Kunjungan Paus Fransiskus
Paus dan Pesawat Terbang: Kisah-kisah yang Tidak Terduga dan Tidak Biasa
Sejak tahun 1964, semua Paus telah menggunakan alat transportasi ini, dan terkadang mengalami situasi yang tidak biasa di dalam pesawat.
Pria berbaju putih menaiki “burung putih yang cantik” untuk terbang dari Saint-Denis de La Réunion ke Lusaka di Zambia pada bulan Mei 1989. Secara tradisional, negara yang menjadi tuan rumah Paus menyediakan maskapai penerbangan lokal, dalam hal ini Air France, untuk penerbangan pulang.
Sebelas tahun kemudian, pada tanggal 25 Juli 2000, ketika Concorde jatuh setelah lepas landas dari Paris, Paus Yohanes Paulus II mengirimkan telegram belasungkawa kepada presiden Konferensi Waligereja Perancis.
12 Pengungsi terbang pulang bersama Paus Fransiskus
Pada bulan April 2016, Paus Fransiskus mengejutkan dunia. Setelah perjalanan satu hari ke pulau Lesvos (Yunani) untuk mengingatkan Eropa akan penderitaan para migran, Paus asal Argentina membawa tiga keluarga dari Damaskus dan Deir ez-Zor, sebuah kota yang diduduki oleh organisasi teroris ISIS, ke dalam pesawatnya.Bertempat di sebuah pusat migran di pulau Yunani, 12 pengungsi ini – termasuk enam anak di bawah umur – mendapat manfaat dari intuisi seorang kerabat Paus yang, seminggu sebelum perjalanan, menyarankan gagasan tersebut kepadanya.
“Itu adalah setetes air di laut! Tapi setelah setetes air ini, laut tidak akan sama lagi!” Dengan kutipan dari Bunda Teresa inilah Paus Fransiskus membenarkan sikapnya kepada para jurnalis yang juga berada di dalam pesawat.
Ketika ditanya tentang keyakinan para migran ini, yang semuanya Muslim, Paus menjawab, “Saya tidak memilih antara Kristen dan Muslim. Ketiga keluarga ini sudah menyiapkan surat-suratnya, dokumen-dokumen yang diperlukan, dan hal itu memungkinkan.
Misalnya, ada dua keluarga Kristen di daftar pertama yang surat-suratnya tidak berurutan. Ini bukanlah sebuah keistimewaan. Ke-12 orang tersebut adalah anak-anak Tuhan. ‘Keistimewaan’nya adalah menjadi anak-anak Tuhan.”
Paus Fransiskus menikahkan pasangan di pesawat
Di ketinggian 40.000 kaki itulah Paus Fransiskus merayakan pernikahan antara seorang pramugara dan pramugari maskapai penerbangan Amerika Latin Latam dalam penerbangan antara Santiago dan Itquique di Chili, pada Januari 2018.
Menikah secara sipil selama 10 tahun dan menjadi orang tua dari dua anak , pasangan itu dijadwalkan menikah di Gereja pada tahun 2010, tetapi gempa bumi menghancurkan gereja mereka sesaat sebelum upacara. Jadi pasangan itu bersumpah setia di hadapan Tuhan saat terbang melintasi angkasa, dan di hadapan Paus.

Akta nikah, yang dibuat di atas selembar kertas dan diterbitkan oleh Vatikan, dibubuhi tanda tangan kedua mempelai, Paus, dan pemilik maskapai penerbangan, yang dipilih sebagai saksi.
“Paus menggandeng tangan kami, memberkati cincin itu, dan menikahkan kami atas nama Tuhan. Apa yang beliau sampaikan kepada kami sangat penting: 'Sakramen perkawinan adalah sakramen yang dibutuhkan dunia. Saya harap ini akan mendorong pasangan untuk menikah,'” kata pasangan itu kepada wartawan. “Semua kondisi jelas ada,” Paus Fransiskus meyakinkan pada konferensi terakhir turnya di Amerika Selatan.
(aleteia.org)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
kunjungan paus fransiskus
kisah yang tak terduga
Paus Paulus VI
Paus Yohanes Paulus II
Pos Kupang Hari Ini
POS-KUPANG.COM
Paus Fransiskus
Paus Fransiskus Desak Umat untuk Memiliki Anak pada Kunjungan Perdana Kepausan ke Corsica Perancis |
![]() |
---|
Paus Fransiskus Bahas Perang di Timur Tengah dan Aborsi di Pesawat Pulang dari Belgia |
![]() |
---|
Universitas Katolik Belgia Kecam Pandangan Paus tentang Peran Perempuan dalam Masyarakat |
![]() |
---|
Kisah Sepatu Suster Irene dan Pertemuannya dengan Paus Fransiskus |
![]() |
---|
Paus Fransiskus Saat Audiensi: Saya Melihat Iman yang Hidup dan Penuh Sukacita di Asia dan Oseania |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.