Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 19 Desember 2024, Hari Biasa Khusus Adven

Seorang anak adalah seorang anak, yang pada hakikatnya adalah karunia atau anugerah dari Allah. Gereja Katolik,

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-DOK
Pastor John Lewar, SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik Kamis 19 Desember 2024, Hari Biasa Khusus Adven 

Oleh : Pastor John Lewar SVD

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Kamis 19 Desember 2024, Hari Biasa Khusus Adven

Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz STM Nenuk Atambua Timor

Hari Biasa Khusus Adven
Lectio: Hakim 13:2-7,24-25a; Mazmur 71:3-4a,5-6ab,16-17;
Injil : Lukas 1:5-25.

Meditatio:
Setiap pasangan suami istri muda yang saling mengasihi, menikah dalam usia produktif, tentu merindukan buah cinta mereka berdua, yakni anak.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 16 Desember 2024, Kita Jangan Berdusta

Buah cinta selalu merupakan anugerah, diberikan oleh Allah, yang adalah sumber kehidupan dan Pencipta kehidupan baru.

Dalam Seruan Apostolik Amoris Laetitia (Sukacita Kasih), yang dimaklumkan pada 19 Maret 2016 lalu, Paus Fransiskus menghimbau keluarga-keluarga Katolik agar menerima anak sebagai karunia dari Allah dengan keterbukaan hati dan kasih sayang (Amoris Laetitia, No. 166).

Karena anak adalah karunia dari Allah, maka, kata Paus Fransiskus, Setiap anak adalah unik dan tidak tergantikan… Kita mengasihi anak-anak kita karena mereka anak-anak, bukan karena mereka rupawan, atau mereka adalah seperti ini atau seperti itu; bukan, karena mereka adalah anak! Seorang anak adalah seorang anak (Ibid., No. 170).

Seorang anak adalah seorang anak, yang pada hakikatnya adalah karunia atau anugerah dari Allah. Gereja Katolik, dalam Katekismus juga mengajarkan, Anak bukanlah sesuatu yang dapat dituntut, melainkan suatu
anugerah.

Jadi, “anugerah perkawinan yang paling unggul” adalah satu pribadi manusia (Katekismus Gereja Katolik, No. 2378), yaitu anak.

Pasutri bernama Zakharia dan Elisabet ketika mereka menikah tentu juga mengharapkan anugerah seorang anak, bahkan bisa jadi lebih dari seorang anak.

Mereka telah melakukan apa yang menjadi bagian mereka dan Allah diharapkan juga melakukan apa yang menjadi bagian-Nya, menganuerahkan keturunan bagi mereka. Mereka telah berusaha dan berdoa. 

Hal ini rupanya dilakukan bukan hanya untuk waktu yang singkat, satu-dua tahun, namun terus-menerus. Sebagai suami istri, mereka terus merawat pengharapan, yakni suatu saat dapat menerima anugerah anak bagi mereka dan bagi masa depan merek(https://mkk.or.id/renungan-detail.php?r=2072739318).

Ketika imam dari kalangan imam Abia ini bertugas sebagai imam di hadapan Allah, dia masuk ke dalam Bait Allah Yerusalem, pusat pengharapan Umat Allah, dan membakar ukupan di situ. Ia melihat seorang Malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan.

Tentu saja Zakharia menjadi takut, bahkan terkejut atas kehadiran yang tidak biasa dari makhluk surgawi itu. Agar ketakutan Zakharia segera sirna, malaikat itu segera berkata, Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan; Elisabet, istrimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu, dan haruslah engkau menamai dia Yohanes.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved