Pilgub NTT
Survei Terbaru Pilgub NTT, Mayoritas Pendukung PSI - Gerindra Tidak Dukung Melki-Johni
Sedangkan pemilih beragama Kristen mendukung Simon Kamlasi - Andre Garu dengan angka 36,6 persen. Agama lainnya, cenderung memilih Ansy - Jane.
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Survei terbaru dalam tahapan Pemilihan Gubernur (Pilgub) NTT, mayoritas pendukung Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Gerindra tidak mendukung pasangan calon Emanuel Melkiades Laka Lena atau Melki Laka Lena dan Johni Asadoma.
Padahal pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur itu, diusung PSI dan Gerindra bersama 9 partai politik lainnya. Temuan survei itu disampaikan Indikator Politik Indonesia periode survei 28 September - 5 Oktober 2024 di 22 kabupaten/kota di NTT.
Peneliti Utama Indikator, Dr Rizka Halida dalam rilis survei, Rabu 9 Oktober 2024, menyebut
ketika hasil survei dikonversi ke pasangan calon berdasarkan pemetaan wilayah kota dan desa, kecenderungan memilih Ansy - Jane, terutama untuk warga perkotaan.
"Warga yang di desa ini belum banyak yang memilih, tidak tahu/tidak memilih," kata dia.
Berdasarkan agama, pemilih juga mendukung Ansy - Jane sebanyak 41,2 persen dengan mayoritas pemilih beragama Katolik. Meski, ada sebaran pemilih yang memilih Melki - Johni maupun Simon Kamlasi - Andre Garu.
Sedangkan pemilih beragama Kristen mendukung Simon Kamlasi - Andre Garu dengan angka 36,6 persen. Agama lainnya, cenderung memilih Ansy - Jane.
Pada kategori pemilih pemula cenderung memilih Ansy - Jane dengan presentasi 41,7 persen dan usia paling tua juga memilih Ansy - Jane 29,2 persen. Pada tingkat pendidikan, jumlahnya menyebar ke tiga pasangan calon.
Dalam simulasi 3 pasangan calon berdasarkan basis partai politik, sebanyak 56,8 persen mendukung Ansy - Jane. Hanya 16,3 persen mendukung Melki - Johni. Pemilih PSI juga mendukung Simon Kamlasi - Andre Garu sebanyak 19,3 persen.
"Kemudian, basis suara PDIP cukup solid mendukung Ansy Lema dan Jane Natalia. 54 persen pemilih yang memilih pasangan ini," kata Dr Rizka.
Sementara Golkar, cenderung memilih Melki Laka Lena dan Johni Asadoma. Untuk Gerindra, hanya menyumbang 30,4 persen. Lebih banyak pemilih Gerindra memilih Simon Kamlasi - Andre Garu yakni sebanyak 37, 8 persen.
"Sedangkan Gerindra ini terbelah antara pemilih yang memilih Melki Laka Lena dan Johni Asadoma dan yang memilih Simon Petrus Kamlasi dan Adrianus Garu," kata dia.
Baca juga: Hasil Survei Indikator Politik Indonesia Tak Banyak Berubah Hingga Pemungutan Suara Pilgub NTT
Lalu, pendukung partai Demokrat juga memberikan dukungan terbesar ke Ansy - Jane yakni 44,7 persen, Melki - Johni sebagai paslon yang diusung hanya 21,3 persen dan Simon Kamlasi- Andre Garu 24,4 persen.
Diketahui Melki - Johni disokong 11 partai politik atau dikenal dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM). Golkar, Gerindra, PAN, Demokrat, PSI, Garuda, PKN, Gelora, PPP, Prima, dan Perindo.
Seolah Menang
Pengamat politik Universitas Muhamadiyah Kupang, Dr Ahmad Atang menanggapi keberadaan Koalisi Indonesia Maju atau KIM dalam kontestasi politik lokal seperti Pilkada NTT.
Ahmad Atang mengatakan, fenomena KIM memberi dampak ke kekuatan lokal. Sebab, itu sejalan dengan pola yang dilakukan di tingkat pusat. Fenomena itu terjadi dari tingkat Provinsi hingga kabupaten/kota.
"Ini bagaimana menggunakan isu KIM untuk mendapatkan bonus elektoral. Seolah dengan bonus KIM itu bisa menang," kata dia dalam diskusi akhir pekan bertajuk "Pengaruh Elit dalam Pilkada Lembata 2024", yang diselenggarakan Yayasan Kaya Tene, Sabtu 5 Oktober 2024 di Celebes Resto Kota Kupang.
Pengajar politik di Universitas Muhamadiyah Kupang itu mengatakan, pola dari Pemilu sangat berbeda dengan Pilkada. Demokrasi Pilkada sangat tergantung pada persepsi publik terhadap publik.
Dia menyebut politik klaim yang di selama ini terus disampaikan harusnya digerus. Sisi lain, jumlah partai politik tidak bisa menjamin bahwa kemenangan itu bisa didapatkan.
Ahmad Atang juga mengomentari mengenai keberadaan dan peran tokoh agama. Posisi tokoh agama bukan menjadi aktor politik. Dia harus menjadi dan memberikan pesan politik yang menyejukkan. Ahmad Atang lalu mengulas sejarah mengenai Pilgub NTT.
Ada sebuah agenda politik, yang memberi pernyataan kepada seorang bakal calon yang dinilai menjadi aktif. Padahal, orang yang didatangi itu merupakan tokoh agama.
"Saya kira aktor agama, kalau mental spiritual kuat dia tidak akan goyang. Tapi kalau tidak kuat akan tergoyang juga," kata Ahmad Atang dalam kegiatan yang dimoderatori Bang Ben, aktivis asal Lembata. (fan)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.