Kunjungan Paus Fransiskus

Papua Nugini Kembali Perang Suku, Puluhan Orang Tewas di Lokasi Tambang Emas

Kekerasan antarsuku kembali terjadi di Papua Nugini. Kekerasan di area tambang emas menewaskan puluhan orang.

Editor: Agustinus Sape
AFP/ANDREW KUTAN
Ilustrasi. Orang-orang berlarian membawa barang jarahan di tengah kerusuhan di Port Moresby, Papua Nugini, Rabu (10/1/2024). 

POS-KUPANG.COM - Baru seminggu lalu Paus Fransiskus pulang dari perjalanan apostoliknya di Papau Nugini dan menyerukan perdamaian dan perlunya peduli terhadap kaum miskin dan terpinggirkan.

Namun, sepertinya pesan Paus Fransiskus selama di Papua Nugini itu belum terdengar sampai di pelosok. Buktinya, perang suku terkait penambangan pecah di pedalaman negara itu. Padahal, selama di Papua Niugini, kekerasan dan tambang jadi bagian pesan Paus.

Komisaris Kepolisian Nasional Papua Nugini David Manning mengatakan, perang terjadi antara suku Piande dan Sakar. Mereka berperang dekat tambang ilegal di Lembah Porgera.

"Situasi yang memburuk ini disebabkan penambang ilegal dan pendatang menggunakan kekerasan untuk meneror penduduk setempat dan pemilik lahan," ujarnya, Senin (16/9/2024) di Port Moresby.

paus fransiskus di papua nugini_12
Paus Fransiskus menyapa anak kecil di Kota Port Moresby, Papua Niugini, Sabtu (7/92024).

Menurut Manning, perang itu terjadi beberapa hari lalu. Dengan demikian, perang pecah beberapa hari selepas Paus Fransiskus meninggalkan Papua Nugini pada 9 September 2024. Selama di sana, Paus antara lain membahas soal perang suku. Paus juga menyoroti soal tambang.

Pada Minggu (15/9) terdengar ratusan kali tembakan dari lokasi perang suku. Karena itu, menurut Manning, aparat menggunakan kekuatan yang diperlukan. "Mudahnya seperti ini, kalau ada yang membawa senjata di tempat umum atau mengancam orang lain, anda ditembak," ujarnya.

Dampak perang kali ini antara lain kematian sedikitnya 30 orang. Sementara ratusan lain cedera karena tertembak, terkena panah, atau cedera akibat senjata lain. Selain itu, tercatat pula ratusan rumah dibakar dan banyak orang harus mengungsi.

Lembah Porgera di Provinsi Enga dikenal kaya emas. Mei lalu, ada longsor yang menewaskan setidaknya 2.000 orang di lembah itu.

Sejumlah perusahaan tambang di Porgera menghentikan operasi gara-gara perang suku Sakar dan Tiande. Belum diketahui kapan kondisi akan sepenuhnya pulih.

Gubernur Provinsi Enga Peter Ipatas mengatakan, jumlah resmi korban tewas memang belum dirilis. Akan tetapi, kekerasan telah menyebabkan hilangnya banyak nyawa yang tidak bersalah.

“Situasi ini mengerikan. Kami telah menyaksikan nyawa orang tak berdosa melayang dan harta benda hancur,” kata Ipatas.

Kekerasan antarsuku, menurut Kepolisian Papua Nugini, dimulai pada Agustus lalu. Tepatnya ketika penambang ilegal melukai seorang pemilik tanah di Lembah Porgera hingga mengancam jiwanya.

Berbagai pihak telah berusaha memediasi perdamaian para pihak bertikai. Sayangnya, perdamaian tidak kunjung tercapai sehingga perang pecah lagi. Sakar merupakan pendatang di lokasi perang. Piande penduduk asli.

Untuk mengatasi perang kali ini, polisi memberlakukan jam malam. Alkohol dilarang dijual untuk sementara waktu. Kepolisian juga berusaha mengusir para penambang ilegal.

Sudah lama

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved