Undana
Birokrasi Jadi Titik Sentral dalam Pembangunan dan Kemajuan Bangsa
Birokrasi kelas dunia adalah birokrasi yang smart, lincah dan inovatif. Inovatif disini artinya adalah bahwa inovasi menjadi entitas organisasi
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Eflin Rote
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain, masih tertinggal dalam hal inovasi birokrasi dalam tatanan pemerintah daerah.
Demikian diungkapkan dosen Prodi Administrasi Negara FISIP Undana, Dr. I Putu Yoga Bumi Pradana, M.Si bersama Koordinator Pusat Layanan Pengembangan Kapasitas Legislative Drafting dan Anti Korupsi Undana Kupang, Darius Mauritsius, S.H., M.Hum dalam Undana Talk, Rabu, 11/09/2024.
Apa saja yang menjadi penyebab daerah lain maju beberapa langkah dan NTT masih berada di titik yang sama, berikut cuplikan wawancara eksklusif bersama Pos Kupang.
Standar birokrasi yang ideal itu seperti apa?
Bicara terkait birokrasi kelas dunia itu sebenarnya sebuah narasi atau satu kebijakan yang didengungkan oleh Menpan RB khususnya pemerintah pusat dalam rangka mewujudkan Indonesia Emas Tahun 2045 karena kita (berusia) 100 tahun sebagai sebuah bangsa sehingga dipandang bahwa pada saat mencapai 100 tahun Indonesia harus mencapai puncaknya sehingga salah satu lokomotif untuk mencapai Indonesia Emas itu adalah dengan menciptakan birokrasi kelas dunia.
Birokrasi kelas dunia adalah birokrasi yang smart, lincah dan inovatif. Inovatif disini artinya adalah bahwa inovasi menjadi entitas organisasi yang selalu melakukan terobosan-terobosan dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik, dalam rangka meningkatkan urusan atau dalam rangka kebijakan-kebijakan pembangunannya sehingga kita jangan pernah lagi selalu ingin mendapatkan hasil yang berbeda dengan cara lama tetapi kita selalu menghasilkan cara-cara baru makanya sekarang idealnya birokrasi kelas dunia adalah birokrasi yang tingkat kepuasan layanan publik adalah orientasi utama dari sebuah birokrasi jadi birokrasi yang digital, birokrasi yang melayani, birokrasi yang inovatif, birokrasi yang layaknya sebagaimana pelayanan seperti di sektor privat. Kita datang nyaman, sejuk, ramah, murah, cepat dan berdaya saing.
Dari pak Darius seperti apa?
Kalau saya melihat cukup simple. Yang mudah jangan dipersulit karena kalau kita lihat hasil-hasil survey misalnya transparansi Indonesia, itu Indonesia urutan 115 dari 180 negara.
Itu menunjukkan bahwa hal-hal yang kecil seperti itu sudah dipersulit ya ada apa di balik itu? Itu yang membuat Indonesia khususnya NTT masih tetap terpuruk dengan hal-hal yang seperti itu.
Pak Yoga, apa dasar teman-teman dari Undana ini melakukan penelitian tentang birokrasi?
Jadi sebenarnya penelitian birokrasi itu menjadi satu fokus sentral sebagai satu penelitian utama terkait kita yang keahliannya administrasi negara atau sekarang dikenal sebagai administrasi publik, karena tanpa birokrasi yang kuat, segala kebijakan yang dihasilkan pada level pemerintah atau pejabat politik itu tidak akan bermakna apa-apa karena pada akhirnya yang bertugas mengeksekusi segala kebijakan dan keputusan politik itu adalah birokrasi. Nah birokrasi ini menjadi titik sentral dalam pembangunan dan kemajuan suatu bangsa.
Di sisi lain kalau kita melihat dari skala kemajuan birokrasi yang ada di Indonesia, apalagi antar daerah, itu disparitas dan kesenjangannya masih sangat tinggi misalnya kalau kita lihat di daerah Jawa, itu pemerintah daerahnya sudah sangat inovatif, sudah bagus, sudah melakukan terobosan-terobosan jadi kalau kita tanya teman-teman yang berkuliah dan pernah bersinggungan dengan urusan-urusan birokrasi di Jawa, itu pasti mengatakan tingkat kepuasannya cukup tinggi dan kepala-kepala daerahnya juga sangat inovatif bahkan terkenal ke tingkat nasional karena performance dan kinerja mereka dalam pengelolaan pembangunan di daerah.
Di NTT sendiri, isu-isu ini belum banyak tertangkap karena isu-isu yang ada masih lebih fokus pada isu tradisional birokrasi misalnya kita bicara soal kontestasi politik yang berbasis kadang isu-isu primordial, agama, suku, yang kadang-kadang membuat energi dan daya fokus kita berfokus pada masalah tetapi bagaimana masalah ini diselesaikan dan NTT melakukan lompatan, itu hanya bisa dilakukan lewat inovasi, birokrasi itu menjadi kunci diskusi-diskusi seperti itu.
Kenapa kita masih stuck di situ sementara di Jawa itu kan sudah beberapa langkah lebih maju dibandingkan dengan di NTT?
Dies Natalis ke-63 Undana Hadirkan Festival UMKM, Wujud Nyata Sinergi Kampus dan Ekonomi Lokal |
![]() |
---|
Undana Rayakan Puncak Dies Natalis ke-63, Angkat Tema “Grow Beyond Limit” |
![]() |
---|
Kendala Pencetakan Ijazah Wisuda Undana, Sistem PDDikti Maintenance |
![]() |
---|
Rektor Undana Sebut Aspirasi Mahasiswa Harus Disampaikan Secara Damai dan Tertib |
![]() |
---|
Wisuda Undana Periode September 2025 Sekaligus Dies Natalis ke-63, Bukan Sekedar Seremonial |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.