Breaking News

Berita Belu

Pengiriman Ternak Sapi Keluar Daerah, Peternak di Belu Keluhkan Harga Turun dan Pakan Kurang

Cons mengakui bahwa sosialisasi atau pelatihan sudah ada, namun pelaksanaannya di tingkat peternak masih kurang maksimal.

|
Penulis: Agustinus Tanggur | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-DOK
Sapi hasil Inseminasi buatan di Desa Manleten, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Agustinus Tanggur

POS-KUPANG.COM, ATAMBUA – Peternak sapi di Kabupaten Belu mengeluh karena harga sapi sangat menurun drastis dari Rp 50 ribu perkilo (bobot hidup) menjadi Rp 37 ribu hingga Rp43 ribu. 

Selain menurunnya harga sapi, kendala pakan saat musim kemarau juga menjadi salah satu tantangan. Sehingga memengaruhi bobot badan ternak dan tidak memenuhi syarat untuk pengiriman keluar daerah. 

Antonius, salah seorang peternak sapi di Desa Kabuna, Kabupaten Belu, menyampaikan bahwa kekurangan pakan saat musim kemarau ini menjadi tantangan besar. 

Akibatnya, berat badan sapi menurun, dan beberapa ekor ternak tidak memenuhi standar yang diminta oleh pembeli, terutama untuk pengiriman keluar daerah.

Baca juga: Lirik Lagu Daerah NTT dari  Kabupaten Belu, Lagu Rakyat Berjudu Tasifeto no Tasimane 

"Kita kewalahan di pakan saat musim kemarau ini. Ketika pembeli datang cari sapi, bobot badannya sering tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena kurangnya pakan pada saat musim kemarau," ungkap Anton, Rabu 9 Oktober 2024.

Namun, ia mengakui jika pada musim hujan memang tidak mengalami kesulitan pakan. "Kalau musim hujan kita tidak kewalahan pakan, tapi kadang permintaan saat musim kemarau, kita juga siapkan untuk musim kemarau dengan pembuatan silase. Tapi kalau musim kemarau berkepanjangan pasti persediaan juga cepat habis," ungkapnya. 

Selain masalah pakan, para peternak juga mengeluhkan penurunan harga daging sapi yang cukup signifikan. 

Cons Pires, salah satu Peternak di Desa Manleten, Kecamatan Tasifeto Timur menjelaskan bahwa harga jual sapi saat ini hanya sekitar Rp 37 ribu per kilogram bobot hidup, jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga sebelum-sebelumnya yang bisa mencapai Rp 45 hingga Rp 50 ribu per kilogram.

"Harga sekarang cuma Rp 37 ribu per kilogram bobot hidup, padahal dulu bisa sampai 45 atau bahkan 50 ribu. Ini sangat memengaruhi pendapatan kami sebagai peternak. Kami berharap pemerintah bisa mengendalikan harga ini," kata Cons Pires.

Ia berharap agar pemerintah dapat memperhatikan hal ini, sehingga harga sapi kembali normal seperti sebelumnya. 

Di sisi lain, meski pemerintah melalui Dinas Peternakan memberikan pelatihan terkait pembuatan pakan alternatif seperti silase untuk menghadapi musim kemarau, banyak peternak yang belum serius dalam menerapkan ilmu tersebut. 

Cons mengakui bahwa sosialisasi atau pelatihan sudah ada, namun pelaksanaannya di tingkat peternak masih kurang maksimal.

"Dinas sudah kasih pelatihan tentang pembuatan pakan, seperti silase, tapi kadang kami peternak juga tidak terlalu serius memperhatikan hal itu," jelasnya.

Menurutnya, masalah lain di lapangan adalah adanya praktik pembakaran lahan yang terjadi di musim kemarau. 

"Banyak juga lahan yang dibakar saat musim kemarau ini. Itu salah satu kendala besar bagi kami," ungkap Cons. (Cr23). 

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved