Berita NTT

Integrasi Makan Bergizi Gratis dengan Program Kementerian Hingga Daerah Solusi Tekan Stunting

Pemerintah telah memetakan titik prioritas berdasarkan data prevalensi stunting, sehingga alokasi anggaran dapat lebih tepat sasaran.

Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO
Pelaksana Tugas (Plt) Deputi III Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Nunung Nuryartono, dlam Dialog FMB9, Senin (18/11). 

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), Nopian Andusti, menilai salah satu langkah utama yang ditekankan untuk bisa menurunkan, bahkan mencegah munculnya kasus baru stunting, adalah intervensi dini. Menurutnya pendekatan ini mencakup seluruh siklus kehidupan, dimulai bahkan sebelum seseorang menjadi orang tua.

"Kami memastikan calon pengantin melakukan pemeriksaan kesehatan tiga bulan sebelum menikah untuk mendeteksi anemia atau kekurangan energi kronis," ungkapnya. 

Deteksi dini ini memungkinkan pemerintah memberikan intervensi berupa suplemen penambah darah atau nutrisi tambahan, sehingga calon ibu berada dalam kondisi optimal saat memasuki masa kehamilan. Untuk mendukung program ini, BKKBN mengembangkan aplikasi Siap Nikah dan Siap Hamil, yang mempermudah pasangan muda memantau kesiapan fisik dan kesehatannya. 

"Dengan pendekatan teknologi, masyarakat dapat lebih mudah memahami risiko yang ada dan menjalani langkah preventif sebelum membangun keluarga," tambah Nopian.

Sementara itu, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia & Pemerataan, Sekretariat Wakil Presiden RI, Suprayoga Hadi, menyebutkan pemerintah tengah menyusun Strategi Nasional (Stranas) baru yang menekankan pencegahan stunting. Perubahan paradigma ini akan difokuskan pada lima kelompok sasaran, yakni calon pengantin, remaja putri, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.

"Perpres baru akan menjadi landasan untuk periode 2025–2029. Selain menekankan pencegahan, kami juga memastikan anggaran benar-benar tersalurkan secara efektif,” sebut dia. 

Ia juga menggarisbawahi peran teknologi sebagai alat inovatif dalam menekan angka stunting. Salah satu contoh adalah aplikasi Digital e-Assistance for Stunting Information (DESI), yang menyediakan informasi lengkap mengenai pencegahan dan penanganan stunting

“Aplikasi ini dapat diakses oleh bidan dan kader keluarga di lapangan untuk membantu mereka memberikan edukasi yang efektif,” ungkapnya.

Selain itu, integrasi digital memungkinkan pemerintah memantau perkembangan program MBG, memastikan distribusi makanan bergizi tepat sasaran, dan memetakan daerah yang membutuhkan pendampingan khusus, seperti Papua.

Program MBG tidak hanya ditujukan untuk mengurangi stunting tetapi juga untuk meningkatkan literasi gizi masyarakat, membangun ketahanan pangan berbasis lokal, dan memaksimalkan peran komunitas dalam pemenuhan kebutuhan gizi. 

Dengan sinergi yang kuat, Indonesia optimis dapat mencapai target penurunan stunting menjadi 5 % pada 2045, mewujudkan generasi emas Indonesia yang sehat dan berkualitas. (*) 

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved