Renungan Harian Kristen
Renungan Harian Kristen, Memuji Allah Sang Pemelihara
Karena itu, adalah baik kita memuji Allah, memuliakan Allah karena pemeliharaannya, yang kita rasakan dalam berbagai bentuk berkat/pengalaman hidup.
Palang pintu gerbang kota Yerusalem yang hancur karena musuh, kota-kota berkubu jatuh ke tangan penjajah sudah dapat dibangun kembali karena perkenan Allah.
Allah memakai Koreshy untuk melepaskan umat Israel dari Babel dan Nehemia untuk membangun kembali Yerusalem, sehingga umat Israel dapat menikmati ketenangan untuk melakukan segala pekerjaan agar hidup mereka terpelihara karena pagar tembok dari batu-batu besar melindungi kota da nada pintu-pintu gerbang yang kokoh. (Neh.3; 12:27-43.
Pemeliharaan Allah atas kehidupan umat Israel dinyatakan dengan memberikan hujan, salju, embun,air, gandum, ternak/hewan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Dengan mazmur pujian kita menyadari bahwa Allah tidak saja membuat Israel bebas dari rasa takut, rasa terancam tetapi juga hidup dalam kemakmuran pasca pembuangan.
Kehidupan baru yang terpelihara oleh kekuatan dan kebijaksaan Allah kembali mengingatkan Israel bahwa sesungguhnya mereka memiliki relasi yang khas dengan Tuhan melalui firman-Nya. Mereka kembali memiliki rasa bangga bahwa dari firman mereka mengenal Allah.
Merasakan Pemeliharaan Allah dalam krisis hidup masa kini Allah Isarel adalah Allah segala bangsa untuk segala masa. Pemeliharaan menjangkau semua umat mansuia dalam segala waktu, termasuk kita di masa kini.
Konflik, perpecahan, perseturuan, permusuhan, bencana alam dengan berbagai akibat buruknya, seperti kehilangan orang yang dikasihi, kehilangan harta benda, kehilangan tempat mencari makan, kehilangan kepercayaan diri atau berbagai persoalan lainnya adalah krisis yang kita hadapi setiap saat. Persoalan-persoalan ini dapat mengantarkan kita kepada krisis iman.
Kita bisa saja mempertanyakan keadilan Tuhan (teodice). Kita bisa bertanya dimanakah Tuhan saat krisis melanda.
Apakah Tuhan memang ada dan mau menolong, tetapi Ia tidak sanggup? Tuhan macam apakah ini yang tidak berkuasa membatalkan krisis? Atau mungkin bertanya, dimanakah Tuhan saat krisis melanda. Apakah Tuhan memang ada dan sanggup menolong, tetapi Ia enggan/tidak mau?
Dalam krisis kita tidak boleh lagi dihantam oleh krisis iman. Sebab Allah yang kita percayai adalah Allah Yang Tersalib (Jurgen Molltman) atau Allah Yang Turut Menderita (C.S.Song).
Terutama bagi Molltman bahwa Allah adalah Allah Yang Tersalib dihubngkan peristiwa Golgota (Penyaliban Yesus).
Refleksi Moltmann bahwa Allah adalah Allah Yang Tersalib ketika ia menjadi tawanan perang pada masa PD. Ia memahami bahwa pada saat ia menderita dalam sebagai tawanan perang, disaat itu Allah berada dalam penderitaannya.
Allah sedang menderita bersamanaya, Allah tidak berdiri diluar dirinya dan situasi menjadi penonton. Pada saat inilah Allah merendahkan diri-Nya, Allah memang maha kuasa dan maha bijaksana tetapi Ia menunjukkan keberpihakan-Nya (solidaritas) dengan mengambil bagian dalam penderitaan manusia.
Allah menunjukkan ketidakberdayaan-Nya sebagai bentuk turut merasakan penderitaan manusia. Allah yang turut menderita itu terlihat dalam diri Yesus. Ia tersalib (lih. Buku Teologi Bencana).
Ia menjadi menjadi Imam Besar Agung yang turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, Ia juga sama dengan kita di cobai, kecuali satu yang tidak sama dengan kita adalah bahwa Ia tidak berdosa (bdk. Ibrani 415). Karena itu, selain Moltman dan C.S. Song, seorang teolog Asia bernama Kazoh Kitamori mengatakan bahwa jika Allah memilih menderita bersama manusia, maka tidak bahwa Allah berpihak kepada manusia yang menderita melainkan dalam diri Allah sendiri ada hakekat untuk menderita.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.