Pilkada 2024

Anak Muda Menghadapi Sejumlah Hambatan Terjun ke Pilkada

Meski kenyataan politik kadang tidak adil bagi yang tidak memiliki akses atau jejaring, parpol tetap menjadi kunci.

Editor: Agustinus Sape
POS-KUPANG.COM/ENGELBERTUS APRIANUS
Pasangan calon bupati-wakil bupati Manggarai Barat Mario Pranda-Richrd Sontani menyampaikan keterangan kepada wartawan di kantor KPU, Senin 23 September 2024. 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Dosen senior di Departemen Ilmu Politik dan Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI), Hurriyah, mengatakan, ada beberapa faktor utama yang menjadi penghambat generasi muda masuk dalam politik elektoral. Hal itu mulai dari lemahnya komitmen partai politik dalam melakukan rekrutmen generasi muda hingga skeptisisme generasi muda terhadap sistem politik di Indonesia.

”Partai politik adalah agen kunci dalam rekrutmen dan partisipasi kepemimpinan. Namun, mereka belum memiliki komitmen serius untuk mempromosikan calon pemimpin muda. Partai politik cenderung enggan membuka peluang bagi generasi muda, baik dalam bentuk kaderisasi maupun promosi kepemimpinan,” kata Hurriyah saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (25/9/2024).

Hurriyah menegaskan, partai-partai di Indonesia lebih memprioritaskan elite yang sudah mapan, sementara anak muda yang tidak memiliki jejaring atau modalitas cukup tidak dapat menemukan ruang untuk berkembang. Sebaliknya, terdapat skeptisisme generasi muda terhadap partai politik.

Adapun rendahnya kepercayaan anak muda terhadap partai politik disebabkan oleh karakter elitis dan oligarkis yang masih mendominasi dunia politik Indonesia.

”Banyak anak muda merasa partai politik menjadi sumber masalah demokrasi dan politik elektoral. Akibatnya, mereka enggan terlibat karena melihat partai sebagai entitas yang terlalu elitis dan tidak inklusif bagi mereka yang tidak memiliki modal atau koneksi,” katanya.

Baca juga: Pilkada Belu 2024, Kapolres Belu Harap Masa Kampanye Bisa Berlangsung Damai dan Kondusif

Meski demikian, penilaian itu dibantah oleh politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Menurut Ahok, tidak semua partai politik tidak inklusif bagi generasi muda. Regenerasi di internal PDIP, misalnya, sudah berjalan.

”Kader muda yang sudah ikut bareng saya seperti Ima Mahdiah mengisi posisi Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta periode 2024-2029. Ada juga Yohanis Fransiskus Lema dan Jane Natalia Suryanto maju dalam Pilgub NTT (Pemilihan Gubernur Nusa Tenggara Timur) 2024,” katanya.

Kendala dukungan politik dan logistik

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno mengatakan, sebenarnya banyak anak muda yang berpartisipasi di dunia politik, tetapi saat ini mayoritas baru di level legislatif.

”Pilkada itu adalah pertarungan untuk satu pasang kursi, sementara pemilu ada banyak kursi. Jadi, kans lebih besar,” kata Eddy.

Meskipun sudah banyak generasi muda yang terjun ke politik, ia mengakui masih banyak kendala yang harus dihadapi, terutama dalam hal dukungan politik dan logistik.

”Generasi muda yang maju murni berdasarkan gagasan masih belum banyak. Risiko yang besar, kebutuhan logistik yang tinggi, dan dukungan partai yang besar menjadi faktor pertimbangan utama,” ungkap Eddy.

Dia mencontohkan Faldo Maldini yang berani maju di Pilkada Kota Tangerang karena didukung oleh kekuatan partai politik yang terafiliasi dengan pemenang Pilpres 2024. Dukungan semacam ini, menurut Eddy, membuat banyak anak muda memberanikan diri untuk terjun ke politik di daerah tertentu.

Eddy juga mencatat bahwa anak muda yang terlibat dalam pilkada biasanya memiliki koneksi politik yang kuat. ”Kalau sudah dikenal di level elite yang menentukan rekomendasi pilkada, tentu diuntungkan. Latar belakang, kemampuan finansial, dan dukungan keluarga atau kelompok dengan akar politik sangat menentukan,” ujarnya.

Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menyebutkan, faktor utama yang menghambat keterlibatan anak muda dalam pencalonan kepala daerah adalah proses seleksi kandidat yang tidak terbuka. ”Selama keran tidak dibuka sepenuhnya oleh partai, masih sulit bagi anak muda untuk bisa mencalonkan diri,” ujar Arya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved