Pilkada Jakarta 2024

Yunarto Wijaya Bicara Soal Pilkada Jakarta, Ada yang Berbeda Antara Pramono Vs Ridwan Kamil

Direktur Charta Politika Yunarto Wijaya angkat bicara soal strategi politik yang diterapkan Ridwan - Suswono dan Pramono Anung - Rano Karno.

Editor: Frans Krowin
ISTIMEWA/POS-KUPANG.COM
BEDA – Pola politik di Jakarta, Ridwan Kamil terjebak dalam politik pecah belah sementara Pramono Anung – Pramono Anung merangkul 

POS-KUUPANG.COM – Direktur Charta Politika Yunarto Wijaya akhirnya angkat bicara soal strategi politik yang diterapkan pasangan Ridwan Kamil – Suswono jauh berbeda dengan yang dilaksanakan pasangan Pramono Anung – Rano Karno.

Dikatakannya, selama proses Pilkada Jakarta 2024 berlangsung, pola yang diterapkan Ridwan Kamil – Suswono terjebak dalam politik pecah belah. Sementara Pramono Anung – Rano Karno berada dalam pola merangkul siapa pun.

Strategi merangkul itu, lanjut Yunarto Wijaya, diterapkan Pramono Anung -  Rano Karno dengan menyatukan dua tokoh yang berbeda, yakni Anies Baswedan dengan Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok.

"Apapun legacy mereka masih tersisa di benak sebagian masyarakat Jakarta ditambah oleh pertarungan keras yang membuat pemilihnya menjadi sangat fanatik menjadi Ahokers ataupun Anak Abah," kata pria yang akrab disapa Toto sebagaimana yang dilansir dari Youtube TVOne News, Minggu 8 Desember 2024. 

Dikatakannya, pengaruh Anies dan Ahok sangat besar di Jakarta. Apalagi pasangan yang tersebut mendapat lagi dukungan dari Anak Abah dan Ahokers.

"Sehingga kemudian narasinya yakni di belakang Pram ada Anies melawan Prabowo dan Jokowi yang ada di belakangnya  Ridwan Kamil," ujar Toto.

Bedanya, adalah Pramono Anung berusaha menyatukan dengan merangkul kekuatan-kekuatan besar. Itu sangat jelas terlihat selama proses pilkada berllangsung.

   "Jadi, Pram berusaha menyatukan dan merangkul kekuatan-kekuatan besar yang ada Ahokers, termasuk di antaranya Anak Abah, sehingga ketika Anies menyatakan dukungan, Ahok gak kabur," ujar Toto.

Sedangkan, narasi kubu Ridwan Kamil-Suswowno, lanjut Toto, menjadi blunder yang dimainkan politikus Gerindra Maruarar Sirait.

Toto melihat Maruarar saking semangatnya langsung membuat sebuah logika dikotomi bawah dukungan Anies membangkitkan macan tidur.

"Ketika Anies ikut mendukung pemilih minoritas bisa kabur, itu narasi memecah belah. Akihrnya Ridwan Kamil terjebak dalam pengkotakan pemilih tadi," kata Toto.

Menurut Toto, Maruarar Sirait seharusnya dapat belajar saat kemenangan pilpres Prabowo Subianto.

Dimana, Prabowo dapat memenangkan Pilpres 2024 karena dapat membangun narasi rekonsiliasi bahwa pemilih Jokowi dan Prabowo bukan air dan minyak.

"Tapi bisa masuk dalam narasi yang sama malah Pramono dan Doel yang membawa narasi itu Ara Sirait malah kemudian melakukan politik menurut saya pecah belah yang membuat suara dari Ridwan Kamil dan Suswono makin terkotak-kotak," kata toto.

Sedangkan Pakar Komunikasi Politik UI, Profesor Ibnu Hamad menilai kekalahan Ridwan Kamil-Suswono tidak terkait dengan mesin partai melainkan faktor ketokohan.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved