Anker
Menenun Suara Timur, Asa Memutus Mata Rantai Korupsi di Indonesia
Album "Menenun Suara Timur" menjadi bagian dari rangkaian kampanye Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) 2024
POS-KUPANG.COM - Indonesia Corruption Watch (ICW) berkolaborasi dengan Ausaid, LBH APIK dan lembaga hukum Kemitraan meluncurkan album Menenun Suara Timur, sebagai bentuk kampanye Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia).
Album "Menenun Suara Timur" menjadi bagian dari rangkaian kampanye Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) 2024, dengan tujuan menyuarakan semangat anti-korupsi melalui seni dan budaya.
Peluncuran album “Menenun Suara Timur” di Auditorium Undana Kupang, Sabtu (14/12) itu berlangsung meriah, dihadiri berbagai elemen masyarakat, mulai dari akademisi, mahasiswa, kaum milenial, organisasi kemasyarakatan, hingga komunitas lokal dan warga Kota Kupang.
Staf Divisi Kampanye Publik ICW, Tamimah Ashilah menuturkan, deklarasi orang muda anti korupsi tidak hanya memberikan pendidikan dalam kampanye, tetapi memberikan sikap bahwa orang muda adalah pihak yang paling terdampak dari korupsi.
“Deklarasi ini menjadi bentuk pernyataan sikap orang muda, bahwa mereka tidak mau masa depan mereka dipertaruhkan karena korupsi. Mereka mau pemerintah dan negara peduli dengan masa depan mereka, menolak politik nepotisme, politik dinasti, dan memastikan semua masyarakat mendapatkan pelayanan publik yang baik,” ujarnya.
Saat ini yang paling disorot di NTT adalah terkait tanah adat. “Ada generasi muda yang terkena dampak dari hal ini pada akhirnya tidak punya tempat tinggal, tidak tahu harus pulang kemana, rumahnya digusur untuk kepentingan proyek dan lain-lain. Kami minta agar tanah kami dan tahan nenek moyang kami, harus menjadi milik kami. Jangan karena kalian punya kuasa, bisa mengambil itu,” ungkapnya.
Lewat deklarasi terbuka ruang kesadaran politik dan demokrasi terbuka. Orang muda punya kesempatan untuk mengkritik dan mengawasi pemerintah.
Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) APIK NTT, Ansy Damaris Rihi Dara, mengajak kaum milenial untuk memperjuangkan nilai-nilai anti-korupsi. Ansy menekankan, korupsi tidak hanya merugikan negara dari sisi ekonomi, tetapi juga berdampak langsung pada masyarakat, termasuk menjadi salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
"Hari ini, banyak anak muda melihat korupsi hanya dari perspektif kerugian negara. Padahal, korupsi juga menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat umum, seperti kehilangan hak pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan," jelasnya.
Selama ini, LBH APIK, yang berfokus pada isu perempuan dan anak, menemukan banyak kasus di mana masyarakat adat, seperti di Supul, TTS, dirugikan akibat praktik korupsi. Bagi Ansy, perjuangan melawan korupsi membutuhkan kerja kolaboratif.
Direktur Operasional Kemitraan, Saiful Doeana mengatakan, permasalahaan korupsi di NTT maupun di Indonesia stagnan dalam skor indeks korupsi. Untuk menaikkan presepsi butuh kerja keras untuk memberantas korupsi. Korupsi adalah kejahatan ekstra yang bisa merusak sistem pemerintahan dan menurunkan kepercayaan publik.
“Masalah korupsi tidak bisa diselesaikan jika hanya pemerintah dan aparat hukum yang berjalan, tetapi memerlukan partisipasi aktif masyarakat terutama generasi muda. Saya mengajak kita semua bersatu melawan korupsi, dari diri sendiri hingga ke masyrakat luas. Gerakan orang muda memutus mata rantai korupsi, adalah gerakan penting dalam membanngun Indonesia yang bebas dari korupsi,” imbuhnya.
Koordinator Divisi Penggalangan Dukungan Publik ICW, Sigit Wijaya, menjelaskan album ini berfokus pada dampak sosial yang sering kali terabaikan.
Album ini merupakan karya kolaborasi antara tiga musisi lokal ternama, yaitu Marapu, Leisplang, dan hip hop Lembata Foundation, bersama kelompok masyarakat yang terdampak langsung oleh korupsi.
Proses penciptaannya melibatkan serangkaian workshop, diskusi, dialog, serta kunjungan lapangan untuk menggali cerita nyata dari korban korupsi.
"Korupsi tidak hanya merugikan negara, tetapi juga menciptakan korban di masyarakat. Sayangnya, pembahasan sering hanya berpusat pada angka kerugian negara, tanpa menyoroti penderitaan mereka yang terdampak," ujar Sigit.
Album Menenun Suara Timur ini mengangkat kisah nyata dari kasus-kasus korupsi, seperti penyelewengan bantuan sosial, dana BOS, dan pengadaan alat kesehatan, dengan harapan dapat menyadarkan publik bahwa korupsi memiliki efek domino yang menghancurkan kehidupan banyak orang.
Puluhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terlibat meramaikan acara ini dengan menampilkan produk-produk seperti makanan, minuman dan juga berbagai tenun tradisional.Kegiatan ini juga diramaikan oleh berbagai lomba dan aktivitas interaktif lainnya. (eklesia mei/ray rebon/rosalia nago)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.