Vatikan

Hanya di Italia, Vatikan Harus Berutang Budi pada Lucifer

Awal bulan sebuah video yang dibuat dengan AI menjadi viral dan konon menunjukkan para penguasa Vatikan berkumpul di sekitar altar dan menyembah Setan

Editor: Agustinus Sape
KOLASE POS-KUPANG.COM/HO
Roberto Lucifero dikenang sebagai tokoh yang menyelamatkan hubungan gereja/negara di Italia di masa lalu hingga Vatikan berdiri sebagai negara hingga saat ini. 

Asal usulnya, nama keluarga ini mungkin berasal dari budaya pra-Kristen ketika “Lucifer” (secara harfiah dalam bahasa Latin, “pembawa cahaya”) dikaitkan dengan planet Venus, yang juga dikenal sebagai “bintang pagi” karena terlihat di fajar. Dalam kapasitas itu, orang Romawi memiliki dewa kecil bernama “Lucifer” yang diidentikkan dengan bintang pagi. Karena planet yang sama juga terlihat di malam hari, orang Romawi juga menyebutnya Vespero, yang menjadi akar kata “vesper” untuk doa malam.

Bahkan ada St. Lucifer yang merupakan uskup abad keempat di Cagliari, di pulau Sardinia, yang membela ortodoksi melawan ajaran sesat Arian. Meskipun tidak ada alasan untuk menganggap dia berasal dari keluarga yang sama, namun perlu dicatat bahwa hingga hari ini, seseorang dapat menghadiri Misa di Gereja St. Lucifer di Cagliari, yang terletak di jalan St. Lucifer.

Lucifer tidak menjadi nama untuk iblis sampai Alkitab versi Vulgata Latin pada abad keempat, yang menyebutkan Lucifer sebagai nama keluarga sudah umum digunakan di Italia, tanpa konotasi negatif. Hingga akhir tahun 1950-an, ada merek pensil bernama “Lucifer” yang dipasarkan kepada anak-anak sekolah Italia oleh perusahaan Lyra Italia, bagian dari serangkaian alat tulis yang diberi nama berdasarkan berbagai tokoh astrologi.

Meskipun demikian, ironisnya adalah bahwa Lucifer – meskipun “seorang” Lucifer, bukan “sang” Lucifer – yang melakukan intervensi pada saat kritis untuk menjaga kepentingan gereja di negara tempat kantor pusat gereja berada.

Pasti sebagian besar orang akan menganggap hal ini hanya sekadar anekdot sejarah yang lucu. Beberapa orang yang sinis mungkin tergoda untuk melihatnya sebagai konfirmasi kosmis bahwa ketika gereja mencari kepentingan institusionalnya sendiri, termasuk kekayaan dan kekuasaan, berarti gereja sedang membuat kesepakatan dengan iblis.

Apa pun masalahnya, catatannya jelas: Secara historis, Vatikan berutang budi kepada Lucifer.

(Sebaliknya, saya berhutang informasi menarik ini kepada buku baru Antonio Preziosi yang hebat, Linea Segreta, “Secret Line”, tentang hubungan gereja/negara di Italia sejak lahirnya republik ini. Saya berharap dapat melakukan tinjauan lengkap segera.) (cruxnow.com/aleteia)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved