Berita Sikka

Menu Ayam Kampung Sukses Turunkan Angka Stunting di Sikka NTT

Menurutnya, variasi menu menjadi salah satu tantangan terbesar dalam menjaga keberlanjutan program ini. 

Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/ALBERT AQUINALDO
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) anak stunting di Desa Teka Iku, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Albert Aquinaldo

POS-KUPANG.COM, MAUMERE – Desa Teka Iku, yang terletak di Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, mencatat prestasi luar biasa dalam upaya menekan angka stunting. 

Setelah menghadapi tantangan selama bertahun-tahun sebagai daerah endemik Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKI), desa Teka Iku kini layak menjadi desa contoh sukses dalam mengentaskan stunting menuju zero stunting atau nol kasus pada tahun 2026.

Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran besar kolaborasi antara Pemerintah Desa Teka Iku dan tenaga kesehatan setempat yang sejak 2020 telah mengimplementasikan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT). 

Pada tahun 2020, jumlah anak stunting di Desa Teka Iku bahkan mencapai 18 anak. Berkat intervensi yang dilakukan secara terus menerus, jumlah anak stunting di desa itu pada tahun 2024 kini hanya berjumlah empat orang.

Salah satu kunci dari intervensi ini adalah pemanfaatan protein hewani, terutama ayam kampung dan telur, sebagai bahan utama dalam menu PMT bagi anak-anak stunting.

Yohanes Aurelius Nong Erik, A.Md.Gz, seorang tenaga kesehatan gizi Desa Teka Iku kepada TribunFlores.com, Kamis, 19 September 2024 menjelaskan bahwa ayam kampung dipilih sebagai sumber protein utama karena kualitasnya yang lebih alami dibanding ayam pedaging yang terkadang mengandung bahan kimia. 

"Ayam kampung lebih sehat dan kami pastikan anak-anak mendapatkan protein yang berkualitas setiap hari. Kami membeli ayam-ayam ini langsung dari warga desa sehingga juga turut memberdayakan perekonomian lokal,” ujar Erik.

Menurutnya, variasi menu menjadi salah satu tantangan terbesar dalam menjaga keberlanjutan program ini. 

"Anak-anak kadang bosan dengan menu yang sama, jadi kami harus kreatif. Kami olah ayam kampung dan telur dengan berbagai cara, seperti digoreng, direbus, atau dibuat sup, sehingga mereka tetap semangat makan,” tambahnya.

Sementara itu, Penjabat Kepala Desa Teka Iku, Jedison Joseph, mengatakan bahwa keberhasilan ini tidak hanya berkat intervensi PMT, tetapi juga dukungan penuh dari masyarakat dan penggunaan dana desa yang difokuskan untuk penanganan stunting. 

“Selama dua tahun terakhir, kami tidak hanya fokus pada anak-anak yang stunting, tetapi juga melakukan pencegahan kepada Ibu  hamil dengan melakukan PMT khusus untuk  Ibu hamil. Kami berupaya memastikan anak-anak lahir sehat dan tumbuh dengan baik,” jelas Jedison.

Selain itu, pelatihan tentang Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) secara rutin diberikan kepada kader kesehatan, ibu hamil, dan ibu balita. 

Baca juga: Pemkab Sikka Distribusi 39 Tangki Air Untuk Warga Terdampak Kekeringan ita semua bekerja sama untuk memastikan anak-anak Desa Teka Iku mendapatkan gizi yang tepat sejak dini,” tambahnya.

Kini, setelah berhasil menurunkan angka stunting menjadi empat anak pada 2024, Desa Teka Iku berkomitmen menurunkan angka stunting hingga nol kasus pada tahun 2025. 

Desa Teka Iku layak menjadi contoh sukses bagi desa-desa lain di wilayah Nusa Tenggara Timur yang tengah berjuang melawan masalah stunting.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved