Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Jumat 8 November 2024, Bertindak Cerdik

pintu rumah temannya untuk meminta roti, dan seorang ayah yang tidak akan memberi ular kepada anaknya yang meminta ikan.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-DOK
Pastor John Lewar, SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik Jumat 8 November 2024, Bertindak Cerdik 

Oleh: Pastor John Lewar SVD

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Jumat 8 November 2024, Bertindak Cerdik

Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz STM Nenuk Atambua Timor

Hari Biasa Pekan XXXI
Lectio: Filipi 3:17-4:1; Mazmur 122:1-2.3-4a. 4b-5

Injil: Lukas 16:1-8

Meditatio:
Bacaan Injil Lukas hari ini menimbulkan banyak pertanyaan. Mengapa Yesus menggunakan perumpamaan tentang bendahara yang korupsi, tidak jujur, dan licik? Mengapa Yesus justru memuji kecerdikan bendahara tersebut di akhir cerita? Apa ajaran yang mau disampaikan Yesus di balik perumpaan ini?

Jika kita membaca dan merenungkan dengan seksama Injil Lukas bab 14 – 16, ada tiga hal yang hendak disampaikan Yesus, yakni tentang kehidupan kekal, tentang Allah yang berbelas kasih, dan tentang apa
yang harus kita lakukan untuk memperoleh kehidupan kekal. Tema tentang kehidupan kekal dapat kita temukan dalam perumpamaan tentang perjamuan (Luk. 14:12-24).

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 7 November 2024, "Yesus Mendatangi Orang Berdosa"

Tema tentang Allah yang berbelas kasih terdapat dalam perumpamaan tentang domba, dirham, dan anak
yang hilang (Luk. 15). Sementara itu, Luk. 16 berbicara tentang apa yang harus kita perbuat untuk memperoleh kehidupan kekal, yang berpuncak pada kisah tentang Lazarus dan orang kaya. Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur termasuk dalam tema yang terakhir ini.

Yesus sering menggunakan perbandingan untuk menyampaikan maksud tertentu dalam ajaran-ajaran-Nya agar para pendengar memahami dengan baik nilai yang ingin disampaikan. Hal ini dapat kita temukan,
misalnya, dalam Luk. 11:5-13 tentang seorang yang mengetuk pintu rumah temannya untuk meminta roti, dan seorang ayah yang tidak akan memberi ular kepada anaknya yang meminta ikan.

Dalam perumpamaan tersebut, Yesus membandingkan kebaikan Allah dengan kebaikan manusia. Jika sebagai manusia, seseorang bisa baik dengan yang lain, apalagi Allah Bapa di surga. Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur juga menggunakan gaya perbandingan. Di akhir perumpamaan Yesus jelas membuat perbandingan, “Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang.”

Kecerdikan bendahara yang tidak jujur itulah yang digunakan Yesus untuk membandingkan kecerdikan anak-anak terang. Sangat wajar jika dalam perumpamaan ini, si tuan memuji kecerdikan si bendahara, sebab
dimaksudkan untuk menekankan tindakan cerdik itu. Pujian ini bukan berarti Yesus menyetujui tindakan licik si bendahara.

Yang dipuji Yesus dari kisah bendahara yang tidak jujur adalah kegigihan dan usaha kreatif seorang bendahara yang hampir dipecat dari pekerjaannya karena sebuah tuduhan „telah menghamburkan milik
tuannya‟.

Bendahara itu berusaha bertanggung jawab atas tindakannya itu sambil memikirkan keselamatannya kalau ia dipecat. Solusi kreatif dari si bendahara mampu menerobos akal sehat orang zaman itu maupun
para pembaca zaman sekarang.

Dalam Perjanjian Lama diajarkan, kalau meminjam uang atau barang, seseorang tidak boleh memungut riba atau bunga. Kemungkinan yang dihapus oleh si bendahara yang tidak jujur ini adalah bunga pinjaman dari
orang-orang yang berhutang kepada tuannya. Hal itu bisa kita lihat ketika tuannya marah terhadap tindakan bendaharanya ketika membuat surat hutang baru dengan mengurangi jumlah hutang.

Tuannya sama sekali tidak merasa dirugikan, tetapi malah memuji sebagai bendahara yang cerdik. Dari tindakannya, bendahara itu membuktikan tuduhan yang disampaikan kepadanya itu adalah tidak benar atau tidak untuk mencari keuntungan sendiri.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved