Kunjungan Paus Fransiskus

Papua Nugini Kembali Perang Suku, Puluhan Orang Tewas di Lokasi Tambang Emas

Kekerasan antarsuku kembali terjadi di Papua Nugini. Kekerasan di area tambang emas menewaskan puluhan orang.

Editor: Agustinus Sape
AFP/ANDREW KUTAN
Ilustrasi. Orang-orang berlarian membawa barang jarahan di tengah kerusuhan di Port Moresby, Papua Nugini, Rabu (10/1/2024). 

Menurut Manning, perang suku sudah lama kerap terjadi di Papua Nugini. Kondisi memburuk dengan penyelundupan senapan dan pistol ke pedalaman negara itu. Akibatnya, korban tewas dan cedera meningkat setiap kali ada perang suku.

Dalam perang kali ini, polisi memperkirakan setidaknya ada 100 senapan dan pistol di antara pihak bertikai. Polisi tidak mengetahui secara pasti, dari mana senjata itu berasal.

Pemerintah Papua Nugini telah mencoba beragam cara untuk mengatasi gangguan keamanan di negara itu. Salah satunya dengan merekrut polisi Australia.

Hingga beberapa tahun ke depan, Kepolisian Papua Nugini akan menjaring 20.000 anggota baru. Pemerintah Papua Nugini berharap mereka akan mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk dilatih dan nantinya mampu menangani masalah internal di negara itu.

Dikutip dari laman media Australia, ABC, penandatanganan perjanjian keamanan itu diperlukan karena PNG tengah bergulat dengan kekerasan antarsuku yang kini telah menggunakan senjata api modern. Bulan Agustus lalu, konflik antarsuku di wilayah dataran tinggi PNG mengakibatkan puluhan warga tewas.

Papua Nugini menggandeng Amerika Serikat dan Australia untuk membantu kemampuan aparatnya mengurus keamanan. Australia memberikan hingga Rp 2 triliun untuk pelatihan dan penambahan anggota baru kepolisian Papua Nugini.

Sebenarnya, personel polisi Australia sudah ada di negara itu sejak tahun 2005. Akan tetapi, karena sifatnya perbantuan, mereka tidak memiliki kewenangan apa pun dalam kegiatan penyelidikan dan penyidikan layaknya polisi setempat. Mereka lebih banyak bertindak sebagai penasihat dan tidak memiliki kewenangan menggunakan senjata.

Dengan perjanjian keamanan Desember 2023, sekitar 50 personel dengan kemampuan tinggi akan ditempatkan di berbagai posisi di pusat ataupun daerah. Mereka akan menjadi komandan kepolisian hingga memimpin unit penyelidikan tindak pidana yang bisa menangani kasus tertentu.

Meski tetap menjadi warga Australia, para polisi itu berstatus aparat Papua Niugini. Mereka ikut hukum Papua Niugini, bukan Australia.

Pesan Paus

Dalam lawatan ke Papua Nugini pada 6-9 September 2024, Paus Fransiskus menyoroti kekerasan suku. Pusaran kekerasan perlu dihentikan dan semua pihak perlu bekerja sama untuk itu.

”Saya memohon kepada semua orang untuk merasa bertanggung jawab menghentikan kekerasan dan menapaki jalan menuju kerja sama yang menghasilkan,” ujarnya.

Pusaran kekerasan perlu dihentikan dan semua pihak perlu bekerja sama untuk itu. ”Saya memohon kepada semua orang untuk merasa bertanggung jawab menghentikan kekerasan dan menapaki jalan menuju kerja sama yang menghasilkan,” ujarnya.

Paus Fransiskus meminta agar semua pihak yang terlibat, menjaga agar sumber daya alam dan manusia dikembangkan secara berkelanjutan dan adil.

"Negara Anda, selain terdiri dari pulau-pulau dan bahasa, juga kaya akan sumber daya alam. Barang-barang ini ditakdirkan oleh Tuhan untuk seluruh masyarakat,” kata Paus. (kompas.id/ap/afp/reuters)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

 

 

 

 

 

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved