Vatikan

Takhta Suci Vatikan: Serangan terhadap Warga Sipil dalam Konflik Tidak Dapat Diterima

Takhta Suci sekali lagi dengan tegas mengecam pelanggaran sistematis terhadap Hukum Humaniter Internasional di tengah konflik Timur Tengah dan Ukraina

Editor: Agustinus Sape
VATICANNEWS.VA
Kendaraan milik Palang Merah Internasional (Red Cross International Committee of Geneve) 

Uskup Agung Ettore Balestrero, Pengamat Tetap Vatikan untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi Internasional Lainnya di Jenewa berpidato di Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ke-34 dan menekankan kewajiban moral semua pihak dalam konflik bersenjata untuk menghormati Hukum Humaniter Internasional yang melindungi warga sipil.

Oleh Lisa Zengarini

POS-KUPANG.COM - Takhta Suci sekali lagi dengan tegas mengecam pelanggaran sistematis terhadap Hukum Humaniter Internasional (IHL - International Humanitarian Law) di tengah konflik yang sedang berlangsung di seluruh dunia, termasuk di Timur Tengah dan Ukraina, dan menegaskan kembali bahwa menyerang warga sipil tanpa pandang bulu adalah hal yang “tidak dapat diterima” secara moral.

Warga sipil yang dibantai tidak boleh dianggap sebagai ‘kerusakan tambahan’

Saat berpidato di Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ke-34 yang berlangsung di Jenewa, Swiss, Uskup Agung Pengamat Tetap Vatikan, Uskup Agung Ettore Balestrero, mengecam bahwa penduduk sipil terus menjadi korban dalam konflik bersenjata melalui serangan tanpa pandang bulu yang bertentangan dengan hukum internasional. “Warga sipil yang dibantai tidak pernah bisa dianggap sebagai ‘kerusakan tambahan,” katanya.

“Sangat mengkhawatirkan bahwa, meskipun terdapat kewajiban yang ketat untuk membedakan antara sasaran militer dan sasaran sipil, “tidak ada konflik yang tidak berakhir dengan dampak yang tidak pandang bulu terhadap penduduk sipil.”

Penggunaan senjata peledak di daerah padat penduduk

Uskup Agung Balestrero juga menegaskan kembali keprihatinan mendalam Tahta Suci mengenai penggunaan senjata peledak di daerah padat penduduk, yang menyebabkan pengungsian dan kehancuran besar di kota-kota, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah dan infrastruktur penting bagi penduduk sipil.

Beliau mengingatkan bahwa ketaatan terhadap Hukum Humaniter Internasional (HHI) “tidak hanya mungkin tetapi, terlebih lagi, wajib”, dan menegaskan kembali, sesuai dengan kata-kata Paus Fransiskus, bahwa bahkan di tengah kehancuran akibat perang, setiap orang adalah suci.

“Kita tidak bisa menganggap konflik sebagai hal yang tidak bisa dihindari, dan kita juga tidak bisa menganggap segala sesuatunya diperbolehkan pada saat perang.”

Menyebarkan kesadaran masyarakat tentang Hukum Humaniter Internasional

Dalam menghadapi konteks dunia yang meresahkan saat ini, Uskup Agung Balestrero menyoroti kebutuhan mendesak akan sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menyebarkan Hukum Humaniter Internasional dan landasan etikanya serta menjanjikan dukungan Gereja Katolik dalam “membangkitkan kembali hati nurani masyarakat” mengenai isu-isu ini.

Perlunya membendung penggunaan AI dalam konflik

Hal ini, katanya, menjadi semakin penting saat ini mengingat kemajuan teknologi dan penggunaan kecerdasan buatan (AI), yang dengan cepat menjadi elemen sentral dalam tindakan permusuhan.

Dalam hal ini, Wakil Nuncio mengatakan Takhta Suci mengadvokasi penggunaan teknologi digital dan siber secara bertanggung jawab, dan mendesak agar teknologi tersebut digunakan “untuk tujuan damai, kerja sama, dan saling memperkaya.”

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved