Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 21 November 2024, Harga Sebuah Tangisan

Tidak lain adalah Yesus sendiri. Dialah yang layak membuka gulungan kitab itu. Dialah yang menghalau segala kesedihan dan air mata.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-DOK
Pastor John Lewar, SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik Kamis 21 November 2024, Harga Sebuah Tangisan 

Oleh : Pastor John Lewar

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Kamis 21 November 2024, Harga Sebuah Tangisan

Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz STM Nenuk Atambua Timor

Perayaan Wajib
St. SP Maria Dipersembahkan kepada Allah
Why 5:1-10; Mzm 149:1-2.3-4.5-6a.9b

Injil: Lukas 9:41-44

Meditatio:

“Menangis" selalu dihubungkan dengan perasaan sedih ataupun kekecewaan. Air mata sering kali dimaknai sebagai ungkapan kesedihan dan kekecewaan seseorang. Begitulah tema bacaan-bacaan hari ini.

Rasul Yohanes dalam Kitab Wahyu mensharingkan penglihatannya bagaimana ia begitu sedih karena orang-orang tidak mampu membuka gulungan Kitab, "Menangislah aku dengan amat sedihnya, karena tidak seorang pun yang dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu ataupun melihat sebelah dalamnya" (Why. 5:4).

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 21 November 2024, “Ia Menangisinya”

Ada kesedihan, ada kekecewaan terekspresi dari kutipan ini: semua orang dianggap tidak layak. Tetapi
hati Yohanes berubah menjadi sukacita ketika dinyatakan bahwa Singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud telah menang sehingga la dapat membuka gulungan Kitab itu dan membuka ketujuh meterainya (Why. 5:
5).

Siapa sosok tunas Daud itu? Tidak lain adalah Yesus sendiri. Dialah yang layak membuka gulungan kitab itu. Dialah yang menghalau segala kesedihan dan air mata.

Dalam Injil Lukas (19:41-44) dikisahkan bahwa ketika Yesus mendekati Yerusalem dan melihat banyaknya rumah di sekitar Bait Suci, Ia menangisinya karena penduduknya tidak “mengetahui hal-hal yang mendatangkan perdamaian” (Luk. 19:42). Mengapa Yesus menangisi Yerusalem?

Yerusalem artinya kota damai, namun tak mudah mencari damai di sana. Herodes Agung, yang pernah bertakhta di sana, memerintahkan pembunuhan anak-anak di bawah usia dua tahun di Betlehem dan sekitarnya (Mat. 2:16).

Banyak ibu meratap di Rama, karena raja takut kehilangan singgasana. Peristiwa itulah yang
menyebabkan Maria, Yusuf, dan kanak-kanak Yesus mengungsi ke Mesir.

Bagaimana bisa dikatakan damai, jika orang dapat dibunuh kapan sajadengan atau tanpa alasan? Yohanes Pembaptis mati bukan karena khotbah, bukan pula akibat tindakan makar, namun hanya karena raja
malu menarik titahnya (Mat. 14:1-12). Dan kepalanya terpenggal di talam, menjadi sajian bagi Herodias untuk permaisuri tercinta.

Padahal, sebagai raja, Herodes bisa tidak mengabulkan permintaan itu. Tak mudah menemukan damai di Yerusalem. Ahli Taurat dan orang Farisi sibuk menafsirkan Taurat sesuka hati mereka dan menuntut setiap orang menaatinya, walau mereka sendiri mengabaikannya (Mat. 23:24).

Yesus tahu bahwa kota Yerusalem akan hancur dalam waktu yang tidak lama lagi. Maka, Ia menyerukan pertobatan dan pengampunan untuk mengingatkan umat Israel akan hari depan mereka.

Yesus mengajak umat Israel untuk bertobat. Tetapi seruan tobat dan pengampunan dosa tidak mereka anggapi, bahkan mereka menyalibkan dan membunuh Yesus. Yesus menangisi kebebalan Yerusalem.

Yesus mencintai mereka, tetapi mereka membalas dengan menghukum mati Yesus. Ini yang
membuat Yesus sedih, sampai Dia menangis.

Jangan-jangan kita pun termasuk orang-orang yang ditangisi oleh Yesus, karena Yesus menemukan kebebalan hati kita, Yesus melihat kita yang sering kali mengklaim diri sebagai murid Yesus, membanggakan diri sebagai aktivis, tetapi sering kali pula kegiatan dan aktivitas kita hanya untuk menutupi kekurangan dan dosa kita.

Yesus yang meskipun Tuhan tetapi masih menangisi diri kita yang tak mau bertobat Pengalaman Yerusalem dapat juga menjadi pengalaman kita. Banyak kali kita menutup hati kita dan tidak terbuka pada Tuhan.

Betapa kasih karunia dari Tuhan terkadang sia-sia saja karena kita tidak menyadari bahwa Allah melawati kita melalui Yesus Kristus. Tuhan juga sabar dengan kita tetapi banyak kali kita menutup diri. Mungkin kita malu
karena kita orang berdosa.

Padahal justru Tuhan datang untuk menyelamatkan kita yang tersesat. Sikap berjaga-jaga yang perlu kita
bangun adalah sikap rendah hati di hadapan Tuhan. Dia mengenal kita dari luar dan dalam.

Missio:
Mari kita membuka mata hati kita akan semua dosa dan salah yang telah terjadi. Dengan rendah hati kita bertobat dan tidak membuat Yesus terus menangis.

Doa:
Tuhan Yesus, acapkali kami mengkhianati cinta-Mu sehingga membuatmu sedih. Ampunilah kami dan bantulah kami untuk mengarahkan hidup kami pada jalan-Mu yang benar dan menghidupkan... Amin.

Sahabatku yang terkasih. Selamat Hari Kamis. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved