Berita NTT
Semangat Muda Berdaya untuk Kedaulatan Pangan Bergema di Lembata
Hal ini juga merupakan bentuk upaya memberdayakan ekosistem kebudayaan untuk pemulihan lingkungan berkelanjutan dan mewujudkan kedaulatan pangan.
Penanggungjawab MBKP 2024, Ratna Yunarsih melaporkan bahwa program MBKP 2024 melibatkan 218 mahasiswa dari 103 perguruan tinggi yang tersebar di 29 provinsi Indonesia.
Selain itu, terdapat juga perwakilan masyarakat dari 29 desa yang tersebar di Kabupaten Lembata.
"MBKP berlangsung selama 3,5 bulan hingga Desember 2024," lapornya.
Ratna mengungkap tingginya minat mahasiswa untuk mengikuti MBKP. "Kami menerima 4.200 pendaftar, kemudian diseleksi hingga terkumpul 218 mahasiswa," katanya.
Sebanyak 212 orang peserta ditempatkan di 49 desa di 9 kecamatan untuk melakukan pendataan terkait potensi pangan lokal, pemetaan lokasi lahan pangan lokal yang ada di berbagai desa di Lembata, serta pola produksi, distribusi, dan konsumsi masyarakat Lembata.
"Enam mahasiswa ditempatkan di kantor Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek di Jakarta dengan tugas sebagai desainer grafis, copywriter, dan admin media sosial," jelas Ratna.
Devi Perwita Sari Bunga Herza, peserta MBKP 2024 dari Universitas Islam Riau, mengungkapkan kegembiraannya bisa terlibat dalam program yang unik dan berdampak penting untuk masyarakat.
Isu ketahanan pangan erat kaitannya dengan sektor budaya.
"Sebelum mengikuti MSIB MBKP ini saya terlibat dalam kegiatan bersama berbagai lembaga yang mengulik keterkaitan kebudayaan dengan ilmu yang saya pelajari, yaitu Agronomi dan Agroteknologi," ungkapnya.
Senada, Atthoya Atthur Harry Aslam, peserta MBKP yang berasal dari Universitas Riau, juga tak sabar untuk mengikuti berbagai program MBKP. Sebagai mahasiswa jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, tugasnya di MBKP sebagai enumerator atau pengumpul data dinilainya menarik dan dapat mengembangkan kapasitas.
"Pangan lokal ini juga bagian kebudayaan, ada banyak sekali ragamnya di Indonesia. Saya tertarik untuk mengetahuinya dan belajar dari kearifan lokal seperti yang ada di Lembata NTT ini, untuk mengolahnya dan menjadikannya lebih bernilai lagi," katanya antusias.

Seputar program Muda Berdaya untuk Kedaulatan Pangan 2024
Saat ini masyarakat Lembata mengonsumsi hampir 1.000 ton beras per bulan, sementara produksi lokal hanya mencapai 488 ton per tahun dengan lahan pertanian terbatas seluas 65 hektare (data BPS Kab. Lembata, 2023).
Ketergantungan pada pasokan pangan dari luar daerah menjadi tantangan besar dalam mewujudkan kedaulatan pangan. Oleh karena itu, program MBKP 2024 hadir dengan misi menghidupkan kembali pangan lokal seperti jagung titi, beras merah, ubi, pisang, dan sorgum sebagai alternatif bahan pangan pokok yang lebih berkelanjutan.
Meski upaya budidaya pangan lokal seperti sorgum di beberapa desa telah berhasil, rendahnya minat masyarakat terhadap pangan lokal masih menjadi masalah. Persepsi bahwa pangan lokal kurang praktis dan lebih mahal dibandingkan beras impor menjadi hambatan utama.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.