limbah peternakan yang ujungnya menjadi pil dan itu sebagai pupuk. Program TJSL merupakan langkah awal agar terus memberi efek positif untuk masyarakat. 

Anik Hidayati berharap, fasilitas yang dibangun dalam program TJSL PT Pelni bisa dimanfaatkan perguruan tinggi di Kupang sebagai bagian dari keberlanjutan. (fan) 

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved